Satu minggu benar-benar aku gunakan untuk menemani Whilly main kemana yang dia mau. Bermain menjelajahi indahnya beberapa pantai di Kabupaten Malang. Menikmati indahnya gunung Bromo. Merasakan dingin dan angin yang sepoi-sepoi di kota batu dengan keindahan gemerlap lampu kota.
"MasyaAllah indah banget ya Whil"
"Puji Tuhan"
"Whil cerita dong Den Hag itu kaya apa"
"Ya gitu Er, eropa memang indah. Tapi bebas."
"Kamu masih kurang lama disana?"
"Setelah dapat gelar master aku pulang. Minta doanya ya"
Aku mengangguk, menatapnya yang masih melihat hamparan kelap-kelip lampu kota di atas Gunung Banyak. Lama aku memperhatikannya, aku semakin sadar bahwa dialah pria yang dulunya sangat aku inginkan. Dialah pria yang selalu membuatku nyaman. Dan dia adalah pria yang selalu ada untukku.
"Kenapa?"
Tanyanya menoleh kearahku yang ketahuan sedang mengamati wajahnya."Tidak ada"
"Whill makasih ya, sudah selalu ada buatku"
"Sama-sama"
Jawabnya sambil tersenyum.Sebelum kita pulang ke rumah, Whilly terlebih dulu mengajakku untuk makan nasi goreng di pinggir jalan. Walaupun keluarga Whilly keluarga berada, tapi dia tidak pernah jaim sama sekali. Dia orang yang sederhana dan apa adanya.
"Enak gak?"
Tanyanya tersenyum memperlihatkan dua lesung pipinya yang selalu membuatku iri tersebut."Enak"
Jawabku dengan tersenyum."Berat banget ya Er mau ninggalin kamu"
"Gimana Whil?"
"Berat mau balik ke Belanda"
"Besok terbang pukul berapa?"
"21.00 WIB masih ada waktu pagi sampai siang buat sama kamu lagi. Tapi dirumahku aja ya, nanti sekalian aku kenalin sama budeku yang kerja di puskesmas. Siapa tau kamu bisa magang atau kerja di tempat beliau"
"Siap, makasih banyak Whil"
"No big deal"
"Er mampir ke masjid besar ya, kamu sholat magrib, aku doa sebentar di gereja sebelah."
"Oke"
Aku mengamati punggungnya yang berjalan menuju gereja itu, sebuah gereja kuno dengan bangunan khas kolonial belanda yang berada di depan alun-alun dan bersebelahan dengan masjid. Perbedaan... Ya, aku baru menyadari kalau kita berbeda. Mungkin benar kata Nilla yang menghambat hubungan kita adalah perbedaan sehingga stuck di pertemanan padahal saling cinta dan sayang.
Sebenernya beda gak selalu jelek. Justru perbedaanlah yang membuat hidup ini jadi berwarna... Manusia diciptakan ada laki dan perempuan, ada siang dan malam, ada hitam dan putih dan masih banyak lagi "beda-beda" yang lain... Dan semua perbedaan itu membuat segalanya menjadi indah...
Tapi perbedaan yg aku alami enggak pernah bisa menjadi INDAH ??? Semua orang tau bahwa hal itu karna perbedaan Agama. Kata kata itu membuat ku sadar, bahwa Tuhan menciptakan kehidupan tidak selalu sempurna tentu selalu ada PILIHAN. Dan itu pilihan yang sulit.
Sebenernya apa salah sih klo kita mencintai seseorang yang "beda" dengan kita? Whilly pernah ngomong gini "Dosakah klo kita mencintai seseorang yang beda agama dengan kita?"
Enggak kan Ya Rabb? Jika memang dosa, kenapa dulu kita dipertemukan dan saling jatuh cinta... Kenapa Engkau biarkan dia yg berbeda masuk ke dalam hati ku...
Bukankah cinta pada akhirnya akan selalu membuat kita bahagia. Namun proses menuju kebahagiaan itu sangatlah sulit. Terkadang kita harus merasakan sakit hati, kepedihan dan menangis terlebih dahulu. Seperti perpisahan yang sebenarnya tak pernah kita harapkan yaitu putus karena perbedaan agama.
***Di rumah Whilly, sudah menjadi hal yang biasa jika rumah ini selalu sepi. Sang Ayah yang seorang Lawyer hebat, itu kini lebih sering berada di Bali. Sedangkan sang ibu, sedang berada di rumah saudaranya. Kita hanya ditemani anjing kesayangan Whilly yang bernama Milo dan asisten rumah tangga yang berada di belakang rumah.
"Sini deh Er, kita lama ndak main piano bareng"
Katanya sambil menarik tanganku lembut.Whilly menuntunku duduk disampingnya, dia mulai menekan tuts tuts piano tersebut menghasilakn nada yang indah. Dia terlihat serius, namun tetap keren menurutku. Dia mempunyai mata yang indah dengan bulu mata yang lentik. Setelah memainkan instrumen indah yang tak aku ketahui tersebut, dia menatapku dengan tersenyum.
"Kamu tau gak kenapa di piano hanya ada tuts warna putih dan hitam"
Tanyanya sambil tersenyum, aku menggeleng."Tuts putih mewakili nada musik, sementara tuts hitam mewakili interval setengah langkah di antara nada musik. Tuts berwarna hitam membantu pianis menguraikan antara nada alami dan seminada."
"Tuts hitam berfungsi sebagai pemisah antara tuts putih untuk membentuk pola yang berurutan. Bukan hanya membantu menentukan A dari C, tetapi juga rentang oktaf yang dimainkan"
Katanya sambil tersenyum lagi. Duh Whilly emang selalu bisa membuatku melayang dengan senyumnya itu, dengan caranya berbicara, dengan sikapnya, pokoknya semua yang ada di Whilly selalu membuatku rindu. Dia memainkan sebuah lagu lagi yang kali ini menjadi lagu favoritku dan dia. Adera, lebih indah.
Dan kau hadir,
Merubah segalanya
Menjadi lebih indah, kau bawa cintaku
Setinggi angkasa..
Membuatku merasa sempurnaTak terasa bagi kami, langit yang semula cerah menjadi gelap karna mendung. Whilly mengantarkanku menggunakan mobil yang dipinjam dari mamanya. Sebelum dia pamit, dia memberiku sebuah kotak beludru berwarna hitam.
"Gelukkige verjaardag erina. Selamat ulang tahun, maaf ya telat satu bulan. Yang penting tanggalnya masih sama biarpun bulannya berbeda. Semoga hadiahku yang tak seberapa ini bisa menjadi berkat buat kamu dan hubungan kita."
"Semoga Tuhan menghapuskan semua penderitaan dalam hidupmu dan menggantikannya dengan sukacita yang begitu besar, sayang. Di hari ulang tahunmu ini, ingatlah bahwa Tuhan membawamu ke dunia ini pasti ada tujuannya"
Dia tersenyum lagi padaku, membukakan kado yang dia berikan untukku. Sebuah kalung emas putih dengan liontin berbentuk lingkaran dengan hiasan batu permata berwarna biru di sisi atasnya. Kemudian memakaikannya padaku.
"Terimakasih"
"Sama-sama. See you next time Er."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SATU CIRCLE
Teen FictionCircle cenderung mengarah pada lingkaran atau kelompok pertemanan. Sama halnya dengan seorang gadis yang bernama Erine Rose Defiana, dia mempunyai sahabat bernama Whily yang selalu ada untuknya. Persahabatan itu semakin hari tumbuh menjadi cinta. Na...