Tangis pilu gadis yang mengunci dirinya tak sedikitpun mereda, sementara Gulf hanya terduduk dengan tatapan kosong menelan kekecewaan yang kental pahitnya.
Kao tersandar di pintu kamar Win dan meratapi kebodohannya diiringi isak tangis sang putri. Sekalipun mereka tak seakrab ayah dan anak pada umumnya, tapi Kao menyayangi putrinya, sama seperti ayah-ayah di muka bumi yang mengasihi darah dagingnya.
Kao mulai bangkit dan menuruni tangga untuk menghampiri Gulf yang tentu tak bisa menerima kenyataan. "Gulf, kau tau kunci cadangan yang bisa membuka kamar Win, kan? Dimana itu? Alice mengunci dirinya lagi, aku mengkhawatirkannya." ucap Kao setengah memohon seraya memegangi tangan Gulf.
Gulf menarik tangannya dari genggaman Kao. "Di laci," ucapnya pelan, buka ia melupakan emosinya pada Kao, tapi ia sadar putri mereka tak bisa dibiarkan mengunci diri di dalam kamar. Bagaimanapun juga Gulf tidak ingin hal yang pernah menimpa putranya terjadi pada putrinya.
Kao bergegas mengambil kunci cadangan di laci yang Gulf maksud dan segera membuka pintu kamar Win.
Kao melangkah pelan ke arah putrinya yang meringkuk menumpahkan air mata hampir tanpa suara.
"Alice." suara itu tak lagi menjadi favorit Alice, justru melukai setiap indra yang Alice punya.
"Alice dengarkan daddy sebentar," Kao berusaha tegar dan menyentuh tubuh Alice untuk membantunya bangkit dari lantai.
"Lepaskan," lirih Alice menahan isak ketika membuka suara.
"Biarkan daddy menjelaskannya," pinta Kao kemudian.
"Suara daddy menyakiti telinga Alice, dan sentihan daddy menyakiti badan Alice, daddy membuat Alice merasak sakit dimana-mana, apalagi yang daddy mau? Hiks," Alice kembali terisak slama posisi duduk membelakangi Kao.
"Daddy mau Alice mendengarkan daddy."
"Hiks, apa daddy begitu tidak menginginkan Alice hidup? Alice hanya sedikit kesepian selama ini, tapi Alice baik-baik saja. Daddy yang meminta Alice menerima keluarga baru kita.
Daddy memperlakukan Alice seperti anak yang dibuang, anak yang tidak di inginkan. Tapi papa Gulf merawat Alice seperti anaknya sendiri, papa Gulf menyayangi Alice melebihi Win.
Alice menyayangi papa Gulf, dan menganggapnya sebagai pengganti bunda karena daddy, Alice sudah memberitahu daddy tentang itu, kenapa daddy tidak peduli?!"
"Alice, daddy minta maaf, nak. Daddy tidak pernah memperlakukan Alice seperti itu, daddy hanya sedikit sibuk, bukan berarti Alice tidak dipedulikan."
"Alice selalu mencoba mengerti daddy, Alice menurut apa yang daddy katakan. Alice tidak main ice skating lagi, semuanya yang daddy perintahkan. Alice hanya minta kita bersama, Alice ingin keluarga kecil yang hangat, tapi daddy merusak semuanya!"
"Daddy sedang berusaha memperbaikinya, daddy ingat apa yang Alice katakan."
"Daddy bohong, daddy selalu bertengkar dengan papa, Alice mendengarnya.
Daddy tidak pernah brusaha berbaikan dengan papa. Papa meminta Alice untuk tidak membenci daddy, Alice selalu mempercayai daddy, tidak mungkin daddy Alice mengkhianati keluarga kita, hiks ....
Alice sudah meminta daddy untuk merayakan ulang tahun papa, tapi daddy justru merayakannya dengan selingkuhan daddy. Padahal Alice sudah mengatakan pada daddy kalau daddy akan kehilangan Alice jika daddy kehilangan papa. Tapi apa yang daddy lakukan?
Daddy membelikan orang lain bunga, daddy menciun orang lain di depan mata Alice. Padahal daddy tau Alice mempertaruhkan nyawa Alice, kenapa daddy melakukannya?" tangisan Alice semakin menjadi-jadi, sementara air matanya tak lagi dapat mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...