Kao menuruni tangga seraya merapikan dasinya. Matanya tertuju pada ruang makan, tempat di mana anggota keluarganya sedang sarapan tanpa dirinya.
"Selamat pagi," ucap Kao hangat.
Sapaan Kao dibalas dengan sikap abai. Baik oleh Gulf, Win, bahkan putri kandungnya, Alice.
Kao tau, Alice dan Gulf pasti sangat marah karena kejadian kemarin. Sedangkan Win? Anak laki-laki itu selalu seperti itu.
"Sarapan dengan apa?" Kao tak menyerah untuk terus bersikap ramah.
"Alice kenyang. Alice akan tunggu di luar," ucap Alice dingin. Gadis itu beranjak dari kursinya saat Kao bergabung di meja makan. Sebab bernapas dalam satu ruangan yang sama dengan Kao membuatnya merasa tercekik.
"Daddy antar ke sekolah," sergah Kao sebelum Alice melewati pintu ruang makan.
"Tidak, terima kasih. Alice lebih nyaman tanpa daddy."
"Win, sudah selesai makan, nak?" tanya Gulf pada Win yang tetap santai mengunyah suapan terakhir walau keadaan sedang panas.
Win mengangguk, ia memang sudah selesai. Win hanya tidak ingin mengacaukan drama yang selalu ada setiap pagi saat Kao di rumah.
"Ada hal lain yang Win butuhkan?" tanya Gulf. Tangan berkulit putih itu terangkat untuk merapikan seragam Win dan meluruskan nametag di dada Win.
"Tidak ada," Win menunduk, menatap heran gerakan tangan Gulf yang membantunya dengan detail. Bahkan, jemari Gulf menata beberapa helai rambut Win yang jatuh menutupi mata.
"Kalau begitu, ayo berangkat," ujar Gulf seraya tersenyum ke arah putranya.
Win mengangguk dan bangkit dari kursinya. Masih sama seperti hari biasanya, Gulf menawarkan diri untuk membawa ransel Win. Namun Kao menahan Gulf sebelum Gulf pergi bersama Win.
"Ayo," ajak Gulf. Win tidak perlu menghentikan langkahnya hanya karena Kao memanggil nama Gulf.
"Gulf, aku ingin bicara sebentar saja," pinta Kao pelan tanpa harapan.
"Aku akan bawa tas ku sendiri. Papa bisa tinggal," ujar Win. Bukan Win mendukung dua orang itu, hanya saja raut wajah yang Gulf buat mengganggunya.
"Tidak, lagi tidak ada yang terlalu penting untuk dibicarakan," pungkas Gulf.
"Gulf, aku mohon, aku minta maaf," ucap Kao lagi.
"Sepertinya kalian benar-benar perlu bicara," Win meliirk wajah gelisah Kao di meja makan.
"Pokoknya jangan naik taksi, karena papa hanya sebentar saja."
Win mengangguk, tidak masalah untuk menunggu beberapa saat.
Kao segera menyusul Gulf saat Win meninggalkan ruang makan. Tapi Gulf segera menahan agar Kao tidak beranjak dari tempatnya.
"Tetap di sana, aku tidak ingin anak-anak mendengar pembicaraan kita soal selingkuhanmu."
Kao tertunduk pasrah dan melangkah mundur begitu saja. Ia benar-benar membuat Gulf frustasi dengan tingkahnya yang bodoh.
"Aku tau marah padaku karena perkataan Alice. Tapi kau tidak bisa mempercayai Alice begitu saja tanpa mendengarkan penjelasanku," ujar Kao menatap Gulf penuh permohonan.
"Kau sudah menyusun kalimatmu dengan benar?" tanya Gulf karena Kao tidak menjawab saat Gulf bertanya sebelumnya.
"Aku pergi ke bandara kemarin, aku melihat Up di pintu masuk. Itu kebetulan, bukan aku mengatur jadwal kami untuk bertemu," jelas Kao. Gulf mengangguk pelan, tidak tertarik dengan penjelasan Kao.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...