Penyemangat

212 16 4
                                    

Menjalin hubungan cinta harus bisa saling mengerti dan tidak bertindak egois. Namun, aku tidak bisa menyangkal bahwa akan ada perbedaan yang terkadang menyebabkan munculnya konflik dalam perjalanan cinta. Meski menjadi hal yang umum dalam suatu hubungan. Aku terkadang merasa jengkel. Apalagi jika pasanganku sering bersikap cuek, egois, hingga berbohong. Perasaan tak dihargai dan terabaikan pun muncul.

Seharian aku sudah cukup lelah dengan pekerjaanku, posyandu bayi dan balita hingga jam 13.00 siang. Sampai PUSTU, masih harus melayani beberapa pasien yang sudah menunggu, sorenya di lanjut posyandu Lansia sampai pukul 17.00 WIB. Setelahnya, aku pergi ke Puskesmas karena mendapat jaga UGD. Sama sekali gak sempat makan bahkan membuka handphone untuk bertukar kabar dengan Dendi.

Karena hal itu, dia jadi marah-marah kepadaku. Padahal tiap kali dia sibuk, tidak berkabar denganku, bahkan membalas pesanku, akupun bisa mengerti. Tetapi, jika aku yang lama membalas pesannya atau bahkan mengabaikan pesannya dia akan marah-marah seperti ini. Dia selalu menuntut untuk diperhatikan, tetapi sangat sulit untuk mengerti diriku.

"Udahlah kalau toxic gitu tinggalin aja"
Kata mas Windu tiba-tiba.

Mas Windu adalah salah satu perawat desa juga yang kebetulan sedang jaga bersama denganku dan Mba Linda malam ini.

"Mas Windu ngintip ya? Baca pesanku?"

"Iya kelihatan soalnya... terus kok kaya asik ya udah keterusan baca deh. Kamu gak makao anti spy sih. Jadi kelihatan kan?"

"Er btw kalau mau beli anti spy lewat aku aja. Baru buka konter aku, siapa tau kan tertarik dengan penawaranku."

"Ih gak boleh baca-baca gitu kali mas. Dosa"

Dia hanya tertawa menanggapi protesku padanya. Kemudian mba Linda datang memisah kami yang sedang debat dengan membawakan martabak telur. Saat sedang asik makan bersama dengan menonton Marsya and The Bear di youtube, tiba-tiba ada inpartu datang. Saat di cek ternyata sudah bukaan 9.

"Bukaan berapa?"
Tanya mba Linda kepadaku.

"Sembilan mba, tipis ini, persiapan aja yuk"

Mba Linda mengangguk dan membantuku menyiapkan partus set, dan menyedot oksitosin kedalam spuit. sedangkan aku menata perlengkapan bayi baru lahir dan vit K. Tak berselang lama, ibu sudah merasakan dorongan ingin meneran. Aku mencoba melakukan pemeriksaan dalam sekali lagi menggunakan jari manis dan jari tengahku.

"Sudah lengkap?"
Tanya mba Linda kepadaku sambil memakai handscoonnya.

"Sudah"

Aku pasangkan underpad di bawah bokong ibu, mendekatkan partus set pada bed dan meminta sang suami untuk naik ke bed menyangga ibu untuk posisi setengah duduk.

"Bunda nanti kalau udah kerasa sakit ngedan ya, kakinya diangkat seperti ini ya, semangat ya bunda."

"Sudah sakit bu bidan"

Teriaknya sambil mencoba menaikkan kakinya dibantu sang suami. Sudah biasa saat menolong partus seperti ini membuat badan pegal karena harus menahan kaki sang ibu yang bertumpu di pinggangku.

"Sakit"

"Gak kuat aku"
Katanya lemas sambil menaruh kakinya lagi.

"Oke istirahat dulu ya bunda nanti kalau sakit ngedan lagi ya. Harus semangat, kasian bayinya kalau terlalu lama."

Ibu itu mengangguk, ku periksa detak jantung janin masih aman. 136 kali permenit, Detak jantung janin atau DJJ normal berkisar antara 120-160 kali permenit. Pada kondisi gawat janin, DJJ kurang dari 120 kali per menit atau 160 kali per menit.

"Sakit"
Katanya sambil menangis.

"Ngedan lagi yuk bunda, semangat"

"Pinter.. sekali lagi"

SATU CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang