ENNUI 2: PERFECT BAGIAN XXXXIII

600 115 23
                                    

Win menatap dinding kamarnya, interior, plafon bahkan lantai, semuanya benar-benar luar biasa. Entah sebesar apa usaha Mew hingga ia bisa mendirikan tempat yang begitu menakajubkan seperti Ilya Palace. Mana yang mendorong Mew begitu kuat? Balas dendam untuk Kao dan Gulf, atau demi Win.

Hampir setengah jam setelah Win kembali ke kamarnya, dan Mew berpamitan untuk mandi. Namun sampai saat ini Win belum bisa membaringkan tubuhnya untuk sekadar beristirahat. Setelah pertemuan itu, tak melihat Mew beberapa menit membuatnya merasa lebih risau.

"Belum tidur?" Mew kembali ke kamar Win setelah selesai mandi. Sebelumnya Mew berniat untuk membiarkan Win istirahat, tapi ia sendiri tak tahan untuk tak memeriksa apakah putranya sudah tidur atau belum, atau apakah tidurnya nyenyak atau tidak.

"Belum," jawab Win seraya tersenyum ke arah Mew.

"Kenapa? Win merasa tidak nyaman? Apa tangan Win sakit?" tanya Mew yang mulai duduk di samping Win untuk memeriksa suhu tubuh putranya.

"Win baik-baik saja," ucap Win pelan ketika punggung tangan Mew mendarat di keningnya.

"Kalau baik-baik saja kenapa tidak tidur? Ini sudah cukup larut," tegur Mew.

"Win takut," jawab Win singkat.

Mew diam, apa yang putranya takutkan saat Mew berada di dekatnya dan selalu siap untuk melindunginya?

"Bagaimana jika ini hanya mimpi? Win takut Win tidak bisa melihat daddy setelah Win terbangun nanti."

Mew tertawa pelan dan kambali mengusap kepala sang putra, "apa itu masih tidak terasa nyata?" tanya Mew.

"Win, ini juga terasa seperti mimpin untuk daddy, tapi ini nyata. Tidurlah, daddy janji akan menjadi orang pertama yang Win lihat saat Win terbangun. Mau daddy temani sampai tertidur?" tawar Mew mengulurkan tangannya.

Win mengangguk, ia percaya ucapan Mew dan semua janji yang keluar dari mulut Mew, buktinya mereka bertemu sekarang.

Win akhirnya berbaring di kasur, dan Mew membantunya untuk memakai selimut. Win mungkin sudah dewasa, tapi tidak cukup dewasa bagi Mew sehingga Mew masih menggenggam tangan putranya untuk pengantar tidur. Tak hanya itu, Mew bahkan mengusap kepala Win terus-menerus dengan lembut, memastikan sang putra dapat tertidur tanpa merasa risau atau gelisah.

"Sebenarnya Win sudah cukup dewasa, apa sebaiknya Win tidak mengizinkan daddy melakukan ini?" tanya Win.

"Jangan larang daddy, kita baru saja bertemu. Pejamkan mata Win, daddy akan temani Win di sini."

"Win sangat merindukan daddy, bahkan rasanya Win masih ingin menangis jika melihat wajah daddy," ucap Win ketika Mew tak berhenti mengusap lembut kepalanya.

"Daddy juga. Sudah, tidurlah yang nyenyak."

"Win akan melihat daddy lagi besok, kan?"

"Um," jawab Mew seraya mengangguk. Mew sengaja tak mengeluarkan banyak kata, ia tak ingin kantuk Win pudar karena ucapannya yang panjang.

Menatap wajah Win yang mulai terlelap pun membuat Mew merasa bersalah. Sejak awal, seharusnya Mew tak meninggalkan Win di tengah penderitaan.

••• • •••

Berkali-kali Kao menekan layar smartphone miliknya, tetapi panggilan yang ia lakukan terus ditolak.

Sudah lebih dari 24 jam. Tidak ada kabar tentang Win dari polisi, dan Kao juga tak terlihat memiliki jalan keluar selain frustasi dengan smartphone miliknya.

"Kau masih belum bisa menghubunginya, kan?" tanya Gulf, suaranya serak hingga ucapannya hampir tak terdengar oleh Kao yang berdiri di samping tempatnya duduk.

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang