ENNUI 2: PERFECT BAGIAN XXXXXIX

884 124 43
                                    

Kao mengiringi brankar yang membawa Alice, hingga perawat menahannya di pintu UGD.

Kao mengusap gusar wajahnya dengan tangan dingin yang masih terasa gemetar. Sementara Gulf memilih untuk segera duduk di kursi tunggu untuk menyamarkan khawatirnya yang berlebih.

"Lindungi Alice, Tuhan."

Gulf melirik Kao yang lirih memanjatkan do'a. Setelah bertahun-tahun, pria itu akhirnya merasa gelisah tentang putrinya.

"Aku mohon," lirih Kao dengan kedua tangan yang ditangkupkan dan kepala yang tertunduk.

"Kau benar-benar ahli memohon setelah menyia-nyiakan," cemooh Gulf menahan tawa.

"Ini bukan waktunya, Gulf," ujar Kao. Kao menoleh ke arah Gulf, pria yang akhir-akhir ini menjadi ujian baginya.

"Kenapa kau suka sekali melakukan itu? Melalaikan sesuatu, mengacaukannya, lalu meminta maaf. Kau benar-benar menunggu putrimu menjadi jalan karma baru akan memilih untuk sadar?" tanya Gulf.

"Aku tidak mengerti ucapanmu. Aku sudah minta maaf, dan aku mengakui kesalahanku. Kenapa kau membawa-bawa tentang Alice? Jika yang benar-benar kau mau adalah perceraian, baiklah. Ayo akhiri," ujar Kao mantap Gulf.

Gulf diam di tempat, wajah pria yang duduk manis itu memerah saat Kao berlalu pergi.

Kepergian Kao bukan tanpa tujuan demi menghindari masalah, melainkan untuk kembali ke rumah yang merupakan kediaman keluarga kecil Mew dan menyelesaikan sesuatu yang Gulf inginkan dengan segera.

Win yang sudah siap dengan jaketnya dan akan segera meminta Mew menjemputnya kembali bersembunyi di balik pilar untuk menghindari Kao yang tiba-tiba pulang.

Win mengintip dengan sebelah mata. Tangan Kao dengan kasar meraih map dan pulpen, membubuhkan tanda tangan dengan amarah dan membawa kertas itu pergi bersamanya.

Mesin mobil Kao tak lagi terdengar, tapi remaja bergigi kelinci belum beranjak dari tempatnya. Helaan napas terdengar jelas di ruangan yang hanya ditempati oleh dirinya sendiri, "mereka benar-benar berpisah?"

Di tempat lain. Gulf yang masih duduk di tempatnya menarik napas saat sebuah kertas yang terlihat kumal dijatuhkan di atas pangkuannya.

"Puas?" tanya Kao pada Gulf yang bergerak lambat menyimpan kertas pemberiannya.

"Terima kasih," jawab Gulf singkat.

"Dasar egois," umpat Kao lirih. Lalu pintu ruangan UGD terbuka, menampakkan sosok dokter yang tersenyum tipis ke arah Gulf dan Kao yang berada dalam situasi dingin.

"Mari bicara di ruangan saya," ujar si dokter.

Kao segera mengangguk, pun dengan Gulf yang segera bangkit. Namun Kao tiba-tiba mencegah Gulf untuk ikut melangkah.

Gulf menatap tak mengerti pria yang menghalangi langkahnya.

"Kau bukan siapa-siapa kami lagi," desis Kao memaku kaki Gulf pada keramik tempatnya berpijak.

••• • •••

Kao berdehem saat memposisikan diri pada tepat yang si dokter persilahkan. Seratus persen pria itu sudah siap mendengarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada tubuh Alice.

"Tuan Kao, putri Anda sehat secara medis," ujar si dokter.

Kao menatap dokter di hadapannya cukup lama, terdiam dan tidak bisa memikirkan satu kalimat pun untuk menjawab pernyataan si dokter.

"Hasil pemeriksaan menunjukkan kalau putri Anda baik-baik saja. Kepalanya, maupun organ tubuh lainnya. Alice sehat."

"Tapi putriku bilang kalau kepalanya sakit. Alice sangat kesakitan, tidak mungkin sehat, dia juga meminum banyak obat sekaligus," sangkal Kao.

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang