Tuk tuk tuk
Kursi kayu tunggal bergeser sedikit demi sedikit saat seorang gadis mendang pelan dengan ujung sepatunya.
Alice memaksakan senyum di wajahnya yang lesu ketika sosok Mew hadir di ruangan tempat mereka biasa bertemu. Namun, kali Alice tidak membawa serta perlengkapan berlatih miliknya.
“Pelatih yang ku janjikan baru akan datang dua jam lagi,” ucap Mew mengkonfirmasikan.
Alice memperbaiki posisi kursi yang bergeser dan segera duduk di atas benda itu. “Aku tidak ingin berlatih hari ini. Maukah kau mengajakku jalan-jalan?”
Mew terlihat berpikir sejenak. “Sebenarnya aku sedikit sibuk, Up tidak di sini, jadi dia tidak bisa menggantikanku.”
Alice menghela napas. Tidak di rumah, tidak di saat berada bersama Mew. Kenapa orang-orang selalu membahas tentang Up? Kenapa nama itu harus selalu disebut?
“Kenapa? Kau masih memikirkan pertengkaran orang tuamu?” tanya Mew. Pria yang terlihat lebih sering mengenakan setelan jas hitam itu duduk dengan jarak satu meter dari Alice, salah satu rencananya.
••• • •••
“
Win!”
Remaja laki-laki yang hampir melangkahkan kaki memasuki Ilya Palace dicegat oleh seseorang yang bersemangat melambaikan tangan.
“Mau pergi?” tanya Win pada Up yang berdiri di hadapannya.
“Tidak. Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?” tanya Up.
Win mengangguk. “Aku baik,” jawab Win. Jika boleh jujur, rasanya Win ingin bertanya pada Up tentang hubungan Up dengan Kao yang sebenarnya, dan apakah semua itu termasuk ke dalam rencana Mew?
“Kau ingin bertemu Tuan Mew, kan? Ayo, akan ku antar.”
“Iya, terima kasih banyak,” ucap Win sebelum berjalan mengiri Up yang memberinya arah.
“Jangan terlalu sungkan denganku, aku lebih senang jika kau mau meminta bantuanku.”
Win menatap Up yang bicara dengan ramah padanya. Up terlihat benar-benar tulus ketika melakukan atau mengatakan apapun, rasanya tidak mungkin Up mengacaukan rumah tangga orang, terlebih yang dia pilih adalah orang seperti Kao.
“Kalau begitu bisakah aku bertanya padamu?” tanya Win.
“Tentu, tanyakan saja segalanya. Kau mau aku menceritakan keseharian Tuan Mew selama ini? Seperti ketika Tuan memintaku menceritakan semua tentangmu, aku bisa bebalik menjadi mata-mata untukmu,” gurau Up.
“Sejauh mana tindakan daddy untuk bisa membawaku?”
Up berbalik mengandap Win, kini pria itu berjalan mundur demi bisa melanjutkan langkah mereka tetapi tetap menatap wajah lawan bicaranya.
“Maksudku berapa lama lagi sampai daddy ku selesai dengan rencananya untuk memenangkan hak asuh?”
“Kau bertanya karena tidak sabar untuk tinggal dengannya?” tanya Up. Up sendiri tidak tau harus memberi Win jawaban apa, karena Up juga tidak tau apa-apa soal itu. Sebab, berkas perceraian yang harus ditandatangani diurus sendiri oleh Mew.
“Iya. Aku rasa aku tidak bisa membiarkan diriku tinggal di rumah itu lebih lama lagi. Papaku benar-benar memuakkan,” ucap Win pelan.
“Aku mengamatimu. Kau bilang kau bukan bagian dari keluarga itu saat aku mengaku sebagai reporter, kau pasti sedikit membenci mereka, kan?” tanya Up sedikit bergurau.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...