Mew kembali ke kediamannya seraya melepaskan masker dan topi yang ia kenakan. Lalu, Mew melihat Up yang lewat seraya membawa sebuah cangkir ditangannya.
"Tuan Gavrie?" Up menghampiri Tuannya yang pertama kali ia lihat tanpa mengenakan pakaian rapi. "Kenapa Anda basah kuyup? Ada masalah dengan mobilnya?" tanya Up. Mew meminjam mobil Up untuk digunakan sebagai taksi palsunya tanpa memberitahu Up, tampaknya itu membuat Up mengkhawatirkan Tuannya.
"Tidak, aku kehujanan dijalan." jawab Mew, dan sontak saja itu membuat Up semakin bertanya-tanya, bukankah mobil memiliki atap?
"Lalu kenapa kau masih disini? Bukannya aku sudah bilang kalau kau bisa membawa mobilku." ucap Mew melalui Up yang berdiri di hadapannya.
"Benar, saya sedang meminta teman saya untuk memeriksa sesuatu, saya menunggu balasannya."
"Memeriksa apa?" tanya Mew seraya melepaskan jaketnya.
Up berbalik badan untuk dapat melihat Mew yang berada tak jauh dibelakangnya. "Seseorang mengirim uang ke rekening saya, nominalnya tidak besar, tapi saya tidak kenal orangnya. Saya pikir saya perlu memeriksa."
"Jangan!" sergah Mew. "Tarik pertanyaanmu! Cepat!" titah Mew.
"K-kenapa? Saya takut-"
"Itu bukan masalah, batalkan pertanyaanmu, sekarang!"
Tanpa babibu lagi Up langsung menghapus semua pesan dan membatalkan permintaannya.
"Sudah?" tanya Mew. Ia kemudian pergi setelah Up mengangguk.
"Tuan Gavrie kenapa?" gumam Up terheran.
Dibalik kebahagiaan Mew yang berhasil berinteraksi dengan Win, Win justru memasang wajah datar pada Kao yang menyambutnya diruang tamu.
"Kau sudah pulang? Daddy baru akan menjemputmu." ucap Kao yang tengah memegang kunci mobil. Namun, Win tak menanggapi. Kenapa pertanyaan bodoh selalu dilontarkan kepadanya?
"Kau basah, ganti bajumu. Ayo makan malam diluar." ucap Kao lagi sebab Win hanya melewatinya tanpa memberi respon.
"Aku sudah makan," jawab Win tanpa menatap Kao.
"Makan apa? Daddy bisa membuat sesuatu untukmu jika kau tidak ingin makan diluar. Ingin buah?" tanya Kao basa-basi.
Win menghentikan langkahnya ditengah anak tangga, remaja laki-laki itu kemudian berbalik untuk menghampiri Kao. "Jangan perhatian padaku, aku tidak butuh kebaikanmu. Berhenti memanggil dirimu daddy ketika bicara denganku, kau bukan daddyku." Win membuka tas miliknya lalu mengambil lembar jawaban yang sebelumnya dibagikan oleh wakil kelas dan menyerahkannya pada Kao.
"Nilai sempurna?" Kao memilih untuk mengabaikan ucapan Win dan mengalihkan perhatiannya dengan memberi apresiasi terhadap hasil kerja keras Win.
"Katakan pada Papa tiri Alice bahwa aku melakukan apa yang dia mau, jadi kalian juga harus mengingat apa yang kalian janjikan." tegas Win sebelum kembali meninggalkan Kao.
••• • •••
Srak!
Win membuka jendela kamar, tak ada cahaya yang menyilaukan di pagi hari, langit diselimuti awan kelabu dan hujan tak kunjung reda sejak malam.
Win menatap Risak arloji yang melilit pergelangan tangannya, masih ada waktu tiga puluh menit sebelum jadwal masuk kelas, dan itu artinya Win masih punya sedikit waktu bersantai sebelum kembali menggunakan otaknya untuk berpikir.
Win menatap layar smartphone-nya, memeriksa apakah ia telah mendapatkan taksi atau belum. Sampai suara ketukan terdengar dari pintu kamar Win.
Win menghela napas, sengaja mengabaikan ketukan yang ia yakini asalnya dari Gulf. Iya, Gulf mungkin akan menawarkan diri untuk mengantarkan Win agar tidak terlambat, dan Win akan menolak itu agar tak perlu melihat wajah Gulf.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...