ENNUI 2: PERFECT BAGIAN XVI

754 130 108
                                    

Desir angin menggoyahkan helai rambut Gulf yang melamun di tepi kolam. Sudah sering ia menghela napas, tapi sebak dalam dada masih tak tertahan.

Bingung, sejak semalam Gulf terganggu pikirannya oleh fakta bahwa Mew masih bernyawa. Gulf masih punya cinta untuk Mew didasar lubuk hatinya, tapi sudikah Mew untuk kembali?

Apa yang membuat Mew pergi begitu lama? Kenapa membiarkan Gulf mengira bahwa ia mati?

Gulf kembali menyeka air mata yang jatuh. Suasana rumah masih kental dengan kenangan indah, adakah hanya Gulf yang masih mengingat?

"Tidak," Gulf menggeleng pelan, pasti ada cara untuk menghapus kekacauan yang Gulf takutkan.

Gulf menatap bayangan dirinya yang dipantulkan air kolam. "Mew masih hidup, dan kami belum bercerai." gumam Gulf. Benar, Gulf masih memiliki hak atas Mew, tak seharusnya Mew bersama orang lain. Bersaing mendapatkan Win jika tandingannya Mew, Gulf pasti kalah. Daripada menerima kekalahan, kenapa tidak mengambil jalan tengah?

"Aku tidak harus kehilangan Win, aku hanya harus membuat Mew kembali bersamaku."

Win memarik napas dalam-dalam sebelum menyerahkan formulir pretes-nya kepada pengawas.

Jam istirahat baru saja dimulai, dan kesempatan itu digunakan oleh sekolah untuk melakukan pretes. Pengawas hanya menatap kertas yang Win serahkan, enggan menerima kertas yang tampak tak layak. "Ada apa dengan formulirmu?"

"Maaf, aku tidak hati-hati menyimpannya." bohong Win. Ia tak ingin ketidaksetujuan Gulf menghambat tujuannya.

"Masuk dan kerjakan tes mu dengan benar!" Win mengangguk lega dan segera masuk. Seulas senyum ia sunggingkan diwajahnya, Win sudah belajar keras untuk ini, Win tak boleh mengecewakan dirinya sendiri.

••• • •••

"Selamat sore, bos." Gulf tersenyum dan mengangguk untuk menanggapi beberapa karyawan yang menyapanya.

Toko yang dulu hanya sekedar toko kini telah menjadi toko yang lebih besar. Gulf membuat tampilan yang berbeda, karena tak hanya menyediakan furnitur dari dalam negeri, Gulf mengelompokkan setiap benda berdasarkan negara asalnya. Ditengah toko juga selalu diletakkan benda-benda baru yang menjadi primadona untuk menarik lebih banyak pelanggan.

Gulf menekan tombol dengan jari lentiknya, lalu pintu lift terbuka, siap untuk mengantar Gulf ke lantai yang Gulf tuju, lantai dua, tempat dimana ruang kerjanya berada.

Ting...

Pintu lift kembali terbuka, Gulf sampai pada ruangan cukup luas yang tiap dindingnya dihiasi oleh lukisan abstrak.

Dibawah lampu gantung kristal yang berkilau, langkah kaki Gulf terhenti ketika mendapati sosok tegap dengan bahu yang lebar. Jauh didepan Gulf, Mew berdiri dalam posisi membelakangi Gulf, memandangi foto besar yang ada di hadapannya.

Ceklek.

Mew menoleh ke arah Up yang keluar dari ruangan bertuliskan karyawan.

"Kenapa memintaku datang ke tempat ini?" tanya Mew pada Up.

Sebenarnya Up ingin menjawab pertanyaan Mew, tapi ia urung setelah melihat sosok Gulf yang berdiri cukup jauh di belakang Mew.

"Kenapa kemejamu kotor?" tanya Mew pada Up yang bukannya menjawab justru malah terdiam. Mew mendekati Up, menyibak kerah jas yang Up kenakan untuk melihat noda yang mengotori kemejanya. "Sesuatu terjadi padamu?" tanya Mew lagi.

"Ekhem!" Gulf sengaja berdehem, membuat Mew menyingkirkan tangannya dari Up.

"Maaf, Tuan. Sebaiknya saya jelaskan setelah kita kembali dari sini, saya akan menunggu anda di tempat Anda." Up meninggalkan ruangan, melewati Gulf seraya merapikan kerah jasnya.

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang