ENNUI 2: PERFECT BAGIAN XXXVIII

536 101 15
                                    

"Dia hanya mimisan biasa, dia kelelahan." Bright menatap dokter yang kembali setelah memberi Win beberapa perawatan di Risak Klinik.

Dokter wanita itu tersenyum ke arah Bright yang terlihat sangat khawatir hingga rela meninggalkan beberapa jam pelajaran demi Win.

"Kenapa dia belum sadar juga?" tanya Bright.

"Temanmu tampaknya berusaha terlalu keras akhir-akhir ini, ya? Itu biasanya wajar mendekati ujian, tapi temanmu memotong banyak waktu tidurnya, dia juga mengalami dehidrasi. Kau bisa kembali ke kelas, dia perlu lebih banyak waktu istirahat, setidaknya biarkan dia tidur dulu."

"Aku akan tetap di sini," jawab Bright dengan senyuman ramah.

"Arloji mulai bisa error," tegur dokter itu melirik arloji Bright.

"Aku bisa memperbaikinya nanti, kan?"

"Baiklah, terserahmu, perhatikan temanmu kalau begitu."

Bright tetap berada di samping Win, menatap wajah teman lamanya yang katanya telah berubah. Nyatanya tidak, bagi Bright, Win mungkin tetap sama, Win adalah temannya.

"Istirahatlah yang banyak, dokter bilang kau kelelahan," batin Bright seraya memijit lembut kening Win.

"Baiklah, aku menerima kenyataan kalau sikapmu banyak berubah, Win. Tapi itu tidak akan merubah kenyataan kalau aku adalah temanmu. Aku tidak harus mengetahui apa yang membuatmu marah dan tidak terlihat bahagia setiap hari, jika kau tidak ingin memberitahuku, aku tidak akan ikut campur."

Bright menjauhkan ibu jarinya dari kening Win saat temannya itu mulai bergerak, terlihat jelas Win berusaha menelan ludah dengan susah payah sebelum berusaha membuka mata.

"Minumlah dulu," Bright menyodorkan segelas air pada Win yang akhirnya mebuka mata.

"Argh," Win memegangi lengan kanannya yang terasa sakit ketika ia mengembalikan gelas kepada Bright.

"Apa sangat sakit?" tanya Bright ketika Win memeriksa lengannya yang sedikit lebam. "Kau pingsan, lenganmu pasti membentur lantai duluan, dokter bilang itu tidak apa-apa."

Win mengerti apa yang Bright katakan, Win tidak lupa semuanya hingga ia harus berakhir di sini, tapi bagaimana dengan ujian Win?

"Kertas ujianmu sudah dikumpulkan sebelum kau di bawa ke sini," seolah mengerti dengan apa yang membebani pikiran Win, Bright mengatakan apa yang mungkin Win butuhkan jawabannya agar tidak berpikir sendirian.

"Kapan hasilnya keluar?" tanya Win, anak itu masih saja menatap kosong selang infus yang terpasang di punggung tangan kirinya.

"Kau benar-benar masih memikirkan itu dengan kondisi seperti ini?" gurau Bright, tapi tak ada yang berubah dari raut wajah Win, tetap terlihat serius penuh beban.

"Baiklah, aku tidak akan becanda lagi," ucap Bright cepat karena Win terlihat akan melepaskan selang infus dari tangannya.

"Tetaplah di sini sampai cairan itu habis, hasilnya masih akan diumumkan besok."

Win menghela napas sembari mengurungkan niat untuk melepaskan selang di tangannya. Jadi, Win tetap harus menunggu?

"Semua orang berekspresi persis seperti ini karena lawannya adalah kau, Win. Lalu siapa sainganmu?" Bright masih mencoba untuk bergurau dan kembali duduk di samping brankar.

"Diriku sendiri, Bai. Aku bersaing dengan dengan diriku sendiri."

Bright kembali menatap Wn, tapi kali berbeda karena Win juga menatapnya.

"Aku sudah pernah memberitahumu, bukan? Belajar lebih penting dari hidupku, aku serius mengatakan itu. Aku tidak suka belajar, tapi aku harus, karena itulah sainganku adalah diriku sendiri."

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang