"Er, ikut seminar di Hotel 101 kan?"
Tanya Vanes padaku yang masih membereskan peralatan makeupku kedalam tas."Iya, ini mau langsung berangakat."
"Kayanya kita telat deh. Udah pukul 6.20 nih... mana sih si Vera. Katanya mau datang jaga lebih awal."
"Lo mba Er sama Nesa masih disini to?"
Kata bu Maryam yang tiba-tiba masuk ke kamar jaga."Iya bu"
"Gak ikut seminar? Lumayan lo buat nambah SKP. Libur kan sekarang?"
"Iya bu"
"Berangkat sama bu Mer aja yok sekalian. Bu mer bawa mobil sama mas Dimas."
Ucapnya menawarkan tumpangan. Aku lihat Vanesa terlihat menggelengkan kepalanya tandanya dia tidak ingin semobil dengan mantan pacarnya itu. Namun bu Maryam seakan memaksa dengan terus mengajak dan membawakan tas tempat baju kotorku.
"Sudahlah ayo"
Katanya sambil menarik tangan Vanes.Terlihat memang bu Maryam ingin menjodohkan kembali dokter Dimas dengan Vanes, namun seperti dugaan dan rumor yang beredar, mereka tidak akan bersatu kembali. Sebab dokter Dimas sudah memiliki kekasih baru yang seprofesi dengannya.
"Erine sudah ada pacar belum?"
Tanya bu Mer yang duduk di kursi penumpang depan."Emm sudah"
Jawabku ragu."Sudahnya kok gak yakin to? Kalau Vanes gak mau lagi sama anak bunda, Erine mau gak bunda jodohin sama mas Dim?"
Jawabnya sambil tersenyum menggoda Vanes."Emm... maaf bu, saya sudah ada kekasih"
Jawabku cepat setelah melihat perubahan expresi tak nyaman pada Vanes."Oh ya sudah, tak kira belum ada."
"Anak mana toh Er? Tentara ya?"
Lanjutnya lagi bertanya padaku."Bukan bu, orang biasa"
"LDR?"
"Ndak kok bu"
"Kok bunda gak pernah tau kamu di jemput cwo ya?"
"Iya bu, dia sibuk"
"Oalah"
**
"Walah kita nda bisa duduk di depan nih, karna telat."
Ujar bu Mer saat memasuki aula seminar."Oh itu ada dua, ayok di depan. Dekat sama pemateri."
"Ndapapa bu saya di sini saja"
Ujarku pada bu Mer."Huh... untung pisah, bisa gerak aku"
Ucap Vanes ketika bu Mer sudah tidak bersama kita lagi."Pulang Grab aja ya? Ngomong masih mau kemana gitu."
"Oke, kamu yang ngomong."
Ucapku pada Vanes."Ah gaklah... apa langsung ngilang aja ya?"
"No, bajuku di mobil beliau."
"Oh iya... terus gimana?"
"Dengerin itu dulu, nanti kita pikirin alasannya apa waktu ishoma."
"Gak bisa tenang nih aku Er."
"Sssst"
"Ih dasar... Eh kamu kan waktunya lepas jaitan Er. Itu aja buat alasan."
Aku menoleh ke arah Vanesa, pasalnya aku lupa kalau hari sabtu ada jadwal kontrol dengan mas Narve. Aku mengambil handphoneku, mencari aplikasi Instagram dan mengetikan nama Rumah Sakit tempatku operasi kemarin.
"Ini selesai jam berapa Van?"
"Gak tau, kenapa?"
"Jadwal dokterku jam 14.00. Biasanya daftar online H-3, atau datang satu jam sebelum jadwal dokternya kalau daftarnya di hari yang sama pas beliau praktek."
"Keburu gak ya Er kalau jam 14.00? Dari sini sekitar tiga puluh menit kan ya ke RS Galeri?"
"Kayanya gak deh, mana dibatasi kan ini 15 pasien."
"Oh iya... habis ini kan ishoma, kita kabur aja ke RS."
"Lah gak mau, nanti ndak dapat sertifikat lagi, kan pembagiannya di akhir"
"Izin, bisa-bisa insyaAllah."
Aku sedang melihat Vanes yang sedang bernegosiasi alot dengan panitia seminar. Dia kekeh ingin memintakan izin untuk aku dan dirinya sesuai dengan rencana kita. Tiba-tiba bu Mer datang dengan wanita cantik yang saat ini sedang aku hindari.
"Kenapa to? Kok engkel-engkelan."
"Bu.."
Ucapku sungkan sambil menyalimi wanita cantik tersebut."Sudah sembuh Er?"
Tanyanya sambil mengusap pundakku."Saling kenal to?"
Tanya bu Mer kepada kami."Saya pernah magang di BPM nya bu Elanie bu Mer."
Ucapku cepat."Oalah"
"Pah... sini"
Ucap bu Elanie memanggil suaminya agak keras."Loh ada anak mantu"
Katanya ketika dokter Reza sudah ada di dekat kami. Dengan sopan dan kikuk aku salami dan mencium tangan beliau."Duduk dimana tadi? Waktu ishomanya sudah hampir habis, duduk sama saya yuk di depan."
Ajak bu Elanie padaku sambil merangkul pundakku."Emm, anu bu... eh maaf saya di belakang saja sama teman saya."
"Ada dua kursi kosong kok tadi."
Aku melihat ke arah Vanes meminta bantuan, tapi rupanya dia bingung dengan maksudku. Dia hanya bengong dan mengikuti ajakan bu Elanie dan bu Maryam.
"Bu maaf, teman saya harus kontrol. Kami harus duluan. Sekali lagi mohon maaf, bukan maksud kami menolak ajakan ibu-ibu sekalian."
Kata Vanes setelah kami berjalan beberapa langkah."Kontrol apa Er?"
Tanya bu Mer padaku."Emm post op bu."
"Dimana? Harus sekarang?"
Tanya bu Mer padaku."Kontrolnya nanti aja di rumah, setelah seminarnya selesai. Tak panggilkan doktermu ke rumah. Gitu aja kok ribet to nduk, wong dokternya bisa di lobi."
Kali ini dokter Reza yang berbicara. Aku dan Vanes diam tak berkutik, hanya saling pandang."Emang bisa?"
Tanya Vanes tanpa suara padaku.**
Seminar selesai pukul 13.30 dengan Vanes yang mendapat doorprize partus set. Lagi-lagi, bu Mer mengajak aku dan Vanes untuk semobil dengannya, namun bu Mer harus mengalah dengan bu Elanie yang mengajakku untuk menaiki mobil miliknya saja.
"Yawes gakpapa mbak, Erine sama mbak. Biar Vanes sama saya. Satu-satu biar adil."
"Loh bu, nanti Erine mau pulang sama siapa kalau saya dengan bu Mer?"
Tanya Vanes yang tetap kekeh tidak mau semobil dengan mantan kekasihnya."Bunda juga mau ke rumah mba Elanie kok Vanes. Yuk biar nanti gak kesorean pulangnya."
Ujar bu Mer pada Vanesa."Hadeh... Lagi-lagi kita harus mengalah dengan kemauan para ibu-ibu. Sebel "
Bisik Vanesa padaku sebelum kita berpisah.***
KAMU SEDANG MEMBACA
SATU CIRCLE
Teen FictionCircle cenderung mengarah pada lingkaran atau kelompok pertemanan. Sama halnya dengan seorang gadis yang bernama Erine Rose Defiana, dia mempunyai sahabat bernama Whily yang selalu ada untuknya. Persahabatan itu semakin hari tumbuh menjadi cinta. Na...