"Hujan hari ini lebih cepat reda dibandingkan kemarin," ucap Art. Pria yang akhir-akhir ini akrab menjadi tutor Win dalam merangkai buket tengah menatap ke arah luar pintu kaca tokonya dengan kedua tangan menyilang di dada.
"Syukur lah," balas Win yang baru selesai mengikat buket-nya.
Art menoleh ke arah karya Win, "Kau membuatnya dengan baik," kagum Art.
Win tersenyum, "Benarkah? Apa ini bagus?"
Art mengangguk. Meski ini baru percobaan kedua Win, tapi buatan Win benar-benar bagus.
"Paman harus mengatakannya padaku jika ada yang kurang. Papaku suka pada hal yang sempurna, aku setidaknya harus memenuhi kriteria itu untuk membuatnya kagum juga, kan?"
"Aku mengatakannya dengan jujur," ujar Art, "Jika aku menerima hal serupa dari seseorang, aku pasti akan senang, terlebih setelah aku tau seseorang merangkainya secara khusus untuk ku."
Win tersenyum menatap bunganya. Kali ini ia menggunakan kehati-hatian yang lebih besar, ternyata itu sama sekali tidak sia-sia karena Art memujinya lebih banyak.
Hujan telah reda, menyisakan genangan di tepi jalan sebagai jejak atas kehadirannya.
Win menyalakan smartphone miliknya dan melihat jam. Masih ada sekitar dua jam sebelum sebelum waktu makan malam. Meskipun sempat ragu, Win akhirnya menelpon Mew.
"Putraku," sapaan New menyambut Win dari balik panggilan.
Win tersenyum lebar mendengar suara Mew, "Daddy sedang apa?"
"Kenapa? Kau ingin menemui daddy?" tebak Mew setengah berharap.
"Jika daddy tidak sibuk ...."
"Daddy dalam perjalanan menuju garasi, Win di mana?"
"Di depan toko bunga tempat paman Art bekerja."
"Jangan matikan telponnya, Daddy akan segera sampai," ujar Mew yang kini tengah berada di lift.
"Apa kira-kira tempat bagus yang akan kita datangi?" tanya Mew kemudian.
"Um.... Win rasa makan satu burger tidak akan membuat Win kenyang."
"Kalau begitu kita akan makan burger, jadi Win tetap bisa makan malam dengan papa. Win jenius," puji Mew. Pria itu baru saja meninggalkan lift. Kakinya melangkah cepat menuju garasi, tak sabar menemui putra yang tak ia lihat beberapa hari.
"Menyetir perlahan saja. Jangan jadi warga negara yang buruk dengan ugal-ugalan di jalan," gurau Win.
"Daddy tau. Tapi Win tau? Daddy bisa melakukan apa saja untuk menemui Win. Karena Win minta daddy perlahan-lahan saja, maka daddy akan melakukannya."
"Terima kasih karena bisa diandalkan," ujar Win.
"Apa Win sendirian di sana?" tanya Mew.
"Ada banyak penggunaan jalan. Mana mungkin Win sendrian di tepi jalan raya?"
Mew tertawa pelan, "Ada Bai juga?" tanya Mew setengah berbisik.
"Tidak ada. Kenapa juga dia ada di sini?" tanya Win kesal.
"Kenapa?" goda Mew saat nada bicara Win mulai berubah, "Daddy suka kalian berteman. Bukankah Bai anak yang baik? Sebenarnya, apa kalian berdua ...?"
"Apapun yang daddy pikirkan, kami tidak punya hubunga seperti itu," ujar Win.
"Kenapa?" tanya Mew kecewa, "Dia tidak pernah mengatakan apapun? Padahal dia kelihata menyukai putra daddy."
"Sudahlah," Win memperingati.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...