Pernikahan Mantan

283 24 8
                                    

Hari selasa pagi, aku sudah berada di Puskesmas seperti biasa untuk rapat yang diadakan setiap minggunya dengan bidan dan perawat desa lainnya. Duduk di tengah-tengah mba Dini dan bu Dwi mendengarkan bu Mery yang sedang presentasi membahas kasus langganan bulan ini dan program baru dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang yang akan kami terapkan pada desa binaan masing-masing.

Hingga rapat selesai di saat adzan sholat dzuhur berkumandang. Aku masih fokus mengisi kohort ibu dan anak di desaku setelah acara rapat seselai dengan bidan desa lainnya yang sedang halangan, sampai bu Dwi menyenggol lenganku.

"Sabtu kemarin siapa yang pake mobil putih?"

Aku menatap bu Dwi yang bertanya tentang sosok pria dengan mobil sedan putih hari sabtu kemarin yang dia temui saat mengantarku. Sedangkan mba Dini yang dari tadi juga fokus dengan mengisi kohortnya juga menoleh kearah kami.

"Teman"

"Pria?"
Tanya mba Dini pada bu Dwi ikut penasaran.

"Iya, ganteng Din putih, tinggi."

"Whilly Er?"
Tanya mba Dini sambil menatapku ragu.

"Bukan"

"Pacar? Tapi kayaknya baru putus kata Windu."

"Dasar udang Windu lemes mulutnya."

Ucapku agak keras sambil melempar sedotan ke arah mas Windu yang duduk di tak jauh dari mba Dini. Sedangkan respon mas Windu hanya menatap kami sambil berkedip beberapa kali dengan wajah bingung memandang kami.

"Pacar?"
Tanya mba Dini sekali lagi kepadaku.

"Bukan"

Jawabku jujur. Memang kami tidak ada hubungan spesial sama sekali, walaupun di bilang kami cukup tau pribadi satu sama lain, dan perlakuan dokter Narve yang akhir-akhir ini menurutku protective dan kami berkirim pesan setiap hari.

"Pacar juga gak papa kali Er, ganteng, kayaknya baik. Setuju aku sama yang ini."
Kata bu Dwi kepadaku.

"Er, ya ampun ternyata kamu kenal juga sama teman suamiku?"

Hatisah datang tiba-tiba sambil menarik kursi duduk di depan kami.

"Siapa?"

"Mas Whilly, ini ada titipan undangan buat kamu dan Nilla dari mas Whilly. Nilla teman kamu kan?"

Aku terima undangan berwarna biru tua itu dari tangan Hatisah. Aku buka undangan itu dengan perlahan sambil menahan debaran jantung di dada. Terlihat foto pasangan pria dan wanita sedang tersenyum bahagia di depan Altar. Kemudian terdapat tulisan nama sepasang pengantin itu, tanggal dan tempat acara diadakan.

"Whilly nikah?"

Tanya mba Dini pada Hatisah setelah ikut melihat undangan berwarna navy dengan hiasan pita warna senada itu.

"Kok Hatisah bisa kenal Whilly?"
Tanya mba Dini lagi.

"Bos nya suamiku mba Din, jadi bapaknya mas Whilly punya kaya kantor lawyer gitu di Surabaya. Dan sekarang di terusin anaknya. Suamiku kerja disitu jadi kenal."

"Ohw...."
Ucap mba Dini panjang.

"Datang gak Er lusa? Kalau datang bareng-bareng aja yuk."

"Liat nanti ya Hatisah. Aku ada jadwal posyandu gak di tanggal itu."

"Hari sabtu malam, ada posyandu?"

"Ha... maksudnya?"

Tanyaku pada Hatisah karna aku tiba-tiba jadi sedikit bego setelah tau fakta bahwa Whilly telah menikah setelah hubungan kita berakhir beberapa bulan lalu.

SATU CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang