ENNUI 2: PERFECT BAGIAN LXVI

662 92 19
                                    

"Kau yakin?"

Mew menghela napas saat Vito mengajukan pertanyaan yang sama untuk kesekian kalinya.

"Mew ku tanya sekali lagi. Kau yakin ingin membatalkan rencana tuntutan pada Gulf? Bukti yang dikumpulkan akan sia-sia begitu saja. Bagaimana dengan Win? Jika dia tinggal dengan Gulf, apa kau akan baik-baik saja?"

Entah apakah Mew bisa mengatakan "tidak" kali ini.

"Kau tidak yakin, bukan?" ucap Vito ada Mew yang jelas menampakkan keraguan.

"Win sudah besar, dia akan menentukan sendiri dengan siapa dia akan tinggal meskipun dilakukan persidangan, kan? Apa yang aku kumpulan selama ini mungkin akan sia-sia, dan aku tidak bisa menjamin apakah Win akan baik-baik saja bersama Gulf. Tapi," Mew menarik napas, apa yang ada di pikirannya sungguh lucu.

"Tapi apa?" tanya Vito.

"Win memutuskan untuk bertahan di sisi Gulf. Jika aku memperlakukan Gulf seperti yang aku mau di persidangan nanti, dan Win sudah membuat keputusan.... Aku takut Win akan balik membenciku. Melihat Win dari jauh sambil sesekali menemuinya tidak akan lebih menyakitiku dibanding dibenci olehnya. Aku tidak bisa membayangkannya."

Vito mengusap wajahnya. Jika itu keputusan akhir Mew, maka tidak ada yang bisa dilakukan.

"Baiklah. Kalau begitu, aku kembalikan semuanya padamu," Vito dengan terpaksa menyodorkan kembali map berwarna coklat yang cukup tebal dan mulai bangkit untuk meninggalkan ruangan.

Mew menatap map coklat di atas meja kaca dengan harapan terbaik atas keputusan yang ia ambil bukan tanpa alasan.

Kalimat yang pernah Win ucapkan pada Mew benar-benar membuatnya berpikir begitu jauh dalam kecemasa yang perlahan juga menumbuhkan perasaan bersalah. Jika saja Mew tidak pergi kemana-mana setelah kecelakaan itu, mungkin Win akan mengasihaninya serupa dengan Gulf sat ini.

Mew tersenyum pedih. Win adalah alasan utama Mew untuk setiap hal yang ia lakukan, Mew tidak bisa tetap pada rencana dan mengabaikan tujuannya. Mew masih bisa memantau keadaan Win dari tempatnya, dan Mew yakin dirinya bisa menjaga Win sejauh apapun jarak mereka.

Panggilan masuk menarik kedua sudut bibir Mew. Wajahnya seketika berubah sumringah saat tau bahwa dirinya tengah menerima panggilan dari sang putra.

"Daddy, coba lihat foto yang Win kirim," ujar Win bersemangat.

"Apa itu?" balas Mew sembari menyalahkan speaker sebelum memeriksa smartphone-nya.

"Daddy sudah lihat? Menurut daddy, mana yang bagus untuk ulang tahun papa?"

"Umm," Mew menggaruk dagunya sejenak, "Yang biru muda itu, bagaimana?"

"Kita satu pemikiran. Kalau begitu Win akan pesan yang itu."

"Ingin daddy mengurusnya untukmu?" tanya Mew.

"Tidak perlu, daddy. Win akan mengurus semuanya sendiri untuk papa."

Mew mengangguk, "tetap saja, hubungi daddy jika Win perlu bantuan."

"Untuk ulang tahun papa nanti, Win ingin menyiapkan kejutan dengan tangan Win sendiri," kekeh Win.

"Jangan membuat dirimu terlalu lelah."

"Sama sekali tidak melelahkan, ini benar-benar menyenangkan. Daddy, Win tutup dulu telponnya."

"Kenapa buru-buru sekali?" rengek Mew.

"Win punya janji dengan lamar Art. Win ingin belajar merangkai bunga. Win tutup telponnya. Bye, daddy."

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang