ENNUI 2: PERFECT BAGIAN XXXXV

543 84 20
                                    

Ceklek.

Win menoleh ke arah pintu, tempat dimana Gulf baru tiba dengan membawa semangkuk sup yang ia janjikan pada Win.

Win hanya menatap kaki Gulf yang menapak semakin dekat ke arahnya. Melihat nampan berisi bubur yang Kao bawakan sebelumnya masih berada di meja samping ranjang Win, Gulf lantas meletakkan sup buatannya di atas meja belajar Win.

"Sebentar, papa lupa menyingkirkan ini," ucap Gulf seraya mengambil nampan berisi semangkuk bubur dan segelas jus yang sama sekali tidak tersentuh.

"Alice memakai kamar ini?" tanya Win memperhatikan gerakan tangan Gulf.

"Ini?" tanya Gulf menatap putranya dan kemudian menggeleng, "ini milik papa, Alice tetap di kamarnya."

"Nah, makanlah dulu. Papa membuatnya banyak, akan papa ambilkan lagi kalau Win mau tambah," ucap Gulf meletakkan sup buatannya di meja samping ranjang Win.

"Pa," Win kembali membuka suara dan terdiam setelahnya. Win tak melanjutkan ucapannya bukan tanpa alasan. Win bingung, apakah ia harus mengucapkan terima kasih untuk sup yang Gulf buat, atau maaf karena membuat Gulf khawatir? Tapi apa Win perlu mengucapkannya?

"Iya, Win. Papa hanya akan meletakkan sup nya di sini, papa akan keluar segera," ucap Gulf terburu-buru, seingat Gulf, Win tidak suka siapapun menerobos masuk ke dalam kamarnya.

"Terima kasih," ucapan Win menghentikan gerakan Gulf ketika hendak pergi.

Gulf tersenyum menatap Win, setidaknya Win masih sudi berbicara padanya. Bahagianya tak terkira saat Gulf mendengar kata terima kasih dari sang putra.

"Untuk sekolah ...."

"Tidak usah terburu-buru, Win bisa pergi setelah merasa baik-baik saja," sela Gulf. Apapun yang sekarang Win khawatirkan, Gulf hanya tak ingin Win kembali merasa terkekang olehnya.

"Win, bolehkah papa memeluk Win sekali lagi?" tanya Gulf kemudian. Entah kenapa Win hanya mengangguk ketika menatap mata Gulf.

Gulf mendekati Win lagi dan mulai mendekap tubuh yang besarnya hampir sama dengan ukuran tubuhnya. "Putraku benar-benar sudah tumbuh dewasa," ucap Gulf pelan. Matanya mulai terpejam saat mengusap lembut punggung sang putra.

"Papa tidak pernah menyadari bagaimana Win tumbuh meskipun Win tinggal bersama papa. Papa minta maaf, Win. Papa mungkin tidak akan pernah bisa mengerti Win, tapi papa rasa Win tidak akan merasa baik-baik saja selama bersama papa, kan?" ucap Gulf pelan mengutarakan apa yang hatinya ingin sampaikan.

"Bukan salah Win jika Win tidak bisa memaafkan papa, papa memang salah sebagai orang tua. Maaf jika papa memaksa, tapi bisakah Win berikan satu kesempatan kepada papa? Biarkan papa mencoba untuk kembali kepada putra papa. Beri papa kesempatan untuk merawat Win satu kali lagi sebagai papa yang benar-benar menyanyi Win, bukan mengekang Win."

••• • •••

Up tersenyum saat mobil Kao berhenti di dekatnya, di depan bangunan yang selama ini Kao bangun, perusahaan pusat yang jatuh karena dendam yang ditanam padanya.

"Kau sudah lama menunggu?" tanya Kao yang terlihat sumringah setelah berdiri di hadapan Up.

Up mengangguk pelan, "lumayan."

Kao menatap ke arah perut Up beberapa saat. "Maaf, keadaan keluargaku benar-benar kacau belakangan ini, aku bahkan tidak sempat menanyakan kabar kalian. Bagaimana kabarmu sejauh ini?" tanya Kao.

"Aku baik-baik saja," jawab Up singkat. Up tidak berniat melangsungkan obrolan ini, bahkan sebenarnya Up ingin segera menyelesaikan kebohongannya sendiri, tapi Mew mencegahnya dan meminta untuk menunda beberapa saat.

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang