Bahagia adalah ketika hal sederhana yang kau lakukan dapat membuatmu tersenyum dengan tulus. Alice menutup rapat pintu kamarnya sepulang sekolah, dengan hati-hati ia membungkus hadiah yang ia benar-benar tak sabar untuk melihat reaksi Win setelah menerimanya nanti.
Sejak Alice diperlakukan dengan baik oleh Kao, keluarga mereka terasa seperti rumah sungguhan walaupun Alice lebih sering sendirian berada di rumah. Tidak masalah ketika Kao dan Gulf harus sedikit terlambat ketika pulang ke rumah, mereka tetap punya sedikit waktu setidaknya untuk makan malam dengan salah satunya. Kalaupun tidak ada yang punya waktu untuk makan malam bersama, Alice bisa menghabiskan waktunya dengan Mew untuk bermain ice skating di Ilya Palace, meskipun masih tanpa sepengetahuan Kao tentunya.
Waktu menunjukkan pukul sebelas malam ketika Alice selesai membungkus kado. Cukup sepi di rumah yang tidak terlalu besar ini dan orang tuanya belum kembali entah karena urusan pekerjaan yang mana. Alice meraih smartphone untuk mengisi kesunyian, menghubungi seseorang yang selalu bisa diajak bicara.
"Alice? Kenapa kau belum tidur?"
"Belum, aku baru selesai membungkus kado untuk saudaraku." jawab Alice mengulum senyum ketika Mew membuka suara.
"Hm, hubungan kalian benar-benar membaik."
"Iya, berkatmu. Terkadang aku masih kesal dengannya, kau tau? Dia selalu berlagak cuek, aku tidak sabar melihat reaksinya besok ketika aku memberinya hadiah."
"Dia pasti menyukainya, anak laki-laki biasanya pandai menghargai."
"Benarkah? Bagaimana jika ternyata tidak?"
"Jangan dulu pesimis, ingat apa yang aku katakan? Jangan menghiraukan apa yang membuatmu tidak bahagia."
"Aku tau, tapi ...."
"Apa yang membuatmu khawatirkan, gadis manis?"
"Tidak ada. Kalau dipikir-pikir, kenapa kita baru bertemu? Seandainya kita bertemu lebih lama, mungkin aku bisa berubah menjadi putri kesayangan daddy ku lebih awal."
"Kenapa begitu?" tanya Mew.
"Karena kau yang merubahku."
"Aku tidak merubah siapapun, sejak awal kau memang gadis baik, kau hanya perlu tempat yang bisa mendengarmu dan bisa kau dengar. Dunia ini luas, ada banyak hal yang harus kau ketahui dari sekelilingmu."
Alice ingin menjawab perkataan Mew, tapi suara mesin mobil di halaman menarik perhatiannya.
"Alice?" Mew memastikan kalau sambungan telpon mereka belum terputus.
"Win!" teriak Alice sebelum Win menaiki anak tangga.
Win menoleh untuk menatap saudara tirinya yang terlihat terburu-buru menghampirinya.
"Besok ulang tahunmu, bisakah kau pulang awal agar kita bisa merayakannya?"
Alice bukan satu-satunya yang menunggu, dibalik panggilan, Mew juga menunggu untuk dapat mendengar suara putranya.
"Maaf, tapi kelas tambahan ku tidak bisa ditunda."
Alice mengangguk paham meskipun menahan kecewa, "baiklah."
"Alice, terimakasih karena telah mengingat ulangtahun ku, tapi aku lebih suka kalau kau tidak repot mengingatnya. Aku minta padamu, tolong jangan minta papa atau daddy mu merayakannya. Ujianku semakin dekat dan papa pasti memihak niat baikmu, ujian ini benar-benar penting untukku. Aku akan sangat menghargainya kalau kau tidak mengganggu belajarku."
Alice terdiam mendengar perkataan Win, "Win aku tidak akan menganggumu, maaf kalau kau merasa terganggu."
"Sama sekali tidak, maaf kalau kata-kataku membuatmu sedih. Demi Tuhan, aku tidak ingin menolak permintaanmu, Alice, aku meminta dengan sungguh-sungguh, ini adalah bulan terakhir kelas tambahan ku sebelum ujian dimulai." ucap Win memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...