Salah Paham

245 15 2
                                    

Ingatlah sumpah jabatan kita
Kepada Tuhan yang kita ikrarkan
Bersama selalu jadikan pegangan
Janganlah membuat perbedaan terhadap miskin kaya
Tugas sucimu sebagai penyelamat
Seluruh wanita di mayapada

Seperti lagu mars Ikatan Bidan Indonesia, kita sebagai bidan tidak boleh memilih-milih pasien. Ketika kita lulus, kita sudah disumpah untuk selalu berkomitmen pada profesi kita. Tapi kenyataannya sebagian kecil dari bidan ada yang terpengaruh dengan godaan setan dengan melupakan sebagian sumpah itu.

Malam itu aku yang akan mengunci pintu pagar dan akan istirahat, harus tertunda dengan kedatangan sepasang suami istri yang mengalami ketuban pecah dini. Sang ibu mengeluh dari kemarin ada air berwarna bening yang merembes dari arah jalan lahir tetapi tidak merasakan kontraksi. Kebetulan hari itu bu Elani sedang pergi bersama suami, sehingga aku yang masih minim pengalaman ini sedikit panik ketika mendengar cerita dari sang ibu jika ketuban sudah keluar dari kemarin pagi. Setelah dilakukan pemeriksaan dalam, aku dan Nilla memutuskan merujuk pasien ke rumah sakit pilihan pasien takut jika ketuban pasien sampai habis.

"Memang gak bisa normal aja mba?"

"Mohon maaf gak bisa bu, ini ketubannya sudah tinggal sedikit sekali."
Jawab Nilla setelah melakukan pemeriksaan dalam.

"Bisa mbak, saya yakin bisa normal, kata bidan yang saya kunjungi sebelumnya ini hal yang wajar kok mba. Malah bidannya lebih senior dari mba."

"Ibu mohon maaf, ini kita rujuk dulu gak papa ya? Nanti biar di lihat sama dokternya. Kalau dokternya memutuskan masih bisa normal, mungkin akan dilakukan induksi. Ya bu dari pada nanti terjadi hal yang tidak diinginkan, karna air ketubannya sudah keluar terlalu banyak, takut anak ibu biru nanti di dalam"
Kata Nilla menasehati.

"Yaudah deh, tapi saya minta ditemani bidan di sini ya mba waktu kerumah sakit. Kalau memang bisa normal saya mau melahirkan disini aja bukan di rumah sakit."

Dalam perjalanan ke rumah sakit, sang ibu bercerita. Selama kehamilan pertama itu, konsultasi dilakukan tiap bulan di bidan. Per tiga bulan USG ke rumah sakit. Semua sudah dipersiapkan dengan sangat matang oleh sang ibu. Ibu memilih bidan terbaik, berdasarkan pengalaman kakak dan beberapa kenalan. Ditambah klinik yang juga lengkap dan nyaman.

Sebagaimana umumnya orang yang tengah hamil tua, ibu membiasakan berjalan kaki di pagi hari agar persalinan jadi lebih mudah. Tetapi pagi itu, sesuatu terjadi seperti "menetas" di perutnya. Lalu terasa ada yang rembes, tapi tidak ada kontraksi, dan rembesan itu tidak berwarna sama sekali.

Pagi itu juga ibu dan suami mendatangi bidan langganan. Sayangnya, ketika ibu memasuki klinik, sang bidan tepat dalam perjalanan keluar. Bidan hendak ke Bandung mengurusi kuliah anaknya.

Apesnya lagi, tidak ada bidan yang jaga. Bidan pengganti baru akan datang malam hari. Jadi ibu memutuskan untuk pulang, melanjutkan aktivitas seperti biasa. Ibu masih mengerjakan pesanan cetak foto dan suami tetap masuk kerja.

Karena tidak merasakan sakit sedikit pun, dan di klinik langganan pun tak ada bidan. Ibu tersebut mengabaikannya. Apalagi katanya sudah sejak pekan lalu terjadi bukaan satu tapi tak ada kontraksi sama sekali.

"Karna bidan disamping rumah masih muda saya ragu mba, akhirnya ke bidan senior yang sudah tergolong tua. Di rumahnya juga tersedia klinik, tapi memang jarang penuh. Ketika konsultasi, ia tak melakukan "pengecekan dalam" sama sekali. Yang ditanyakannya adalah biasa konsul ke mana? Dan kujawab apa adanya."

SATU CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang