Sepasang mata yang tertutup rapat sepanjang malam terbuka perlahan. Win tersenyum selama proses memfokuskan penglihatannya yang masih buram, selama bertahun-tahun, ini adalah tidur paling nyenyak yang pernah Win rasakan.
Namun, senyum Win memudar saat tak berhasil menemukan Mew di sekitarnya.
Win menyingkap selimutnya, berniat mencari Mew di luar kamarnya. Tapi belum sempat Win mendekati pintu, Mew lebih dulu masuk dengan nampan yang berisi segelas jus dan sandwich.
"Win sudah bangun? Kenapa awal sekali?" tanya Mew seraya meletakkan nampan yang ia bawa ke atas meja di samping ranjang Win.
"Daddy dari mana?" tanya Win.
"Menyiapkan ini. Bagaimana? Sudah tidak gosong lagi, kan?" tanya Mew bangga. Ia mempersiapkan sebaik yang ia bisa, walaupun harus mengulang beberapa kali, tapi ia bisa menyajikan sandwich terbaik untuk Win.
"Daddy membuat ini?" tanya Win.
"Kenapa? Win pikir daddy pergi dari mimpi Win?" tanya Mew seraya tertawa pelan. Mew kemudian mendekati Win dan kembali mengusap kepala putranya itu, "sudah daddy katakan, daddy tidak akan pergi dari Win lagi. Daddy adalah orang pertama yang lihat setelah Win bangun, kan?" gurau Mew.
Win tersenyum mengangguk, kapan Mew tidak menepati janjinya?
"Win, maaf daddy hanya membuatkan ini. Nanti Win ingin makan apa? Sup?" tanya Mew antusias.
"Hmh, daddy bisa memasak sup?" alih-alih menjawab, Win justru balik bertanya.
"Daddy bisa belajar membuatnya, tidak sulit."
"Tidak perlu, daddy tidak bisa membuatnya," gurau Win, "lagipula Win akan pulang ke tempat papa, Win akan pergi setelah sarapan."
"Begitukah? Kenapa buru-buru sekali?" tanya Mew. Tentu saja Mew menahan Win, mereka belum lama bertemu, bagaimana Mew bisa merelakan putranya lagi?
"Bukan buru-buru, hanya agar cepat berakhir. Win juga harus pergi ke sekolah," jawab Win tanpa melihat wajah sang daddy.
"Daddy akan cepat," balas Mew. Keadaan seperti ini pasti membuat Win tertekan juga, dan bukan hanya Win pastinya, ada beberapa orang yang merasa bersalah juga.
"Win akan pergi mandi, setelah itu Win akan sarapan," pamit Win.
Mew menatap pintu yang baru tertutup setelah Win masuk ke dalam kamar mandi. Mew mengambil napas dalam saat entah kenapa bayangan tentang Gulf melintas di pikirannya. Mungkinkah Gulf benar-benar memikirkan Win? Akankah Gulf merelakan Win untuk Mew begitu saja?
Mew menunduk menatap kedua tangannya yang memeluk erat tubuh Gulf tadi malam, di dalam dekapan Mew lah Gulf menangis mengadukan ketakutan dan penyesalannya atas kehilangan Win. Dengan kedua tangannya itu juga Mew menyerahkan Gulf kepada Kao. Apa tindakan Mew benar?
Mew mengusap kasar wajahnya dan berusaha menyingkirkan apapun pikirannya yang tidak berada pada rencananya. Pria itu kemudian merapikan tempat tidur sang putra dan menelpon dokter agar bisa mengganti perban Win sebelum Win pulang.
Sementara itu, di atas ranjang yang berbeda. Gulf duduk di tepi ranjang kamar Win, wajah pucatnya menoleh ke arah jendela, menatap langit yang perlahan cerah.
"Gulf, kau sudah bangun?" sapa Kao dengan semangkuk bubur dan segelas air putih di atas nampan. Sejak Win pergi, Gulf tak pernah ingin meninggalkan kamar putranya.
"Ada bagian tubuhmu yang sakit?" tanya Kao seraya mengusap Gulf dengan penuh kelembutan.
Gulf menghela napas, entah kenapa air matanya selalu jatuh di setiap tarikan napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...