"oh hai ponakan ku" ucap pria paruh baya itu pada jiang cheng.
"ternyata kau juga ikut dengan ayah mu dan bocah-bocah ini untuk menyelamatkan anak itu" lanjut nya.
Jiang cheng tidak menjawab, bahkan tidak merespon. Dirinya masih tidak percaya dengan apa yang dirinya liat, pikirkan dan tebak.
"paman, ba-bagaimana kau bisa melakukan ini?" tanya jiang cheng menatap kecewa kearah pamannya.
Pria paruh baya itu tidak menjawab, hanya terkekeh dan melangkah menuju kursi kayu yang memang ada disana, yang membuat lan wangji, moran dan juga wen ning mengambil posisi berjaga, yang mana itu kembali mengundang kekehan pria paruh baya itu.
"hei, aku tidak akan melakukan apapun pada kalian" ucap pria paruh baya itu menatap lan Wangji dan yang lainnya.
"asal kalian mau menyerahkan bocah itu" lanjut pria paruh baya itu menunjuk mo xuanyu/wei wuxian.
Mendengar hal itu jiang cheng bergerak berdiri dihadapan mo xuanyu/wei wuxian, lalu disusul oleh nie huaisang, moran, wen ning dan juga lan wangji yang kini telah berdiri disamping kanan kiri mo xuanyu/wei wuxian dan juga bagian belakang mo xuanyu/wei wuxian.
Melihat hal itu, pria paruh baya itu tertawa dan tidak lagi hanya terkekeh. Yang mana hal itu membuat nie huaisang bergidik ngeri, merasa seram dengan pria paruh baya itu.
"jiang cheng, kenapa paman mu sangat menakutkan dan kenapa dia menculik xuan?" bisik nie huaisang yang berada disamping kiri jiang cheng.
Jiang cheng diam, tidak tahu harus menjawab apa. Tidak mungkin bukan, jika jiang cheng tiba-tiba saja berkata bahwa mo xuanyu/wei wuxian adalah sepupunya yang menghilang dan paman yang ada dihadapan mereka adalah memiliki niat jahat pada mo xuanyu/wei wuxian karna apa yang mungkin saja dimiliki mo xuanyu/wei wuxian.
Tidak mungkin jiang cheng berkata seperti itu tiba-tiba, yang mungkin akan dianggap lelucon disiang hari. Meski lan Wangji pun mengetahui kebenarannya, tapi tetap saja.
Memikirkannya saja membuat jiang cheng merasakan pusing, apa lagi jika dia benar-benar melakukan hal yang dia pikirkan. Mungkin dirinya akan lebih pusing, karna harus menjawab pertanyaan mo xuanyu/wei wuxian dan mungkin yang lainnya, kecuali lan Wangji.
"kenapa kau malah menggelengkan kepala mu seperti kerasukan roh dan bukan menjawab pertanyaan ku?" tanya nie huaisang kembali, saat melihat jiang cheng yang terus menggelengkan kepalanya.
"aku pun tidak tahu, jika aku tahu alasannya, mana mungkin aku terkejut tadi" jawab jiang cheng setengah berbohong.
o==[]::::::::::::::::> ♡ <::::::::::::::::[]==o
Tuan jiang kini masih terlihat sibuk oleh para prajurit penjaga tempat itu, yang tidak kunjung berkurang dan terkesan terus bertambah. Yang mana membuat tuan jiang merasa aneh dan berpikir bahwa dirinya telah dijebak dan kini tuan jiang memikirkan jiang cheng, mo xuanyu/wei wuxian dan juga yang lainnya.
Tuan jiang pun mundur perlahan, membiarkan prajurit dan murid sekte jiang yang melanjutkan pertarungan. Karna dirinya harus masuk kedalam dan memastikan keadaan anak dan juga keponakannya.
"aku berharap mereka baik-baik saja" monolog tuan jiang berharap berulang-ulang dalam hati.
o==[]::::::::::::::::> ♡ <::::::::::::::::[]==o
"a-cheng kau tidak apa-apa kan?" tanya mo xuanyu/wei wuxian, pada jiang cheng yang kini menutup lengan kirinya yang terluka dengan tangan kanannya.
Jiang cheng tidak menjawab, dia hanya menatap mo xuanyu/wei wuxian dengan ekpresi yang seoalah mengatakan 'apa luka dilengan ku tidak cukup menjawab pertanyaan mu' kepada mo xuanyu/wei wuxian, yang mana membuat mo xuanyu/wei wuxian mengaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan senyum canggung.
Mo xuanyu/wei wuxian merobek pakaian bawahnya, membuat jiang cheng terkejut.
"apa yang kau lakukan?" tanya jiang cheng.
Mo xuanyu/wei wuxian tidak menjawab pertanya jiang cheng, ia malah menarik jiang cheng lebih dekat padanya dan menurunkan tangan jiang cheng yang menutupi lengannya, lalu mulai membalutkan luka jiang cheng dengan robekan pakaiannya.
"sudah" ucap mo xuanyu/wei wuxian senang, karna ia berhasil menutup luka jiang cheng dengan robekan milik pakaiannya.
Jiang cheng sebenarnya tidak tahu harus berekspresi seperti apa, yang jelas ia terharu dan juga senang melihat perhatian mo xuanyu/wei wuxian padanya, yang mana pada akhirnya jiang cheng hanya bisa mengatakan termakasih pada mo xuanyu/wei wuxian, sebelum kembali bertarung dengan yang lainnya.
o==[]::::::::::::::::> ♡ <::::::::::::::::[]==o
"parng..."
"ibu!" teriak jiang yanli, lalu mendekati nyonya yu yang menampilkan wajah terkejut.
"ibu, ibu tidak apa?" tanya jiang yanli sambil memeriksa keadaan ibunya.
"lili, ayo kita susul ayah dan adik mu. Ibu benar-benar merasa ada hal yang buruk menimpa mereka" jawab nyonya yu dengan raut wajah yang benar-benar khawatir.
Jiang yanli tidak menjawab, ia hanya menarik ibunya kedalam pelukan dan mencoba menenangkan ibunya dengan terus mengusap-usap punggung milik ibunya.
"ayo lili" ucap nyonya yu yang masih terus mengajak dan meminta jiang yanli untuk menysul jiang cheng dan juga tuan jiang.
"ibu, ibu istirahat saja iya. Lili yakin ayah dan a-cheng tidak akan kenapa-napa dan mereka akan kembali membawa xian dengan selamat" ujar jiang yanli, melepas pelukan pada ibunya dan mengarahkan nyonya yu untuk kembali berbaring diranjang.
Nyonya yu terus saja memberontak dan menolak jiang yanli yang meminta, juga memohon pada nyonya yu untuk beristirahat saja dan mempercayakannya pada mereka, namun nyonya yu terus saja bersikeras tidak mau dan tetap ingin menyusul suami dan juga anak bungsunya, hingga pada akhirnya jiang yanli menotok beberapa saraf ibunya, yang mana membuat nyonya yu kehilangan kesadaran.
o==[]::::::::::::::::> ♡ <::::::::::::::::[]==o
Tuan jiang kini terlihat berdiri ditempat dimana jiang cheng, moran dan yang lainnya mencoba berpisah untuk mengetahui lorong yang menjadi tempat mo xuanyu/wei wuxian dikurung. Yang mana tuan jiang sudah menelusuri dua lorong dan berakhir kembali ke tempat awal, karna merasa bahwa lorong itu bukan tempat mo xuanyu/wei, jiang cheng dan yang lainnya berada.
"aku harap, lorong ini adalah lorong yang tepat" ucap tuan jiang berharap.
o==[]::::::::::::::::> ♡ <::::::::::::::::[]==o
Jiang cheng, lan Wangji dan juga wen ning terlihat masih sibuk melawan prajurit-prajurit milik pria paruh baya itu yang entah mengapa tidak terlihat berkurang sama sekali.
Mo xuanyu/wei wuxian sendiri kini tengah menjaga moran dan nie huaisang yang sudah terluka parah dan kelelahan dari serangan prajurit yang lolos dari pertarungan bersama lan Wangji, wen ning dan juga jiang cheng.
"xuan dibelakang mu" teriak moran, ketika seorang prajurit akan mengayunkan pedangnya mengarah pada mo xuanyu/wei wuxian.
"prang"
Bukan, itu bukan suara antara pedang milik mo xuanyu/wei wuxian dengan prajurit tadi, melainkan sebuah suara yang diciptakan oleh pedang lan wangji dan juga prajurit itu.
"sejak kapan Hanguang-Jun ada disana?" tanya nie huaisang terkejut.
"tidak tahu, yang terpenting xuan tidak terluka" jawab moran.
Prajurit itu merasakan perbedaan melawan lan Wangji yang tadi dan lan Wangji saat ini, saat awal ia bisa lolos, orang yang ada dihadapannya ini menyerang begitu santai dan terkesan tidak ingin membunuh, namun saat ini, ia merasa bahwa nyawanya bisa saja menghilang jika dia lengah sedetik saja.
o==[]::::::::::::::::> ♡ <::::::::::::::::[]==o
Terimakasih sudah membaca cerita ini, jangan lupa untuk meninggalkan jejak dukungan berupa vote, kritik, saran dan juga masukan. Terimakasih ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir (Selesai)
FantasiaPeringatan : alur berjalan lama o==[]::::::::::::::::> ♡ ♡ <::::::::::::::::[]==o Catatan : Ini hanya sebuah cerita fiksi, dimana saya meminjam nama dan juga visual dari aktor/aktris, tidak ada niat untuk menjelekan aktor/aktris manapun, jadi saya...