ENNUI 2: PERFECT BAGIAN XXXVI

523 81 16
                                    

Mew masih menikmati aroma strawberry dari tubuh Gulf, aroma yang membuat dirinya merasa begitu hidup. "Aku suka aromamu," ucap Mew dengan napas yang mulai tak terkendali.

Mew melepaskan pelukannya dalam keadaan setengah sadar, pria itu tau ada yang salah dengan dirinya, dan ia tak bisa diam saja dalam satu ruangan bersama Gulf.

"Kau mau ke mana?" tanya Gulf ketika Mew mencoba bangkit dari kursi.

"Ada sesuatu yang salah denganku, aku tidak bisa berada di sini denganmu."

"Sesuatu seperti apa?" tanya Gulf, sayangnya pertanyaan itu diabaikan oleh Mew memaksa meninggalkan kursi.

Gulf tak berbuat banyak, sebab ia tau Mew tidak akan bisa pergi jauh dalam pengaruh serbuk yang tercampur kedalam minumannya.

Apa yang Gulf pikirkan benar adanya. Saat ini Mew terduduk di sofa yang tak jauh dari pintu saat mencoba pergi. Gulf melangkah perlahan mendekati Mew, untuk apa ia terburu-buru sementara ia tau Mew tak akan pergi darinya kali ini?

"Beritahu aku apa yang rasakan," ucap Gulf yang kini berdiri duduk di samping Mew.

"Apa yang kau tambahkan ke dalam minuman ku? Obat perangsang? Narkoba?" tanya Mew dengan sisa kesadarannya.

"Bukankah kau juga merindukan perasaan seperti ini?" tanya Gulf dengan suara yang teramat pelan.

Pria manis itu mulai membelai wajah Mew yang dikuasai panas di sekujur tubuhnya, tangan lentiknya kemudian menutup kedua mata Mew, memaksa Mew menikmati sentuhan yang nantinya dapat mengendalikan perasaan aneh dalam diri Mew.

"Aku bisa merasakan debaran jantungmu, Mew. Saat kau menggenggam erat tanganku dan membiarkanku bergerak di atas mu, aku yakin kau juga merindukan itu, kan?" bisik Gulf tepat ditelinga Mew.

Keringat mulai bercucuran, entah kenapa apa yang Gulf bisikkan muncul dalam benak Mew begitu saja, hal yang tidak pernah ingin Mew ingat.

"Aku bahkan masih ingat pada setiap kecupan yang kau daratkan pada tubuhku, bagaimana mungkin kau lupa dengan desahan kita?" Gulf kembali berbisik dengan tangannya yang masih menutupi mata Mew.

Mew tidak bisa menahan gejolak dalam dirinya. Pria itu menepis tangan Gulf dan mendorong bahu Gulf hingga Gulf terbaring pada sofa panjang yang sekarang ia tempati.

"Iya, aku lupa. Buat aku mengingat semuanya, Gulf." pinta Mew seraya menahan bahu Gulf dengan kuat, menatap Gulf dengan tatapan penuh nafsu dan napas yang tak beraturan.

Mew melumat bibir Gulf, seakan itu adalah obat dari keringnya tenggorokan. Mew terus melumat bibir ranum yang membisikkan kata di telinganya, tak peduli apakah pemiliknya kesulitan bernapas, Mew hanya mengikuti nafsunya yang terlanjur bangkit.

"Argh!" lenguh Gulf saat gigitan Mew melukai bibirnya. Mew sempat berhenti sejenak, menatap cairan merah yang entah kenapa membuat bibir itu terlihat semakin menggoda. Tanpa memperdulikan sakit yang mungkin Gulf rasakan, Mew kebali melumat bibir itu setelah menjilat darah yang keluar.

Tangan Mew tak tinggal diam sementara bibirnya bekerja, tangan kirinya turut mengunci kedua lengan Gulf dan tangan kanannya sibuk melepaskan kancing kemeja Gulf.

Gulf mendongak dan menggigit bibirnya saat Mew menggunakan lidahnya untuk menjelajahi leher Gulf.

"Ngh," lenguh Gulf ketika tangan Mew akhirnya menjamah tubuhnya, sentuhan yang Gulf rindukan.

Mew terus bergerak turun tanpa melepaskan genggamannya pada kedua lengan Gulf. Gerakan lidah Mew melambat saat tiba pada bagian yang pernah menjadi favoritnya, bagian dimana aroma tubuh Gulf terasa begitu memikat, dada.

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang