One

339 23 0
                                    

Erine Pov

Aku tatap hamparan langit biru diatas sana, menikmati keindahannya yang begitu menentramkan. Fokusku kemudian hilang ketika Nilla menarikku dan menyuruhku segera masuk kelas. Saat ini aku sudah menjadi mahasisw di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan swasta di daerahku. Meskipun Swasta, kampusku sudah mencetak beberapa lulusan yang telah bekerja di berbagai instansi kesehatan di Jawa Timur.

"Masuk kelas yuk, dosennya udah otw kesini"
Kata Nilla sambil menggapit tanganku.

Beberapa saat kemudian, Bu Elanie ketua prodi kebidanan kami masuk dengan sosok pria yang menurutku lumayan ganteng dengan badan tegap, kulit putih, hidung mancung, dan rambutnya tertata rapi. Seketika teman-temanku yang semuanya wanita sedikit ribut melihat pria tersebut.

"Selamat pagi"
Sapa dosenku yang terkenal lemah lembut namun tegas tersebut.

"Pagi"
Jawab kami semangat dan serempak.

"Adek-adek, hari ini pertama kali kuliah anatomi fisiologi ya? Ini dokter Narve dosen anatomi kalian. Perkenalannya bisa dilanjut sendiri dengan beliau ya, dari ibu sekian dulu. Terimakasih"

"Oke sudah kenal dengan saya kan? Sekarang siapkan selembar kertas kita Pre Test sebelum mata kuliah dimulai."

"Yah dok kita kan belum belajar"
Kata Fia protes akan tindakan dokter tersebut.

Dia memperhatikan kami dengan seksama sebelum bicara. Kemudian sibuk dengan map absen yang sudah kami siapkan di mejanya.

"Kalian sudah dapat kisi-kisi mata kuliah anatomi kan?"

"Sudah dokter"

"Ada kisi-kisi mata kuliah itu sebelum kelas dipelajari. Kalian cari tau dulu apa materi kuliah yang akan diajarkan besok, sehingga kalian sudah siap menerima ilmu yang akan kalian pelajari. Bukan ikut kuliah dengan pengetahuan nol"

"Lain kali dipertemuan berikutnya, saya gak mau ada lagi hal seperti ini. Sebelum dan sesudah mata kuliah akan ada Pre Test, Exercise Test, dan Post Test."

"Pre Test dan Exercise Test tidak berpengaruh terhadap nilai kalian nantinya, yang berpengaruh terhadap nilai kalian hanya pada unit Post Test, tapi akan buat pertimbangan bagi saya kasih nilai pada kalian. Nilai Post Quiz ini akan diakumulasi di setiap sesi nantinya"

Mata kuliah anatomi selesai di pukul 04.00 WIB. Setelah selesai dengan post test, dosen baru yang keren tapi menyebalkan itu melihat sekilas hasil post test kami.

"Pjmk mata kuliah saya sudah ada?"

"Belum dokter, selama ini bu Lani yang handle mata kuliah dengan dokter"
Kata kakak tingkat yang ikut lagi mata kuliah ini karna ingin memperbaiki nilai.

"Oke, sekarang saya pilih saja pjmk yang akan langsung koordinasi jadwal dengan saya. Karna jadwal saya praktek di Rumah Sakit mulai tidak menentu. Erine.."

"Erine Defina"

"Iya dokter saya"
Kataku setelah kakiku disenggol Nilla dengan kakinya. Dia menatapku sekilas dengan tatapan tajam.

"Kamu pjmk mata kuliah saya. Nanti setelah ini ikut saya ke ruang dosen mencocokan jadwal saya di RS dan kampus."

"Bbaik dokter"

"Oke sekian kuliah hari ini. Terimakasih"
Katanya kemudian pergi dari kelas dengan kaki panjangnya.

"Mampus kamu"
Kata mbak Devi kakak tingkatku yang tadi duduk di depanku kini sudah berbalik menoleh ke arahku.

"Ha.. kenapa mbak?"

"Dokter Narve terkenal dosen yang ribet. Kadang minta hari senin pagi, tapi tiba-tiba di cancel jadi sore. Kita udah nunggu lama, eh tiba-tiba ganti hari. Ya kan Nev?"

"Hooh, aku mantan pjmk tahun lalu, pusing ngatur jadwalnya, semua makul udah pada habis tapi mata kuliah beliau belum akhirnya harus ngejar kekurangannya karna teguran dari dosen pjmk. Harus pinter-pinter atur jadwalnya, sabar ngadepin beliau yang super sibuk. Gak mau di telephone kalau hubungi beliau, harus via wa, dan balesnya itu luama. Harus pinter-pinter jaga attitude"

"Duh mba, boleh gak aku nolak permintaan dia jadi pjmk?"

"Jangan, turuti aja. Jangan pernah membantah pokoknya."

"Terus apalagi mba?"

"Dokter Narve gak suka minuman manis, makannya teh kotak yang disediakan di meja gak disentuhnya. Ac ruangan ketika beliau masuk harus dingin"

"Ya Allah ribet banget sih"

"Hmem emang ribet dosen dokter disini. Belum ketemu dokter Samsul kan? Beliau sama ribetnya, sama-sama pelit kasih nilai"

"Emang mba Devi dulu dapat nilai berapa kok banyak kating yang ikut kuliah beliau lagi?"

"D+, dikelas kita dulu gak ada yang dapat nilai B apalagi A. Dapat C+ udah bersyukur banget. Beliau baru 2 tahun ini ngajar disini"

"Haduh ganteng tapi sadis ya mba?"
Kata Nilla menimpali curahan mba Devi.

"Beliau datang ngajar sudah harus rapi, gak boleh ada yang ketinggalan. Ketinggalan 5 menit aja kamu bakal gak dibolehin masuk kelas. Udah buruan temuin beliau. Beliau gak suka nunggu orangnya"

"Iya mba, makasih"
Jawabku lemas kemuadian berdiri mengambil tas dan berjalan ke ruang dosen.

Aku ketuk pintu ruangannya yang tertutup rapat tersebut. Pintu terbuka menampakan dosen asuhan keperawatan yang humble dan baik hati mempersilahkan kami masuk. Pak Indung S.Kep., Ns., M.Kep. Itu tersenyum pada kami.

"Masuk, cari siapa?"

"Dokter Narve, ada pak?"

"Oh itu beliau, masuk. Dokter dicari mahasiswa, saya pulang duluan ya dokter. Mari"

Aku masuk diruangan yang AC nya lumayan dingin ini. Terdapat beberapa meja lengkap dengan tempat duduknya dan sebuah sofa besar di bagian kanannya. Ruangan ini khusus dosen tamu, sedangakan dosen kebidanan tetap berada di ruang prodi kebidanan.

"Selamat sore dokter, maaf saya pjmk mata kuliah dokter yang tadi dokter tunjuk"

Dia mengangguk sambil tangannya sibuk mencoret kertas post test kami tadi.
"Memang tadi saya nunjuk dua orang?"
Tanyanya lembut namun menusuk dingin.

"Oh maaf dokter, saya hanya mengantar teman saya. Permisi dokter, aku tunggu di luar ya Er"
Aku mengangguk mengiyakan ucapan Nilla.

"Ada yang bisa saya bantu dokter?"
Takut-takut aku bersuara setelah Nilla pamit yang kulakukan hanya lama memandainya yang sibuk dengan jawaban post test kami.

"Sini.. duduk sini"
Imbuhnya setelah aku berada dekat dengannya. Tangannya memberikanku sebuah handphone mahal yang kemarin baru saja aku lihat iklannya di youtube.

"Maaf dokter.."

"Catat nomor hp kamu disini, untuk pertemuan mata kuliah selanjutnya kita bisa diskusikan via wa"

"Baik dokter, ini nomor saya"
Dia menerima dan memencet tombol call kemudian terdengar dering telephone di sakuku.

"Itu nomor saya, siapa nama kamu tadi?"

"Erine dok"
Dia mengangguk dan mengotak-atik handphonenya.

"Emm maaf dok, saya sudah boleh pergi? Atau ada yang bisa saya bantu lagi?"

Dia hanya mengangguk kemudian menggeleng tanpa melihatku. Aku yang masih bingung dengan maksudnya tetap memutuskan berdiri dan kemudian pamit undur diri. Dan dia sama sekali tidak bilang iya atau sekedar memandangku ketika aku berpamitan dengannya. Huft dasar, memangnya kamu siapa Erine ingin ditanggapi lebih oleh dosen barumu itu.
***

SATU CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang