Ikat Rambut

294 20 1
                                    

"Gak usah malu sama status ekonomimu, gak usah malu sama pekerjaanmu. Yang penting pekerjaan kamu itu halal, kamu harus tetap bangga. Orang lain gak usah didengar kalau ngomong gak enak, karna mereka juga belum tentu mau tanggung jawab ketika kamu lapar."

Begitulah nasehat bu Elanie pada mba Ajeng yang tiba-tiba curhat ingin berhenti dari pekerjaannya karena malu dengan status ekonomi dan profesinya. Setelah kejadian semalam yang membuat mba Ajeng berakhir menangis di kamar atas hingga pagi, mba Ajeng memutuskan untuk keluar dari klinik.

Flashback On

Malam itu ketika kami heboh dengan menonton drama korea yang diperankan oleh tokoh utama Kim Sang-bum, tiba-tiba terdengar suara tangisan yang tertahan. Aku, Nilla, dan Shinta yang penasaran keluar dari ruang pendaftaran dan mencari asal suara tersebut.

Kami menemukan mba Ajeng yang berdiri menahan lengan dokter Narve sambil menangis. Sang pria terlihat sedikit emosi dan frustasi dari sikapnya yang melempar snelinya kedalam mobil dan melepas paksa tangan mba Ajeng yang berusaha menahannya. Entah apa yang mereka bicarakan waktu itu, yang kami lihat setelahnya dokter Narve pergi dengan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Lalu mba Ajeng melewati kami dan naik ke kamar atas, dan mengunci dirinya disana hingga pagi.

Flashback Off

"Tapi saya tidak bisa melanjutkan bekerja disini bu"

"Kamu ndak lagi ada masalah sama teman-temanmu disini kan Jeng?"

"Ndak ada bu. Saya ingin mencoba melamar di Bank saja bu"

"Yaudah kalau memang itu alasan kamu.. monggo (silahkan) ibu gak berhak mau melarang kamu."

"Baik bu terimakasih"

"Oke ladies, untuk menghindari sakit hati yang mendalam, ada kalanya kalian harus mundur perlahan saat melihat respon pria yang kalian sukai tidak sesuai dengan harapan."
Ucap Shinta saat mba Ajeng sudah pamit pulang dan bu Elanie sedang berada di dapur dengan Vivin.

"Kerja di bank gajinya berapa sih beb?"

"Gak tau aku"
Jawabku singkat sambil menscroll instagram yang isinya rata-rata dari lambe turah.

"Padahal gaji asisten bidan disini lumayan lo ya mba daripada di bidan-bidan tempat aku praktek sebelumnya. Disana gak sampai sejuta. Disini magang aja ada uang jajan kan ya?"

"Iya, kalau aku sayang banget kalau keluar. Belum tentu cari yang enak kaya gini itu selalu dapat."

"Eh mba Nil, btw itu mereka kemarin ngomong apa ya kok bisa sampai ngebuat mba Ajeng nangis gitu terus memutuskan untuk berhenti? Si cwo nya juga marah banget kayanya."

"Iya ya, kepo kan jadinya"

Rasa-rasanya Indonesia cukup pantas menyandang predikat negara dengan tingkat ingin tahu yang tinggi di dunia. Sayangnya keingin-tahuan yang besar itu disalahgunakan. Bukannya untuk mengetahui hal-hal penting dan memang layak untuk didiskusikan seperti gonjang-ganjing Palestina-Israel, Rusia-Ukraina, kebakaran hutan Riau, atau hal lain yang memang layak menjadi concern.

Orang-orang Indonesia lebih suka mendiskusikan kejadian yang terjadi di kehidupan orang lain. Knowing every particular object atau KEPO they said. Entahlah harus dibilang terlalu peduli atau hanya sekedar penasaran dengan hidup orang lain. Kalau ngumpul, pasti setidaknya akan membahas seseorang, apalagi wanita, dengan segala emosi dan penghakimannya. Susah memang.

**

"Beb... ada anak kembar lucu di bawah"

"Iya kah?"
Tanyaku pada Nilla sambil menyisir rambutku yang masih basah.

SATU CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang