35.35 Kenyataan pahit🌼

2.5K 106 0
                                    

"Thanks karena udah kasih tau gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Thanks karena udah kasih tau gue." Ucap Vera kepada Lia.

Kemudian ia segera pergi untuk mencari Zidan,ia tidak perduli dengan Arka yang mungkin akan mencari dirinya.Perasaannya kini bercampur aduk,hatinya benar benar terluka.
______________________

"Kak Zidan."Panggil Vera.

Zidan yang tengah mengengkol motornya menoleh kearah Vera dengan senyum lebarnya.

"Untung lo belum pulang Kak."

"Ternyata Lo nonton pertandingan juga Ra,gue enggak tau kalo lo ada disini.Lo bareng Arka?" Tanya Zidan.

"Kak,Vera mau numpang pulang boleh enggak? Sekalian ada yang mau Vera omongin nih." Ucap Vera yang mengalihkan pertanyaan dari Zidan.

"Ouh boleh dong,emang apa yang mau Lo omongin Ra?"

"Sesuatu yang penting,kalo boleh juga kita nanti mampir ke kafe sebentar,Vera bakalan omonginnya disana biar lebih nyaman."

"Oke,ini pasang helmnya jangan lupa." Zidan menyerahkan helm kepada Vera.

"Makasih,tapi Lo enggak keberatan kan Kak?"

"Gue enggak keberatan kok Ra,tenang aja."

"Vera salfok nih Kak,emang Kak Zidan selalu bawa helm dua ya kalo pergi kemana mana?"

"Iya,gue selalu bawa helm dua.Mana tau ada yang mau numpang sama gue seperti sekarang ini,kan enak ada helm satu lagi untuk dipakai sama penumpang gue."

"Kayak kang ojek aja,udah buruan berangkat Kak,Vera udah siap nih." Ujar Vera yang sudah selesai memasang helmnya.

****

Seperti permintaan Vera tadi, mereka pun mampir ke sebuah kafe terlebih dahulu,untuk membicarakan sesuatu.

"Tadi katanya mau ngomongin sesuatu Ra."Ujar Zidan sambil meminum jus jeruk yang ada dihadapannya.

"Hmm iya."

"Vera mau pinjam ponsel Kak Zidan sebentar aja boleh enggak?"tanya Vera.

"Ini ponselnya,enggak ada apa apa nya kok Ra.Enggak ada yang diprivasi." Zidan langsung memberikan ponselnya saja tanpa rasa curiga sedikit pun.

"Serius enggak ada hal yang diprivasi?Yaudah kalo gitu,maaf kalo Vera sedikit enggak sopan buka buka ponsel Kak Zidan."

"Enggak sopan apanya Ra,kalo sama Lo gue biasa aja,aman lah gue enggak akan marah kok seandainya Lo buka atau tau tentang hal privasi gue.Karena Lo orang yang spesial bagi gue."

Vera hanya tersenyum simpul menanggapinya,ia kembali menatap layar ponsel Zidan dan membuka aplikasi galeri.

"Vera minta video ini,tolong kirimin ke ponsel Vera ya Kak."

"Yang mana Ra biar gue kirimin."

Vera menunjukan dua buah video kepada Zidan dan dengan sengaja ia memutar salah satu video diantaranya.Awalnya Zidan tidak sadar dengan video tersebut,namun beberapa saat kemudian ia menatap Vera dan langsung menyembunyikan ponselnya dengan cepat.

"Kenapa Kak?" tanya Vera dengan santai seoalah olah ia tidak mengetahuinya.

"I..it..itu Ra hmm handphone gue, handphone gue lowbat,iya lowbat." Jawab Zidan gugup.

"Tapi Vera liat tadi baterainya masih banyak kali Kak."

Zidan mengeratkan tangannya di bawah meja,ia merasa panik dan gugup bukan main.Bagaimana ia bisa melupakan video itu di ponselnya dan membiarkannya begitu saja,Zidan merutuki dirinya yang begitu bodoh dan ceroboh.Ia tidak tau harus beralasan apa sekarang.

"Kak kok bengong" Panggil Vera yang membuyarkan lamunan Zidan.

"I..iya Ra."

"Kirim aja videonya,Vera udah tau semuanya kok.Kak Zidan enggak usah panik gitu."

Zidan melebarkan matanya tak percaya,"H..hah?apa Ra?"

"Tentang video itu." Jawab Vera sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar,ia mencoba untuk tetap tegar dan menahan agar ia tidak menangis disini.

"Lo udah tau semuanya? Lo tau dari mana Ra? Maaf,maafin gue Ra karena enggak kasih tau Lo semuanya." Zidan menggenggam tangan Vera dengan erat,ia merasa sangat bersalah sekarang.

"Jadi yang di video itu semuanya benar? Kak Zidan yang merekamnya? Terus video Vera dan Kak Arka Lo dapat dari mana Kak?" Tanya Vera sedikit emosi.

"Semua itu benar Ra,emang gue yang ngerekam.Tapi yang video Lo dan Arka itu,Arka kirim sendiri di grup."

Mendengar jawaban Zidan,badan Vera melemas.Air mata yang ia tahan dari tadi akhirnya jatuh begitu saja tanpa perintah.

"Gue bodoh Ra, harusnya gue bisa menghentikan permainan sialan itu,yang jadiin lo sebagai taruhannya.Tapi gue enggak bisa, bahkan kasih tau Lo tentang ini semua pun gue takut karena ancaman Arka Ra.Gue emang sepengecut itu Ra,maafin gue."

"Enggak perlu minta maaf,ini semua bukan sepenuhnya salah Kak Zidan.Vera cuma minta tolong kirim video itu aja." Vera menepuk pundak Zidan dengan pelan.

"Oke gue kirim,tapi Lo tau dari mana kalo gue punya video ini?" Tanya Zidan.

Vera menggedikan bahunya sambil tersenyum,ia tak berniat untuk memberi tahu siapa orangnya.

"Terus hubungan Lo sama Arka gimana Ra?"

"I don't know." Jawab Vera singkat, sepertinya sekarang ia sudah lelah membicarakan hal yang bersangkutan dengan Arka.

"Vera kira semuanya yang terjadi cuma mimpi." Ucap Vera sambil memijit pelipisnya.

"Ini salah Vera juga,Kak Zidan pernah peringati buat hati hati sama Kak Arka.Tapi Vera enggak perduli dan akhirnya seperti ini."

"Penyesalan emang datangnya akhiran Ra."

"Iya tau, karena kalo awalan namanya pendaftaran,bukan penyesalan lagi Kak."

"Vera mau pulang naik ojek aja,ini udah sore.Kak Zidan langsung pulang kerumah enggak usah antar Vera karena kejauhan.Makasih udah bantuin Vera tau tentang kenyataan yang sebenarnya dan makasih videonya juga." Pamit Vera sambil menenteng tasnya.

"Ta..tapi Ra." Zidan hendak mencegah Vera, namun Vera sudah beranjak pergi.

"Udah gakpapa." Vera melambaikan tangannya dan segera keluar dari kafe.

****
Maaf kalo ceritanya kurang menarik atau tidak sesuai dengan ekspektasi kalian,hehe:)
Makasih ya yang udah mampir ❤️

My Crush [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang