"Senyum, dalam hitungan ketiga aku akan mengambil gambar kalian," Win dan teman-temannya memasang senyum terbaik setelah menerima instruksi.
"Nak, kau yang berdandan tinggi, bisakah lebih dekat ke arah tuan muda kita?" ujar fotografer pada Bright agar bergeser ke arah Win.
"Seperti ini?" tanya Win setelah menarik Bright ke arahnya.
"Perfect," ujar fotografer sebelum kembali mengambil gambar.
"Sekarang ayo kita ambil foto perorangan, pastikan kalian memasang raut terbaik agar terlihat glamor," ujar fotografer lagi.
"Biarkan mereka istirahat sebentar," ujar Mew yang sedari tadi memperhatikan kegiatan putranya.
"Win, daddy mu benar-benar mendefinisikan kata perfect," celetuk Enuel kagum.
"Lihatlah siapa putranya," balas Mew sombong.
"Benar, kalian berdua sama," ujar Enuel yang langsung setuju setelah memperhatikan Mew dan Win bergantian.
Semua orang tertawa mendengarkan ucapan Enuel, tidak terkecuali Mew. Namun, kegembiraan itu tidak sampai pada Win karena wajah Gulf ketika meluapkan amarah terakhir kali tiba-tiba melintas di kepalanya.
"Win, ada apa?" tanya Mew.
Win menggeleng, "Sepertinya Win merasa sedikit tidak enak badan."
"Kau sakit?" Mew mendekati Win dan memeriksa suhu tubuhnya, "Kau pusing? Apa perutmu sakit?" tanya Mew lagi setelah merasakan suhu normal dari kening Win.
"Tidak apa-apa," jawab Win, "bisakah kami istirahat dengan makan sesuatu?" tanya Win.
"Tentu. Semuanya sudah di siapkan," ujar Mew.
"Teman-teman, ayo istirahat dan makan," ajak Win pada teman-temannya dan melewati Mew setelah tersenyum kecut.
"Win, ada apa?" tanya Mew menahan putranya.
"Tidak apa-apa, daddy. Teman-teman Win masih ada di sini, mereka menunggu," ujar Win menghindari Mew.
Mew memperhatikan punggung Win yang menjauh, sementara yang beranjak pergi menunggu dihentikan untuk satu penjelasan.
"Maaf, Anda juga bisa istirahat dulu," ujar Mew pada fotografer yang ia sewa.
"Tidak masalah, Tuan. Mereka masih anak-anak, menjadi model juga bukan tugas yang mudah," ujar fotografer itu.
"Kenapa daddy tidak menjelaskan apapun padaku?"
••• • •••
Gulf membuka semua gorden dan membiarkan cahaya dari luar menerangi seluruh ruangan dalam rumah.
Meskipun dalam kondisi tubuh yang tidak fit, tapi Gulf berhasil mengembalikan tatanan rumahnya seperti sedia kala, seperti rumah yang selalu mereka tuju sebagai tempat pulang.
"Meskipun tidak akan pernah sama, setidaknya ini serupa. Win pasti akan senang ketika kembali," gumam Gulf setelah batuk beberapa kali.
Gulf menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar, kemudian berbaring di atas kasur untuk segera beristirahat. Namun, bersikap abai tidak semudah yang diperintahkan Win padanya.
Mata Gulf terus tertuju pada smartphone yang tergeletak di atas meja samping ranjang. Kekhawatiran tiba-tiba memuncak dan seolah mendesak Gulf untuk segera menghubungi Win. Namun, "Tidak, jadilah orang tua yang normal agar Win tetap tinggal."
Hingga smartphone yang Gulf pandangi dalam posisi berbaring itu menyala.
Staff
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...