ENNUI 2: PERFECT BAGIAN LXIX

357 83 43
                                    

Win merasakan sakit yang teramat di bagian kepala. Rasa sakit itu memuncak hingga membuat Win menyentuh pelipisnya sebelum berhasil membuka kedua kelopak mata.

Win menekan kepalanya, berharap rasa sakit sedikit berkurang. Namun ia justru merasakan hal lain, sesuatu terpasang di punggung tangannya.

Win memaksakan diri untuk membuka mata. Akhirnya ia tau bahwa yang terpasang di tangannya adalah selang infus, saat itu juga Win sadar kalau dirinya pasti berada di rumah sakit.

"Win, kau susah sadar?" Gulf menggenggam sebelah tangan Win, dan dokter yang berada di sana mulai melakukan pemeriksaan pada Win.

"Pa, Win kenapa?" tanya Win dengan suaranya yang lemah.

"Papa minta maaf," Gulf bicara dengan penuh penyesalan, tangannya yang dingin membuktikan pada Win bahwa ia juga merasakan kekhawatiran yang tidak main-main.

"Kenapa papa minta maaf?" tanya Win berusaha membalas.

Gulf tertunduk penuh penyesalan. Ketika mengambilkan obat untuk Win, Gulf terlalu terburu-buru hingga tidak memperhatikan bahwa yang ia ambil bukanlah obat yang tepat. Alih-alih memberi Win obat flu, Gulf malah memberikan obat penenang Alice kepada Win.

Win kehilangan kesadaran saat obat itu mulai bereaksi, itulah sebabnya Win kehilangan keseimbangannya dan jatuh dari tangga hingga membuat kakinya patah dan harus melakukan operasi untuk itu.

"Papa benar-benar minta maaf, papa tidak sengaja," sesal Gulf.

Win mengangkat kepala untuk melihat kondisi kakinya. Memang terlihat buruk di bawah sana, dan sedikit rasa nyeri. Lagipula, tidak enak melihat Gulf terus-terusan merasa menyesal.

"Tidak apa-apa, Pa. Papa juga bukannya sengaja," ujar Win berusaha menenangkan Gulf.

"Papa sudah menelpon sekolah Win, Win bisa beristirahat total sampai kaki Win pulih."

"Iya, Pa. Tidak perlu merasa bersalah lagi," ucap Win.

Setelah dua hari dirawat, Win akhirnya diizinkan untuk pulang. Kondisi kaki Win membuatnya tak leluasa untuk bergerak, ditambah lagi Gulf tidak memberi tongkat atau kursi roda dengan alasan agar Win dapat istirahat total. Jadi sepanjang hari-hari Win hanya dihabiskan untuk berbaring di kasur, makan, minum obat, dan memainkan smartphone.

Beberapa kali Win bertukar pesan dengan Mew, membahas hal yang tidak terlalu penting. Hingga Mew menanyakan kabar Win karena mereka tak saling bertukar kabar dalam beberapa hari.

Win berbohong tentang betapa ia baik-baik saja. Tentu Win tak berani memberi tahu Mew tentang keadaan kakinya akibat keteledoran Gulf tempo hari. Mew jelas akan sangat khawatir. Ditambah dengan dengan kondisi keluarga mereka sekarang, bukan tidak mungkin Mew memarahi Gulf atas hal ini.

Win ingat saat Mew pernah secara tak sengaja membuat kepala mereka saling berbenturan, Mew tak berhenti meminta maaf selama seminggu. Jika Mew tau tentang hal yang saat ini Win alami, Mew mungkin akan mengabaikan segalanya tentang dirinya dan Gulf, lalu bergegas menemui Win.

"Win?" Win buru-buru menyingkirkan smartphone miliknya saat Gulf masuk ke dalam kamarnya.

"Win sedang apa?" tanya Gulf sembari duduk di sudut kasur Win.

"Tidak ada yang bisa dilakukan, Pa. Kenapa, Pa?"

Gulf menggeleng, "Win ingin makan apa untuk makan siang?"

"Apa saja. Semua masakan papa adalah favorit Win."

"Kalau begitu, tunggu sebentar. Papa akan buatkan sesuatu yang rasanya mustahil untuk Win lupakan. Apa Win ingin potongan buah juga?"

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang