Up membantu Kao pulang, bukan ke rumah, tapi ke apartement milik Kao. Mereka masuk dengan mudah berkat akses Kao, dan tidak tidak terlalu sulit karena Kao berpegangan erat pada Up.
"Duduklah dulu, Tuan." ucap Up seraya membantu Kao. "Tunggu sebentar," ucap Up lagi seraya memperbaiki posisi mereka agar Kao dapat duduk dengan mudah.
Kao bisa merasakan sentuhan tangan Up yang mencoba melepaskan tangannya yang berpegang erat, tapi perasaan tidak terima membuat Kao mempertahankan pegangannya dan membuat mereka berada pada posisi sebaliknya dimana Up lah yang duduk di kasur, bukannya Kao.
"Ini salah, seharusnya Anda yang duduk, Anda yang mabuk."
"Bicara santai saja, Up." ucap Kao pelan seraya menatap bibir ranum Up.
"Oke, duduklah di kasur, kenapa di lantai, kau mabuk."
"Iya, aku pasti mabuk." jawab Kao seraya menelan ludah. Ia tak mengerti kenapa bayangan Up semakin menggila di kepalanya, bahkan saat Kao sadar kalau ia tak ingin mengkhianati Gulf dengan memikirkan orang lain, Kao tetap tidak bisa mengalihkan pandangannya dari bibir Up.
"Up," ucap Kao lagi dengan suara lebih pelan, tangannya mulai terangkat, ia tak bisa menahan gerak tubuhnya untuk tidak menyentuh Up.
"Tuan Kao."
"Bisakah kau panggil aku Kao saja?"
"Iya, Tuan."
"Em, kau memanggilku dengan formal lagi."
"Maaf," ucap Up.
"Aku yang minta maaf," jawab Kao, sebab kali ini ibu jarinya berani menyentuh bibir Up. "Aku ..., kau boleh memanggilku dengan sebutan apapun, sebenarnya, kata Tuan juga tidak buruk." sambung yang mulai mendekatkan wajahmu ke arah Up, dua bibir itu bertaut, tanpa persetujuan, tanpa penolakan.
Sepasang mata terpejam, sepasang lagi menatap remeh, sementara sepasang lainnya terbelalak tak percaya. Gulf melangkah mundur, ia sadar dengan tatapan Up tapi ia bahkan tak bisa meluapkan amarahnya.
Apa gunanya penyesalan Gulf untuk sikapnya pada Kao? Apa gunanya Gulf mencari Kao hingga menghampiri Kao ke apartemennya jika hanya untuk melihat bagaiaman Kao menikmati jalang murahan seperti Up?
Gulf pergi membawa sesak dalam dadanya tanpa menimbulkan keributan, tepat setelah kepergiannya Kao yang mabuk menjauhkan diri dari Up, mengakhiri ciuman mereka yang salah.
"Maaf, aku tidak seharusnya melakukan ini." sesal Kao.
"Anda mabuk, bukan salah Anda." ujar Up santai, toh Gulf sudah melihat mereka, dan sisanya akan sangat mudah bagi Up setelah kedua sisi goyah.
Kao tak lagi sadarkan diri setelah meminta maaf. Up membantu pria itu berbaring pada tempatnya dan membantu Kao melepaskan pakaiannya, bukan untuk diganti dengan pakaian baru, tapi untuk dibiarkan begitu saja.
"Aku tidak tau kenapa orang sepertimu merusak hidup orang lain. Orang tidak akan mengerti jika tidak merasakan, aku akan membantumu mengerti agar kau tidak seperti kebanyakan orang."
Benturan keras terdengar ketika Gulf mendorong kasar pintu untuk memasuki rumah, pria manis itu bernapas cepat seraya memegangi dadanya yang terasa sesak setelah apa yang ia lihat.
Tentu saja ini tidak dapat dipercaya, bagaimana bisa Kao melakukan itu didepan mata Gulf yang mencarinya? Untuk apa?! Untuk apa berlari kearahnya dengan memikirkan rangkaian kata maaf atas penolakan jika pada akhirnya Gulf hanya akan disuguhkan dengan pemandangan yang menyakiti hatinya?
Gulf mengambil asbak di atas meja ruang tamu dan melempar foto pernikahannya dengan benda itu. Suaranya nyaring lenyap setelah beling berhamburan, Gulf merasa lebih baik setelah menghacurkan pajangan yang sia-sia itu. Kenapa mereka sibuk menggantung foto pernikahan? Tidak ada orang yang akan melihat suasana mereka, hanya Gulf, dan Kao sudah menunjukkan pada Gulf bagaimana ia memperlakukan orang lain ditempatnya biasa mendapat perlakuan serupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Hayran Kurgu"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...