59.59 Perasaan yang bingung 🌼

1.3K 89 2
                                    

Vera menutup buku tulisnya,jam pelajaran sebentar lagi akan berakhir dan waktunya pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vera menutup buku tulisnya,jam pelajaran sebentar lagi akan berakhir dan waktunya pulang.Ia mengecek ponselnya sebentar karena ada notif pesan yang masuk.

Ternyata itu pesan dari Zidan yang sudah menjemputnya ,padahal Vera menolaknya untuk pulang bersama.Tapi Zidan tetap memaksa dan ia menunggu Vera di depan sekolah.

"Chat siapa sih Ra? Kok nama kontaknya di kasih love gitu." Tanya Lea yang mencuri pandang ke layar ponsel Vera,anak satu ini memang sangat kepo tingkat tinggi.

"Iss anjir ternyata kontaknya Kak Zidan." Pekik Lea membelalakkan matanya,setelah mengetahui siapa yang sedang berchatan dengan sahabatnya itu.

"Ouh ya gue belum kasih tau Lo,kalo gue jadian sama Kak Zidan dua hari yang lalu." Ucap Vera memberi tahu.

Lea menggeleng tak percaya,ada rasa terkejut mendengarnya.Dirga yang kebetulan berjalan melewati meja mereka berdua langsung berhenti.

"Apa Lo bilang? Bukannya kemarin Lo cerita sama kita masih gamon sama mantan, sekarang malah cari pelarian." Ujar Dirga asal ngomong.

"Wah bagus dong Lo punya pacar Ra,tapi kenapa keliatannya Lo kayak biasa aja gitu." Lea mengerutkan keningnya dan menatap Vera.

"Mungkin karena Arka enggak masuk sekolah,Vera jadi galau gitu."Sahut Dirga sambil tertawa mengejek.

Vera menggebrak mejanya dan menatap Dirga dengan tajam," Kak Arka kecelakaan goblok,dia masih dirumah sakit.Makanya dia enggak masuk sekolah."

"Apa Kak Arka kecelakaan?" Pekik Lea dan Dirga secara bersamaan, membuat semua murid menoleh kearah mereka karena terkejut dan merasa terganggu.Dan berakhir mereka berdua mendapat teguran dari guru.

"Shuut makanya jangan keras keras." Ingat Vera sambil menaruh jari telunjuknya di bibir.

"Iya tau,terus yang tadi kok bisa Kak Arka kecelakaan?" Tanya Lea penasaran.

Vera pun menceritakan bagaimana kronologi kecelakaannya Arka,tak lupa ia juga menceritakan awal dirinya bisa pacaran dengan Zidan dan berakhir kecelakaan tersebut terjadi di depan matanya.

Lea dan Dirga hanya manggut manggut mendengarkan pembicaraan Vera, mereka sangat terkejut dan tidak menyangka jika semuanya akan menjadi seperti itu.

"Yang penting kondisi Arka udah membaik,terus pulang sekolah ini Lo mau jenguk dia lagi?"

"Rencana gue sih iya,tapi gue udah di jemput sama Kak Zidan."

"Ya Lo sekalian aja ajak pacar Lo kerumah sakit."Ujar Dirga.

"Terus perasaan Lo ke Kak Zidan gimana Ra? Gue penasaran nih dari tadi,apa secepat itu Lo suka sama dia? Maafkan temanmu ini yang cantik,dari pada gue mati penasaran kan mending bertanya." Ucap Lea memasang wajah seimut mungkin dan tersenyum manis untuk meluluhkan hati sahabatnya agar mau bercerita tentang perasaannya.

"Najis banget enggak usah masang muka kayak gitu Le,atau Lo mau gue tampol?" Vera menggidik ngeri melihat ekspresi Lea.

"I am sorry,gue emang keliatan imut gini.Lo langsung ceritain aja,enggak usah perhatiin muka gue." Ucapnya.

Vera mengusap wajahnya dengan kasar," Berkali kali gue bingung sama perasaan sendiri,gue udah pacaran sama Kak Zidan tapi gue enggak suka sama dia.Gue masih terjebak di masa lalu dan masih punya perasaan ke Kak Arka,masih khawatir dan perduliin dia."

"Terus kenapa Lo terima Bang Zidan? Kalo kenyataannya Lo enggak suka dia sama sekali, sebagai cowok gue ikut ngerasa sakit hati banget dengernya." Ujar Dirga.

"Karena gue pengen move on dari Kak Arka Dir,dengan cara pacaran sama Kak Zidan mungkin bisa membantu gue buat ngelupain dia." Sambung Vera sambil memijit keningnya yang terasa pusing.

"Ucapan gue benerkan kalo Bang Zidan cuma jadi pelarian,Lo tega bener Ra." Dirga menggeleng sedikit merasa kesal dengan sahabatnya yang satu ini.

"Kalo gitu ya terusin aja hubungan Lo sama Kak Zidan mana tau bisa membantu." Ucap Lea memberi saran.

"Tapi semakin jauh dan semakin lama hubungannya,gue malah makin merasa bersalah banget.Dia udah tulus dan serius sama gue,tapi ternyata perasaan gue biasa aja dan ngerasa enggak nyaman.Apa itu enggak menyakiti hati Kak Zidan?"

"Sebelum semuanya makin jauh gue pengen akhiri hubungannya,gue kasian sama Kak Zidan yang cuma di jadiin pelarian." Sambung Vera sambil menutup wajahnya dengan tangan.

"Ra Lo gila?" Lea tidak percaya dengan ucapan sahabatnya yang ingin mengakhiri hubungannya yang baru dua hari dia jalani.

"Jangan putus,mending Lo coba jalani." Ucap Lea sambil menepuk pundak Vera.

"Itu yang dibelakang kenapa ribut terus? Mau bapak jemur di lapangan sekolah dan pulang terakhiran?" Mereka mendapatkan teguran dari guru lagi, karena terus mengobrol.

Lea meringis dan langsung meminta maaf," maaf pak,kita enggak akan ngobrol lagi kok." Ucapnya.

Tak lama suara Bell pulang sekolah berbunyi,Vera segera membereskan alat tulisnya kedalam tas.Setelah itu ia keluar kelas dan menuju kearah depan gerbang sekolah.Karena terlihat dari kejauhan Zidan sudah menungguinya disana.Vera pun mempercepat langkahnya.

"Udah pulang? Lesu kali kelihatannya." Ucap Zidan sambil tersenyum lebar menatap Vera yang berjalan menyangking tasnya dengan tidak bersamangat.

"Gue kan udah bilang enggak usah dijemput Kak."

"Kalo enggak gue jemput Lo mau pulang sama siapa? Gue udah nunggu loh dari tadi.Emangnya Lo mau pergi kemana?" Tanya Zidan seraya memberikan helm kepada Vera.

"Biasanya juga gue pulang sendiri kok,gue pengen jenguk Kak Arka ke rumah sakit.Lo mau ikut sekalian juga boleh Kak" Jawab Vera.

"Kenapa enggak besok aja jenguknya,kemaren kita kan udah kesana,hari ini gue lagi enggak bisa."

"Enggak bisa atau enggak mau?"

Zidan menghela nafasnya dan menatap Vera dengan lembut untuk mencoba menjelaskannya,"beneran enggak bisa sayang,hari ini gue mau kerja kelompok.Kemungkinan pulangnya bakalan sore,jadi besok aja."

"Yaudah kalo gitu biar gue yang kerumah sakit sendirian."

"Enggak usah Ra." Cegah Zidan,ia langsung menarik tangan Vera agar tidak pergi dan melepas helmnya yang sudah dipakai.

"Kenapa Kak? Lo bilang enggak bisa,jadi gue berangkat sendiri dong."

"Seperduli dan sekhawatir itu sama Arka ya Ra? Sampai enggak nurut dan dengerin omongan pacar sendiri." Ucap Zidan sambil tersenyum,jujur untuk yang kali ini Zidan benar benar cemburu.Ia tidak rela jika Vera perduli dengan cowok lain,selain dirinya atau keluarganya.

Vera mengacak rambutnya sendiri karena bingung,"gue juga perduli sama Lo Kak,Kenapa sih Kak Zidan tiba tiba begini?" Tanya Vera.

Zidan menggeleng pelan,ia mencoba mengalah agar tidak terjadi pertengkaran diantara mereka,"terserah Lo Ra,kalo mau pergi kerumah sakit biar gue anter."

"Enggak usah,enggak jadi pergi.Gue mau balik kerumah aja,Lo bilang ada kerja kelompok."

"Serius?" Tanya Zidan memastikan.

"Iya." Vera pun tidak ingin ribut dan berakhirlah ia menuruti perkataan Zidan untuk tidak pergi kerumah sakit.

"Enggak marah kan Ra?"

"Enggak Kak Zidan,gue enggak marah."

Zidan tersenyum simpul mendengar perkataan Vera,setelah itu ia segera melajukan motornya meninggalkan halaman sekolah.

****

Bersambung...

My Crush [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang