Kao terus menatap arloji di tangannya sementara Gulf cemas dengan smartphone miliknya, sudah lebih dari setengah jam mereka menunggu di parkiran bandara dan Win tak juga muncul, Win bahkan mengabaikan semua panggilan dari Gulf.
"Dia belum menjawab?" tanya Kao khawatir, tentu saja Gulf menggeleng.
"Aku akan masuk dan mencarinya." ujar Kao, tapi Gulf menahannya.
"Tempat ini luas, kau yakin bisa menemukannya?" ujar Gulf.
"Gulf, empat tahun kita meninggalkan tempat ini, Win mungkin tidak mengingat jalan, bagaimana jika Win tersesat?"
Gulf menghela napas. "Kenapa anak itu pergi begitu jauh?" tanya Gulf geram.
Tut tut...
"Halo?" akhirnya, Win menjawab panggilan Gulf.
"Halo? Win dimana? Papa dan Paman Kao menunggu di parkiran."
"Aku sudah naik taksi." sahut Win seolah tidak perduli dengan kekhawatiran yang Gulf rasakan.
"Kau naik taksi ke mana?" tanya Gulf mencoba sabar.
"Kemana saja sesukaku, Papa bilang uangnya bisa aku gunakan untuk apa saja, kan?"
"Win, jangan macam-macam dengan Papa! Kau harus ke sekolah barumu besok." gertak Gulf.
"Iya, aku matikan teponnya."
"Halo? Halo?! Win?!"
"Kenapa?" tanya Kao pada Gulf yang terlihat sangat kesal.
"Dia sudah naik taksi, dia tidak bicara apapun."
"Setidaknya kita tau Win baik-baik saja." ucap Kao lega.
"Iya, dia memegang banyak uang, dia akan baik-baik saja."
••• • •••
Win yang tengah berada di dalam sebuah taksi menyandarkan kepalanya pada jendela, menatap kosong ke arah jalanan yang sangat ramai.
"Alamat tujuan Anda?" tanya supir taksi untuk yang kesekian kali.
"Kita berkeliling saja dulu, terserah kemana saja, aku akan beritahu alamatku nanti."
Supir itu melirik ke belakang sejenak. "Baik." jawabannya kemudian.
Dilain sisi, Gulf dan Kao melakukan hal yang sama, mereka juga berada dalam perjalanan.
Hingga saat mereka melintasi pusat kota, sebuah bangunan yang menjulang tinggi berdiri dengan megah dan mewahnya berhasil menyita perhatian Kao. Kao yang mengerutkan kening di balik jendela kaca mobil. "Baru empat tahun dan tempat ini sudah banyak berubah."
Gulf tersenyum, ia tau suaminya tengah terkagum-kagum pada bangunan yang megah itu. "Ilya Palace, Kao." ucap Gulf.
"Kau tau?" tanya Kao pada Gulf.
Gukf mengangguk semangat. "Gedung itu berdiri dengan 110 lantai, belum di resmikan. Pemiliknya adalah seseorang dari Rusia."
"110 lantai? Itu artinya bangunan ini adalah yang tertinggi di negara ini, kan?" Kao berdecak kagum.
Gulf mengangguk bangga.
"Orang kaya Rusia akan membentuk klan di sini? Rekan bisnis yang pernah ku ceritakan, dia juga dari Rusia." ucap Kao.
Gulf menatap Kao. "Pemegang saham terbesar di kantor pusat milikmu?"
Kali ini Kao mengangguk. "Aku juga memiliki bisnis dengan orang Rusia, pemilik gedung itu." ucap Gulf antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fiksi Penggemar"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...