ENNUI 2: PERFECT BAGIAN XIII

811 148 132
                                    

Bau harum semerbak dari arah ruang makan, Gulf yang pulang terlambat dari tokonya langsung pergi ke dapur untuk memasak beberapa menu dan menyajikannya di meja makan. Kao juga ada dapur, membantu Gulf menyiapkan hal yang ia bisa lakukan.

"Wangi sekali," puji Alice yang muncul dari arah ruang tamu. Gadis itu mendekati meja makan dengan membawa lipatan kertas yang ia sembunyikan dibelakang punggungnya.

"Duduk, sayang. Mau Papa ambilkan nasi?" tawar Gulf.

Alice menggeleng. "Aku akan ambil sendiri."

"Dimana adikmu?" pertanyaan Kao membuat Alice kesal, tidak bisakah Kao menyapa putri kandungnya dulu baru menayangkan putra tiri?

"Mungkin di kamar, dia pasti sedang belajar dengan sangat giat untuk mempersiapkan diri masuk universitas." ucap Alice.

"Apa yang salah? Kau harus meniru adikmu dan pergi belajar, jangan hanya bermain sosial media." ucap Kao.

"Pa," Alice yang sangat kesal akhirnya menaruh lipatan kertas yang diberikan Gracia padanya.

"Kau dapat surat teguran di hari pertamamu?" tayang Kao.

"Tidak bisakah kalian melihatnya dulu?!" ketus Alice, ia benar-benar muak dengan cara bicara Kao.

Sebagai seseorang yang memiliki peran Ibu, Gulf menengahi suami dan anaknya dengan mengambil apa yang Alice berikan padanya. Gulf mulai membuka lipatan kertas, dan yang pertama kali menarik perhatiannya adalah nama Win yang tertulis dengan sangat jelas.

"Irlandia?" emosi Gulf seakan meluap setelah membaca dengan seksama isi kertas yang ternyata adalah formulir pretest pendaftaran beasiswa.

Alice menahan tawa saat Gulf bangkit dari duduknya, meninggalkan makanan yang belum ia sentuh dan langsung bergegas menuju ke kamar Win.

Tok tok tok

Win menambah volume musik yang ia dengar melalui earpod ketika ia belajar, tak ia hiraukan ketukan dari Gulf, hingga ketukan itu terdengar semakin kasar. Win tak tahan dengan kebisingan itu dan memilih untuk membuka pintu sebelum pintu kamarnya rusak.

Namun, baru Win selesai memutar kunci, gagang pintu tiba-tiba  didorong dengan sangat kuat oleh Gulf yang masuk secara paksa dengan wajah penuh amarah.

"Keluar dari kamarku," ucap Win pada Gulf menerobos masuk.

"Apa yang kau lakukan setiap hari di kamarmu?!" tanya Gulf yang langsung meninggikan suaranya. Win tak menjawab pertanyaan Gulf, ia hanya menunjuk meja belajarnya, meminta Gulf melihat dengan mata kepalanya bahwa Win sedang melakukan perintahnya, belajar.

"Jelaskan pada papa!" Win terdiam saat Gulf mengangkat formulir pretest beasiswa miliknya, bagaimana itu sampai ke tangan Gulf?

"Berikan padaku," Win berusaha merebut kembali miliknya, tapi Gulf menjauhkan formulir itu dari jangkauan Win.

"Kau ingin membuat Papa malu? Kau pikir Papa tidak mampu membayar untuk pendidikanmu?! Papa tidak akan mengijinkanmu melakukan ini, kau tidak akan pergi kemanapun!" tegas Gulf seraya merobek formulir Win dan menjatuhkannya ke lantai.

Win mengepalkan tangan menatap sobekan kertas yang jatuh ke lantai. "Aku tidak perlu izin siapapun."

"Aku melakukan segalanya untukmu, tapi kau bahkan tak bisa menghargai aku sebagai Papamu?!"

"Memangnya apa yang kau lakukan untukku?" sahut Win.

"Kau akan terus menjawab jika aku bicara, pembantah!"

"Gulf, pelan kan suaramu." Kao menghalangi Win dari pandangan Gulf, meskipun Kao tak tau apa masalahnya hingga Gulf sangat murka, tapi amarah Gulf akan membuat Win terluka.

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang