ENNUI 2: PERFECT BAGIAN XX

499 94 22
                                    

Ceklek!

Gulf menoleh ke arah pintu yang dibuka dengan kasar. Pria itu kemudian meletakkan pulpen yang ia pegang, jemarinya menyilang ketika menatap Win yang berdiri diambang pintu bersama amarah.

"Kenapa?" tanya Gulf pada Win yang melangkah ke arahnya. Tak pernah ia temukan Win menghampirinya, Gulf tak yakin kalau Win akan protes atas pemberhentian kelas tambahan, sebab sejak awal Win hanya menilai itu sebagai paksaan dari Gulf untuknya.

"Kenapa memberhentikan kelas tambahanku?" tanya Win datar. Gulf tidak bisa bermain-main dengan hidup seseorang sesukanya. Gulf memaksa Win mengikuti kelas tanbahan saat Win menolak, lalu ketika Win menikmati dan memerlukan itu kenapa Gulf memberhentikannya?

"Bukannya kau tidak suka mengikuti apa kata papa? Kau tidak perlu papa, kan?"

Win masih menatap wajah datar Gulf, pria itu benar-benar keterlaluan.

"Kenapa? Kau akhirnya sadar kalau kau tidak bisa melakukan apapun tanpa papa?" tanya Gulf pada Win yang masih berdiri dalam jarak cukup jauh.

"Hebat sekali karena kau mendaftarkan diri dan lulus pretest tanpa memberitahu papa. Kau menjadi arogan karena berhasil melewati dua tahap itu tanpa bantuan papa? Baiklah, teruslah begitu. Ayo lakukan sesuai jalan pikiranmu yang dangkal itu." ucap Gulf.

"Apa kau pikir semuanya cukup dengan tekad?" tanya Gulf. Kuliah di luar negeri, Win membuat Gulf tertawa remeh, Win memerlukan keterampilan berbahas sebagai syaratnya, Win juga harus mendapatkan nilai sempurna, tanpa kelas tambahan yang Gulf bayar mahal, apa yang bisa Win lakukan sebagai solusi?

"Kau pikir arwah daddymu akan memberi tanda tangan? Papa satu-satunya walimu," tegas Gulf.

Win mengepalkan kedua tangannya, menatap penuh amarah Gulf yang mengatakan kebenaran. "Apa yang papa mau kali ini?"

"Bersikap baiklah pada kakakmu."

"Apa dia mengatakan kalau aku yang mendorongnya ke dalam kolam?" tanya Win pelan tanpa ekspresi.

"Tidak, kau hanya perlu bersikap lebih baik pada Alice karena dia saudarimu."

"Apa papa meminta Alice untuk melakukan hal yang sama?" Gulf tak menjawab. Gulf selalu memerintah agar Win bersikap baik pada Alice, tapi apa ia pernah meminta Alice agar bersikap baik pada putranya sendiri.

"Baiklah, akan aku lakukan. Tolong aktifkan lagi kelas tambahanku." pinta Win sebelum berbalik badan untuk meninggalkan ruangan.

"Mau kemana?" tanya Gulf pada Win, tapi Win mengabaikan pertanyaan Gulf.

••• • •••

Sepasang kaki melangkah menyusuri trotoar, aktivitas kota seharusnya berisik, tapi kesibukan yang mengitari terasa lengang bagi Win.

Sampai kapan?

Win merasa semuanya baik-baik saja, karena sampai saat ini Win tidak tau apa yang terjadi. Apa kepala Win bermasalah? Win terus memikirkan kapan ia akan kembali bertemu dengan Mew, sosok berharga yang pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal padanya.

Jauh di belakang Win, sepasang kaki lain mengiringi langkah yang semakin melambat. Dari jarak yang tercipta, Mew memikirkan banyak hal ketika menatap punggung putranya. Entah ini saat yang tepat atau tidak, dan entah bagaimana Win akan menyambutnya, Mew hanya ingin putranya tau bahwa ia tak pernah pergi jauh, Mew tak mengingkari janjinya pada Win.

Lalu, langkah Win terhenti diantara pejalan kaki lain. "Benar-benar melelahkan." Win menarik napas dalam, hingga dadanya terasa sakit karena sesak. Wajah Win tertunduk, hembusan napasnya sama sekali tak melegakan, air mata meloloskan diri dari kelopak mata yang tertutup rapat.

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang