ENNUI 2: PREFECT BAGIAN XXXXX

581 108 40
                                    

Pukul sepuluh malam, Gulf membuka pintu kamar Win dengan sangat pelan dan hati-hati.

Kamar Win berada dalam keadaan gelap. Samar Gulf mendengar suara-suara yang ternyata berasal dari smartphone Win yang masih menyala meskipun pemiliknya sudah terlelap.

Gulf mengendap-endap mendekati ranjang Win untuk menyingkirkan smartphone Win, dan meletakkan benda itu di atas meja. Gulf juga memperbaiki selimut Win, memastikan dinginnya malam tidak akan memgusik tidur putranya.

Gulf duduk di tepi kasur Win, memperhatikan wajah polos yang pulas.

Gulf tersenyum memperhatikan Win di dalam kegelapan. Perkataan yang Win ucapkan tentang Gulf selalu terdengar di telinga Gulf setiap kali Gulf menatap wajah Win.

Gulf mengerti kenapa Win begitu membencinya. Namun penyesalan Gulf dan niat Gulf untuk memperbaiki semuanya bukan pura-pura.

Selama ini Gulf salah. Gulf bukan satu-satunya wali Win, Gulf bukan satu-satunya yang Win punya, tetapi Win adalah satu-satunya yang Gulf punya.

Gulf selalu membayangkan bagaimana jika sesuatu tiba-tiba merenggut Win darinya. Gulf benar-benar bisa hidup dengan apapun, sekalipun harus mempertaruhkan kesempurnaan yang entah kapan terpenuhinya, tapi Gulf tidak bisa kehilangan Win.

Tangan Gulf terangkat untuk mengusap hangat kepala Win. Kenapa Gulf tidak pernah melakukannya sejak dulu?

"Papa minta maaf, papa sayang Win. Selamat tidur, jagoan papa."

••• • •••

Kao meletakkan kopernya di samping lemari saat Gulf kembali dari kamar Win.

"Kenapa tidak bilang kalau akan pulang?" tanya Gulf pada Kao yang kini duduk di tepi kasur.

"Tidak apa-apa, aku hanya tidak ingin mengganggumu. Bagaimana keadaan anak-anak?" tanya Kao seraya melepaskan jas yang ia kenakan.

Gulf mengangguk, tapi bagaimana mungkin Gulf akan terganggu hanya dengan kabar yang Kao berikan?

"Bagaimana keadaan anak-anak?" tanya Kao lagi.

"Baik-baik saja. Win sudah tidur. Alice belum pulang."

Kao memeriksa arloji yang melilit pergelangan tangannya. Sudah hampir pukul sebelas malam, kemana Alice pergi hingga selarut ini?

"Alice tidak bilang dia pergi ke mana?" tanya Kao.

"Tidak. Lagi pula kau bilang kau mengizinkannya berlatih ice skating, jadi aku tidak bertanya padanya."

"Aku akan telpon Alice, periksa juga smartphone milikmu, siapa tau dia menghunungimu," ujar Kao seraya meninggalkan kamar.

Tut... tut... tut...

Kao terus mengulangi panggilannya, namun tetap saja tidak dijawab. Entah di mana anak gadisnya pergi berlatih, tapi seharusnya Alice memberi kabar jika akan pulang sangat terlambat.

"Alice tidak menghubungiku," ujar Gulf kembali menyusul Kao yang berada di ruang tamu setelah mengambil smartphone-nya.

"Dia juga tidak menjawab panggilan ku. Aku akan mencarinya," ucap Kao.

"Kalau begitu aku akan tanya pada wali kelasnya," balas Gulf.

Ceklek.

Ditengah kesibukan Kao yang mencari kunci mobil, dan Gulf yang mencari nomor wali kelas putrinya. Alice yang dikhawatirkan tiba-tiba muncul.

Gadis itu diam sejenak, menatap Kao dengan tatapan datar dan mengabaikan Gulf.

"Alice baru pulang?" tanya Kao pada putrinya. Tapi Alice mengabaikan Kao dan memilih untuk pergi ke kamarnya.

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang