Priiit!!!
Win menyipitkan mata, melindungi indra penglihatannya dari cahaya matahari yang menyilaukan. Di tepi lapangan, Win duduk seraya meluruskan kakinya yang terasa keram usai berlari mengelilingi halaman sekolah.
"Win, kau berada di urutan ke-dua." ujar guru olahraga seraya mencatat skor di buku nilai.
"Huft," Win bersiap untuk merebahkan dirinya ke atas rumput, tapi saat Win akan berbaring, sebuah tangan menahan kepalanya.
"Gunakan tangan untuk mengganjal kepalamu," ucap Bright pada Win.
Win segera bangkit, tak jadi merebahkan diri, tak enak juga membiarkan Bright menahan kepalanya. "Kau telihat seperti akan pingsan," ejek Bright serata menyodorkan sebotol air untuk Win. Iya, Bright adalah pemegang urutan pertama dalam olahraga lari minggu ini, itulah sebabnya Bright telah mendapat air minum sebelum siswa yang lain.
"Terimakasih," balas Win seraya menerima pemberian Bright.
"Ingin istirahat di tempat lain?" tawar Bright. Namun, Win menggeleng.
"Aku akan langsung ganti baju setelah ini, aku ingin pergi ke perpustakaan." jawab Win.
"Oh, baiklah."
Win memperhatikan sekitar, semua orang terlihat bersemangat dan bersenang-senang, Win juga berada diantara mereka, kenapa Win tak bisa merasakan energi positif itu?
Win menutup rapat botol air mineral, sebenarnya tak ada banyak hal berubah meskipun Alice tinggal di rumah yang sama dengan Win. Apa yang di katakan Gulf benar, bahwa Win terlalu sibuk dan tak akan sempat bertemu Alice. Sedikit Win juga merasa lega bahwa dirinya tak melihat Alice disekolah yang sama dengannya, atau hanya belum? Entahlah.
Win yang tiba-tiba bangkit menarik perhatian Bright. "Kau ingin ganti baju sekarang?" tanya Bright.
"iya," sahut Win.
"Baiklah," Bright ikut serta berdiri agar dapat pergi bersama Win.
Kedua remaja yang terikat hubungan pertemanan itu berjalan beriringan seraya membahas hal yang berkaitan dengan tragedi Risak arloji milik Bright beberapa hari yang lalu. Sesekali Win tertawa, ia masih tak percaya kalau Bright sampai harus merusak arloji miliknya.
Bruk!
Bright menahan tubuh Win yang agar tak terjatuh setelah bertabrakan dengan seorang gadis. "Kau tidak apa-apa?" tanya Bright yang mengkhawatirkan keadaan Win.
"Aku baik-baik saja," balas Win sebelum ia menatap orang tak punya mata yang menabraknya.
Di hadapan Win, Alice tengah berdiri dengan senyuman iblisnya dan mengaku tidak sengaja telah menabrak Win.
Baru beberapa menit berlalu setelah Win mengucap syukur, tapi sudara tirinya itu sudah muncul di hadapannya dengan mengenakan seragam lengkap? Tak hanya itu, Gulf juga ada ditempat untuk mengantar putrinya itu.
"Win? Kau berada di kelas mana? Mungkin saja kita berada di kelas yang sama?" ucap Alice yang berusaha terlihat ramah.
"Tidak, Alice. Win berada di kelas Sains, dan kau berada di kelas Sosial." ucap Gulf pada Alice. "Win, kau berkeringat banyak." Gulf mengeluarkan sapu tangan miliknya dan berniat untuk memberikan itu kepada putranya, tapi Win menepis tangan Gulf dengan kuat hingga sapu tangan itu terjatuh ke lantai.
Gulf hanya bisa pasrah saat Win pergi melewatinya tanpa sepatah kata. Lalu Gulf akan berbuat apa? Memarahi Win yang bersikap tidak sopan sebab Gulf mengingkari janjinya?
"Alice, papa masih ada pekerjaan. Nikmati waktu belajarmu, daddy yang akan menjemput nanti." ucap Gulf pada putrinya.
"Baiklah," jawab Alice singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...