ENNUI 2: PERFECT BAGIAN XXXIII

522 106 23
                                    

Sepasang mata terfokus pada tulisan diantara dua buku, sementara tangannya sibuk menyalin begitu banyak. Win kembali menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan setelah memilih untuk pergi ke sekolah sendiri, tanpa bantuan Kao atau tanpa harus berbarengan dengan Alice.

Penjaga perpustakaan tiba-tiba meletakkan sekotak susu di meja tempat Win belajar, ia tersenyum saat Win mendongak untuk menatapnya.

"Maaf menganggumu, aku melihatmu belajar sejak istirahat pertama, dan kau kembali pada istirahat kedua. Kau pasti mempersiapkan ujainmu dengan sangat baik, istirahatlah sebentar."

Win membalas senyuman penjaga perpustakaan, "terima kasih. Aku sudah terlalu banyak beristirahat selama ini, jadi aku ingin memaksimalkan semuanya."

"Hanya tinggal menghitung hari sebelum ujian, kan? Jaga kesehatanmu juga, kau pasti bisa dapatkan nilai sempurna."

Win mengangguk. Win tau kalau ia tak bisa menyamai langkah orang-orang yang mengikuti kelas tambahan, tapi Win punya banyak waktu luang sekarang sebab Gulf tak lagi bicara dengannya. Win rasa itu cukup untuknya mengejar apa yang tak bisa ia dapatkan di kelas tambahan, tentunya dengan bantuan Enuel, orang yang memaksa Win untuk meminjam catatannya.

"Lanjutkan belajarmu," ucap penjaga perpustakaan sebelum melanjutkan tugasnya.

Selayaknya hari berganti, suasana rumah dua lantai semakin sunyi setelah kesalahpahaman tempo hari.

Kao terlalu lelah menghadapi Gulf yang tak kunjung sudi bicara dengannya sementara putri mereka terus memaksa akan adanya keharmonisan seperti dulu.

Banyak pekerjaan yang Kao tingalkan demi membujuk Gulf yang tak acuh dalam hubungan yang seakan bertahan segan hancur tak mau.

Terakhir kali Kao mendapat panggilan bahwa penjual produk di salah satu perusahaan cabangnya menurun drastis entah kenapa, lalu beberapa produk gagal diluncurkan, dan beberapa lagi gagal produksi.

Hari ini, Kao terpaksa meninggalkan rumah dan pergi ke kantor, bukan sebab ia lelah membujuk Gulf, tapi perusahaannya bisa saja bangkrut jika ia tidak melihat keadaan lapangan.

Dari balik jendela kaca besar Gulf memperhatikan kepergian Kao dengan mobil berwarna hitam, "kau pasti menemui jalang itu. Temui dia dan mari kita akhiri ini."

Gulf menarik gagang pintu dan meninggalkan ruang kerja, pria itu beralih ke kamarnya, menatap sejenak kasur yang tertata rapi.

Gulf mulai mengitari ruangan sepi itu dengan bola matanya. "Aku sangat merindukan tempat ini," gumamnya seraya memejamkan mata. Ini bukan tentang kehilangan kewarasan, Gulf hanya mengenang bagaimana hangatnya suasana ketika Mew memeluknya di atas kasur yang terlihat berantakan setiap paginya.

Kao buru-buru ke ruang kerjanya untuk melihat beberapa berkas, ada banyak dokumen menumpuk yang harus ia tandatangani. Gerakan tangan yang cepat dalam memeriksa tiap data itu terhenti pada tumpukan kertas tanpa map yang dijadikan satu, jumlahnya ada 30 lembar, dan semua itu adalah surat pengunduran diri.

Kao bergegas menelpon asistennya, menanyakan apa yang sebenarnya terjadi selama ia tidak di kantor. Namun bukannya memberi jawaban untuk menenangkan, asistennya justru turut mengulurkan selembar kertas putih.

"Apa-apaan ini?" tanya Kao pada karyawannya yang tertunduk.

"Kami mengundurkan diri, beberapa dari mereka sudah tidak bekerja sejak kemarin, Tuan."

Kao memijat keningnya yang mulai terasa sakit. "Tapi kenapa? Pasti ada alasannya!?"  Perusahaan sedang berada dalam masalah sulit, bagaimana orang-orang itu pergi di saat situasi seperti ini?

"Beberapa masalah di perusahan membuat mereka tidak percaya kalau mereka bisa bertahan lama di perusahaan ini, maksud saya kami. Keadaan begitu kacau, produk yang gagal produksi itu tidak sedikit, Tuan, dan anda tidak di sini untuk beberapa waktu. Saham perusahaan menurun secara konsisten, mereka berpikir mereka akan tetap dikeluarkan meskipun bertahan."

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang