Diruangan tempat Up biasa menyerahkan foto-foto Win kepada Gavrie, kali ini Up hanya melihat kursi kosong tak bertuan.
Setelah lima belas menit menunggu, Mew akhirnya tiba.
"Selamat pagi, Tuan Gavrie." Up bangkit dan segera menyapa Mew.
"Pagi," balas Mew.
"Saya minta maaf karena mengirim foto Win dalam bentuk non-cetak-"
"Tidak masalah, kau melakukannya untuk menghindari kesalahan yang sama, kan?" sela Mew memotong penjelasan Up. "Up, kau bisa berhenti mengawasi Win."
Up menatap Tuannya. "Kenapa? Apa Anda tidak tertarik lagi padanya?" tanya Up spontan. "Maaf, Tuan." sambung Up setelah menyadari betapa lancang dirinya.
Mew tersenyum, bagaimana bisa ia tak tertarik pada putranya? "Pergilah ke Ilya Palace, temui pasangan Kao disana dan berikan kartu akses padanya." titah Mew seraya menyodorkan kotak kecil berbahan beludru.
Up diam dan hanya memandang kotak berwarna navy di hadapannya. "Anda menyerahkan kartu akses utama?" tanya Up, bahkan Up tak pernah menyentuh kartu itu.
"Kau harus memberi kunci agar dia bisa masuk dan membantuku menata seluruh ruangan yang ada, Up. Aku hanya meminjamkan kartu agar dia bisa menyempurnakan gedung itu, bukan berarti aku memberikan istanaku padanya, kan?"
"Baik, Tuan. Saya akan hubungi Gulf segera dan mengurus Win." ucap Up mengerti.
"Tidak perlu buru-buru, aku sudah menghubunginya. Dan untuk Win, aku akan mengawasinya sendiri mulai sekarang."
Up memilih untuk tak banyak bicara dan langsung mengambil kotak yang Mew berikan padanya. Beberapa saat setelah kepergian Up, kini giliran Hito yang memasuki ruangan tempat Mew berada.
"Kemana dia?" tanya Hito yang baru berpapasan dengan Up.
"Menemui Gulf," jawab Mew singkat.
"Kenapa?"
"Aku menelpon Gulf, aku akan memulainya sebentar lagi."
Hito terdiam sejenak. "Memulai apa? Bagaimana dengan Win?"
Mew menghela napas. "Hito, aku rasa inilah saatnya untukmu kembali ke pengadilan. Biarkan aku mengurus sisanya sendiri. Kau harus menjadi jaksa untuk membuat hak asuh Win jatuh ke tanganku."
"Aku bisa membantumu tentang itu, tidak perlu khawatir. Setidaknya beritahu padaku apa yang akan kau lakukan, itu mungkin berpengaruh dengan keputusan pengadilan suatu saat nanti."
"Aku tidak akan membunuh mereka, tenang saja. Aku tidak bisa menjadi pembunuh karena harus menjadi ayah yang baik untuk putraku."
Hito menatap Mew yang tempat serius dengan arloji di lengannya. "Aku percaya padamu, Mew. Aku akan membantumu tentang Win, kau bisa pegang ucapanku. Tapi, apa kau akan kembali pada Gulf?"
Mew membuka laci meja kerjanya, tanpa sengaja ia menemukan foto Win yang berada di bandara beberapa hari lalu. Mew tak yakin bahwa ia mati rasa, sebab hatinya masih berdebar setiap melihat putranya. Mew merindukan Win, tapi Mew tidak bisa memeluk putranya sekarang. Cukup menyakitkan bagi Mew ketika ia tak bisa menyapa Win sementara Win berdiri didekatnya.
"Jika kau berpikir untuk membuat Gulf kembali, itu keputusanmu. Yang kau lalui selama ini tidak mudah, kau yang paling tau untuk apa perjuanganmu." sambung Hito.
"Aku kemari untuk putraku, itu saja." jawab Mew. Apa yang harus Mew lalui hingga sejauh ini memiliki harga yang harus dibayar.
••• • •••
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...