"Ini keren sekali," puji Gulf melihat beberapa foto yang membuat kelompok Win memperoleh penghargaan.
"Benar kah?" tanya Win seraya memperhatikan wajah Gulf yang bersemangat.
"Bagaimana bisa Win tidak memberitahu papa untuk acara sepenting ini? Putra papa ini penuh bakat," puji Gulf lagi.
Gulf membanggakan Win seraya tanpa henti memperhatikan setiap foto, tapi Gulf tidak memberikan reaksi lain.
"Kenapa Win melihat papa seperti itu?" tanya Gulf setelah menyadari ekspresi Win.
Win menggeleng. Sama sekali tidak ada yang salah, tapi kenapa reaksi Gulf hanya seperti ini? Mew jelas mengatakan kalau interior yang digunakan untuk pengambilan gambar diambil dari toko Gulf, tapi kenapa Gulf begitu tenang?
Secara tidak langsung, bukankah Gulf memberitahu Win bahwa dia tau kalau Mew dan Win saling bertemu?
"Apa papa terlalu berlebihan?" tanya Gulf lagi.
"Apa papa baik-baik saja?" tanya Win.
"Iya, papa sangat baik tentu saja. Win baru saja mendapatkan penghargaan, memangnya bagaimana kabar papa seharusnya?" Gulf hampir mencubit gemas pipi Win, tapi Gulf sendiri sadar kalau Win belum cukup terbuka padanya hingga bisa melakukan sentuhan fisik pada putranya itu.
Satu yang menjadi beban pikiran Win saat ini adalah posisinya. Emosi yang Gulf tunjukkan begitu tak berarti, tetapi Mew menutupi pertemuannya dengan Win dari Gulf.
"Rasanya seperti dipermainkan, dan aku sama sekali tidak tau siapa dalangnya."
"Win," panggil Gulf menyadarkan Win dari lamunannya, "Win sering melamun hari ini, apa ada sikap papa yang mengganggu Win?"
Win menggeleng, lagi. "Jika papa baik-baik saja melihat daddy berhubungan dengan Win, kenapa papa tidak bicara yang sebenarnya secara langsung, bahwa daddy masih hidup. Dan jika daddy tau papa berada dalam stabilitas emosi yang normal, kenapa daddy tidak memberitahu Win? Kenapa harus sembunyi-sembunyi untuk mengobrol? Kalian membuatku bingung."
"Win, apa kau sakit?" tanya Gulf kemudian, sebab sang putra lagi-lagi terdiam.
"Pa, bisa tolong kupaskan buah?" pinta Win.
"Tentu. Tunggu sebentar, oke."
Gukf langsung bergegas ke dapur setelah meletakkan foto-foto yang sebelumnya ia pegang. Ia menepati janjinya dengan sangat baik untuk menjadi orang tua yang normal bagi Win. Bahkan, Gulf tetap meluangkan lebih bnyak waktu meski memberikan Win kebebasan. Anehnya kebebasan yang Gulf berikan membuat Win merasa kalau ia tak perlu mencari hal lain di luar rumah.
Entah rasa bersalah setelah mendengar pengakuan Gulf, atau Win benar-benar luluh. Hari-hari yang singkat membuat Win secara sadar patuh pada Gulf yang mengembalikan hubungan mereka seperti sedia kala, hanya saja kali ini terpisah dengan Mew.
"Ini dia buahnya," ujar Gulf menyajikan semangkuk potongan bua di depan Win.
"Terima kasih, pa," ucap Win.
"Win tidak pergi ke luar beberapa hari, apa Win tidak bosan?" tanya Gulf.
"Win akan pergi nanti," ujar Win sebelum memasukkan potongan buah pertama ke dalam mulutnya.
"Baiklah. Hati-hati, oke?"
"Papa tidak tanya Win akan pergi ke mana, dengan siapa?" ujar Win melirik Gulf yang ikut memakan buah.
"Win sudah dewasa, Win tidak akan melakukan hal yang buruk, bukan?" tebak Gulf seraya tersenyum.
"Pa," panggil Win.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...