ENNUI 2: PERFECT BAGIAN XXXIX

610 118 45
                                    

"Terima kasih," ucap Win pada supir taksi yang mengantarnya pulang dengan selamat.

Win memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan melangkah memasuki tempat yang selamanya akan mengurungnya, sungguh kematian yang mengenaskan.

"Darimana saja kau?" tanya Gulf ketika baru selangkah Win memasuki ruang tamu.

"Bukankah papa memintamu mengawasi kakakmu? Kenapa pulang terlambat?"

BRUK!

"AKU BENCI DADDY!!!"

Win melirik pintu kamarnya yang masih begitu kuat meski telah berkali-kali dihantam pelampiasan emosi, kenapa itu tidak rusak saja?

"Darimana kau? Merokok?" tanya Gulf menyadari ada salah dari aroma tubuh putranya.

"Win jawab papa, kau merokok?" tanya Gulf sedikit mendesak. "Kau bau asap rokok, dimana kau dapatkan bau itu? Kau merokok, kan?!"

"Iya! Aku merokok, aku melakukannya. Keberatan?" tanya Win degan wajah datarnya.

"Ini alasanmu selalu pulang terlambat walaupun tidak punya kelas tambahan? Ini sebabnya kau tidak pernah mendengarkan papa? Apa yang kau lakukan? Kenapa kau sangat senang menjadi tidak berguna?"

"Ini karena papa. Papa selalu mengatakan aku tidak berguna, karena itulah aku menjadi tidak berguna!"

"Kau menyalahkan papa? Kau yang tidak bisa mengatur dirimu. Apa papa menyuruhmu merokok? Papa hanya memintamu belajar, Win. Apa papa pernah memintamu melakukan hal bodoh seperti yang kau lakukan sekarang?!"

"Benar. Aku yang salah, tidak bisa mengatur diri, aku bodoh. Sudah puas?"

"Liat dirimu, pembangkang! Apa kau lupa siapa yang membuatmu lahir ke dunia? Tidak bisakah kau bersikap sedikit sopan pada papamu? Tunjukkan sedikit rasa terimakasih karena papa membesarkanmu!"

"Em, benar. Papa yang membuat ku lahir di dunia, sudah seharusnya aku berterimakasih, kan? Baiklah, aku akan berterimakasih. Papa ingin aku melakukan? Belajar sampai aku mati? Menerima laki-laki yang akan menjadi pasangan papa? Bersikap baik pada saudara tiriku?! Aku bisa melakukan semuanya untuk ungkapan terimakaihku."

"TIDAK ADA YANG MENYAYANGIKU!!! AKU INGIN MATI SAJA!!!"

Win menatap pintu kamarnya sebelum kembali menatap wajah Gulf. "Tunggu di sini, papa akan dapatkan ungkapan terimakasih dariku, tuntas!"

Win menaiki tangga dengan langkah tegas dan masuk ke dalam kamarnya. Sorot matanya yang tajam melirik gadis yang terus meneriakkan betapa dirinya membenci hidup dan ingin mati, alasan kenapa Win gagal dalam ujiannya.

PRANG!!!

Win melangkah tegas ke arah jendela dan menghantam benda itu dengan sikunya.

Hening setelah suara yang begitu nyaring, Alice menatap Win dengan matanya yang sembab, saudara tirinya itu diam beberapa saat dan berbalik ke arahnya setelah memungut pecahan kaca jendela dengan sisi paling tajam.

"Kau ingin mati, kan?" tanya Win pada Alice yang terdiam menatap tetesan darah dari lengan Win.

"Katakan padaku, papa memintaku membantumu agar aku bisa berterimakasih padanya, kak," ucap Win pelan, tapi Alice tak menjawabnya.

"Jika kau hanya ingin cari perhatian, lakukan hanya di depan papa dan daddymu. Tapi jika kau ingin mati, lakukanlah sekarang!" Win menyodorkan pecahan kaca yang ia genggam kepada Alice.

"Ambil dan akhiri sekarang! Sulit menemukan sesuatu untuk mengakhiri hidup di ruangan ini, kan? Maka ambil ini, kau bisa mengakhiri hidupmu sekarang!"

PLAK!

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang