"... cukup untuk hari ini, segera kembali ke rumah jika kalian tidak punya kelas tambahan, dan jangan lupa untuk mengumpulkan catatan kalian besok."
Win meremas buku catatannya setelah Pak Naka meninggalkan kelas, benar-benar mengesalkan, apa dunia tidak akan berpihak pada Win yang ingin hidup bebas dengan nilai sempurna?
Di tempatnya duduk, Bright memperhatikan Win yang mengeluarkan smartphone untuk memotret papan tulis. Bright masih tak habis pikir, padahal meminta izin tidak begitu sulit karena sakit Win bukan pura-pura.
Dengan sebelah tangannya Win mengemasi semua buku dan meletakkan ranselnya ke pundak. Win bergegas meninggalkan ruangan, apapun keadaannya Win tidak ingin meninggalkan kelas tambahannya.
"Win, istirahat satu hari tidak akan membuat peringkatmu turun." ucap Bright jengah, tetapi Win tak menghiraukannya hingga Bright terpaksa menarik lengan Win untuk menahannya.
"Apa lagi maumu kali ini? Aku tidak akan memaafkanmu jika aku terlambat satu menit saja." Win menepis tangan Bright.
"Wah, apa kalian sedang berkelahi? Di tempat umum seperti ini?" Alice yang tak sengaja lewat menghampiri Bright dan Win.
"Apa kau bisa mengikuti kelas tambahan dengan tangan yang seperti itu?" tanya Bright, Bright tau kalimat yang sebelumnya ia ucapkan mungkin menyinggung Win.
"Aku bisa," Bright menahan rasa khawatirannya setelah mendengar jawaban dari Win. Apa boleh buat?
"Win, kau mau kemana? Ambilkan tas ku di kelas, aku tidak bisa membawanya karena tanganku terluka." Alice memberi Win tatapan mengejek dengan mengangkat jarinya yang dililit plaster sementara ia tau kalau tangan Win terbalut perban. Sebab Alice tau, Win tidak akan menolak permintaannya atas perintah Gulf.
Kesal dan muak, tapi kenyataannya Win tak bisa memberi penolakan.
"Bawakan ke aula," titah Alice seraya menyilangkan tangannya di dada.
Bright menatap Alice, gadis yang seingatnya mendapatkan tatapan tak ramah dari Win beberapa hari lalu. "Kau akan menurutinya?" tanya Bright pada Win yang berbalik begitu saja, Win bahkan tak bisa mengistirahatkan tangannya karena kelas tambahan, bagaimana mungkin Win rela mengulur waktu menuruti perintah gadis di hadapan mereka?
"Kenapa? Apa yang salah dengan sikap penurut adik kepada kakaknya? Iya kan, dik?" ucap Alice seolah terheran.
"Dia kakakmu?"
"Iya," jawab Win singkat sebelum benar-benar meninggalkan tempat, ia harus cepat, jika tidak ingin sangat terlambat.
Win tiba di aula setelah sepuluh menit, alarm pada arlojinya terus mendesak agar Win bergegas dan Win tak jua melihat keberadaan Alice. Tak ingin menunda lebih lama, Win memilih untuk menitipkan tas Alice pada salah seorang siswi dan segera pergi ke kelas tambahannya.
Win mengatur napas ketika menyerahkan kartu aksesnya pada penjaga, sayangnya usaha Win kembali sia-sia, penjaga tak mengijinkannya masuk karena terlambat lima belas menit.
"Lain kali, jangan menyepelekan waktu." ucap petugas itu seraya mengembalikan kartu akses Win.
"Saya tidak akan terlambat lain kali," Win berusaha membujuk petugas meskipun tak ada kemungkinan keterlambatannya akan ditoleransi.
"Semua siswa disini diperlakukan sama, fasilitas dan semuanya, siswa tidak berhak di istimewakan dan guru tidak berhak mengistimewakan. Kau tau, dengan datang terlambat, kau menghambat hampir seluruh kegiatan. Yang sudah memulai harus mengulang demi satu orang yang tidak disiplin. Petugas memegang ucapanmu untuk tidak terlambat lain waktu, atau kau tidak perlu menyimpan kartu aksesmu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...