"Kurangi menatap layar smartphone saat sedang makan," ucap Gulf pelan menegur sang putra.
Di sebuah restoran yang menyediakan berbagai jenis sup, Win duduk berhadapan dengan Gulf yang baru saja menambahkan perasan jeruk nipis ke dalam mangkuknya.
"Sup apa yang menggunakan perasaan jeruk nipis?" batin Win seraya memasukkan smartphone-nya ke dalam saku seragam.
Sejak Gulf mencoba burger, Gulf selalu mengajak Win makan di luar. Terkadang alasannya malas memasak karena terlalu lelah, terkadang Gulf mengatakan kalau ia bosan memakan makanan rumahan, kadang juga berdalih kehabisan bahan di kulkas. Apapun alasan Gulf, Win tau Gulf hanya ingin menghindari Kao.
Win bukannya tidak mendengar pertengkaran terakhir antara Gulf dan Kao, Win hanya tidak ingin ikut campur. Tapi sikap Gulf yang semakin aneh menumbuhkan perasaan lain dalam diri Win.
"Win mau pakai ini juga?" ucap Gulf menawarkan potingan jeruk nipis.
Win menggeleng. Rasa sup yang akan Gulf makan pasti aneh, Win tidak ingin mencoba resep gila itu bagaimanapun juga.
"Apa Win bosan makan di luar berdua dengan papa seperti ini?" tanya Gulf setelah suapan pertamanya.
Win mengaduk supnya dan memutuskan untuk tidak menjawab Gulf. Kalaupun Win bosan, Win harus apa?
"Sedikit keasinan, kan?" bisik Gulf pada Win mengomentari makanan yang mereka santap.
"Kalau papa tidak ingin berpisah dengan Kao, kenapa menantangnya untuk perceraian?" tanya Win tiba-tiba.
Win tidak berniat membuyarkan selera makan Gulf. Tapi sampai kapan Win harus melalukan ini bersama Gulf?
"Apanya?" tanya Gulf pelan seraya tersenyum tipis.
"Aku dengar pertengkaran kalian. Meskipun Kao selingkuh, papa sebenarnya tidak bisa berbuat apa-apa karena papa suka pada Kao, seperti daddy."
Gulf payah menelan makanannya, rasanya Gulf sangat ingin menghiraukan perkataan sang putra.
"Apa papa merasa bersalah?" sindir Win tanpa menatap wajah Gulf.
"Seperti itulah posisi daddy saat itu, mungkin lebih parah. Papa seharusnya bahagia setelah pengorbanan daddy, kenapa justru tidak?" ujar Win meneruskan kegiatannya dalam menyantap makanan tanpa mempedulikan Gulf yang berada di hadapannya.
"Apa papa tidak malu? Meninggalkan orang sebaik daddy demi orang seperti Kao. Papa suka sesuatu yang sempurna, kan? Setidaknya jangan biarkan orang lain tau tentang itu, seperti yang papa lakukan ketika menutupi hubungan kalian di belakang daddy."
"Win," panggil Gulf pelan. Pria itu menatap mangkuk berisi sup yang hanya berkurang satu sendok. "Kalau papa katakan papa mencintai daddy lebih dari apapun, Win tidak akan percaya, kan?"
Win diam. Jelas saja Win tidak akan percaya. Kalaupun memang iya, mereka pasti berkumpul bersama sekarang. Tapi apa yang terjadi? Gulf merahasiakan keadaan Mew dari Win.
"Papa tau kalau papa salah, dan kesalahan itu tidak bisa diperbaiki. Tapi papa sudah mencoba berbagai upaya untuk kembali bersama daddy, daddy yang tidak bisa," ucap Gulf pelan dengan matanya yang mulai berkaca.
Win mungkin mengira kalau perkataan Gulf adalah sebagian dari omong kosong karena Gulf belum tau jika Win sudah bertemu Mew. Tetapi perkataan yang Gulf ucapkan adalah apa yang Gulf coba sampaikan mengenai keadaan sebenarnya. Hal yang Win tidak tau dari sebagian usaha Gulf dalam rahasia hidup-mati Mew.
••• • •••
Kao menggenggam erat pulpen di tangannya saat berhadapan dengan sebuah kertas di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...