11. Terhanyut

1K 72 16
                                    

Hari ini jadwal kuliah Qiana selesai lebih awal. Karena merasa lelah gadis itu memilih pulang lebih cepat. Lagian di apartemen tidak ada Jungkook, idol itu sudah berangkat ke agensi pagi sekali tadi. Mengenai Bam, anjing itu sudah kembali masuk akademi dua hari yang lalu.

Siang ini salju tidak turun namun suhu tetap rendah. Sesampai di apartemen ternyata perkiraan ia salah Jungkook sudah pulang dari agensi, pria itu seperti biasa sedang menonton televisi dan memakan makanan yang ia pesan dari luar.

"Sudah pulang?" Tanya Jungkook begitu melihat Qiana masuk

Tumben Jungkook mengajaknya bicara. Qiana hanya mengangguk dan masuk ke kamar.
Jungkook akui Qiana sosok yang sangat sulit untuk di tebak gadis itu membuat tembok yang sangat tinggi antara keduanya. Di satu sisi Jungkook bersyukur namun disisi lain ia sadari hal tersebut membuatnya kecewa.

Jungkook berjalan menuju wastafel untuk mencuci piring yang baru saja ia gunakan. Kehadiran Qiana di dapur menerbitkan senyum tipis di bibir pria itu. Entahlah ia hanya senang. Sementara Qiana sibuk memilih bahan di kulkas tanpa bersuara sedikitpun menghiraukan kehadiran sang suami. Namun melihat isi kulkas cukup membuat Qiana kaget satu rak dalam kulkas dipenuhi oleh beer dan Soju.

"Kau baru membeli beer lagi Jungkook-shii?"

Jungkook menghadap Qiana yang berdiri di depan kulkas "nde, we?"

Qiana kembali menutup pintu kulkas setelah mengambil beberapa bahan "hanya terkejut karena sangat banyak" jawabnya cuek tanpa melihat sang lawan bicara

Jungkook Pria itu memberanikan diri
mendekati Qiana yang sedang memotong wortel dan kentang, memperhatikan dengan seksama tangan Qiana

Merasa tidak nyaman Qiana bersuara "butuh sesuatu?" Tanyanya tanpa menoleh sedikitpun

"Ani, hanya ingin melihat"

Tumben. Ucap Qiana dalam hati

Merasa dihiraukan oleh Qiana Jungkook menyerah kembali duduk di sofa untuk menonton sementara Qiana sambil menunggu sup ayam matang gadis itu duduk di balkon untuk menghirup udara menyegarkan

"Qiana" panggil Jungkook dari dalam

Qiana masih diam takut ia salah dengar

"Qiana" panggil Jungkook lagi cukup lantang

"Nde" Qiana bangkit kembali masuk dan menghampiri Jungkook

Jungkook memberikan gunting rambut dan sisir

"Tolong bantu aku memotong poni" ucap Jungkook santai

Raut Qiana berubah panik "aku tidak bisa memotong rambut" bohong gadis itu sering sekali memotong poninya sendiri

"I Will trust you" ucap Jungkook kaku dengan bahasa Inggris

Qiana menggeleng "sebaiknya kau ke salon saja Jungkook-shii"

Jungkook meraih tangan Qiana dan membuat gadis itu terduduk di sofa menyamping untuk berhadapan. Jantung Qiana mendadak berdebar kencang ditambah lagi tatapan meyakinkan Jungkook yang membuatnya terpaksa harus ikut menatap netra hitam pria itu

"Bagaimana jika aku melakukan kesalahan?" Tanya Qiana pelan dan kaku pasalnya jarak yang cukup dekat diantara keduanya membuat Qiana gugup

"Kwencana, rambut akan tumbuh kembali" Jungkook tersenyum

Qiana semakin terpaku ketika melihat senyum yang jarang sekali pria itu berikan. Dalam hati ia memohon agar Jungkook jangan tersenyum, ia takut. Takut akan goyah dengan pertahanannya selama ini.

Agar cepat selesai dan keluar dari zona berbahaya ini Qiana segera mulai bergerak. Menyiapkan kain sebagai penampung rambut diantara mereka.

"Kau ingin aku memotongnya bagaimana?"

Jungkook mengambil ponselnya kemudian mencari model poni yang ia inginkan lalu memperlihatkan pada Qiana "seperti ini saja"

Qiana mengangguk

Mulai menyisir rambut panjang Jungkook untuk pertama kalinya. Jangan tanyakan jantung Jungkook, pria itu sangat pintar untuk menutupi jantungnya yang berdebar kencang didalam sana. Dengan pelan dan lembut Qiana melakukannya agar tidak menyakiti Jungkook.
Selesai menyisir dengan rapi Qiana memisahkan bagian yang harus di potong dan tidak. Ia sadar sejak tadi Jungkook terus menatapnya gadis itu mencoba untuk rileks dan tidak terjebak pada netra hitam itu. Qiana lebih mendekat untuk mulai memotong salam hati ia sambil beristighfar bagaimana bisa ia segugup ini dengan Jungkook?

Akhirnya Qiana berhasil memotong dengan benar dan tersisa beberapa bagian yang harus dirapikan lagi untuk melihat lebih teliti Qiana kembali lebih dekat sebenarnya tidak membutuhkan waktu lama hanya untuk memotong poni Jungkook namun bagi Qiana sangat lama. Ia terjebak dalam persamaannya.

Serpihan-serpihan rambut yang jatuh ke wajah Jungkook mau tidak mau harus ia bantu bersihkan dikarenakan tidak ada sesuatu untuk membersihkan Qiana menggunakan tangannya untuk membersihkan wajah tampan itu dari rambut rambut kecil yang nantinya akan membuat gatal. Namun dengan jarak yang dekat dan elusan lembut tangan Qiana berhasil menyihir Jungkook, pria itu menahan tangan Qiana di wajahnya dan secepat kilat hal tak terduga terjadi.

Jungkook mengecup bibir Qiana.

Tersadar dengan apa yang dilakukan Jungkook Qiana langsung mendorong dan menampar Jungkook. Air matanya turun dengan deras

"Apa yang kau lakukan!?" Teriak Qiana

Jungkook ikut bangkit mencoba mendekati Qiana untuk menenangkan. Ia merasa bersalah telah melakukan hal tersebut pada Qiana. Namun disatu sisi ia ingin egois Qiana adalah istrinya bukankah hal yang ia lakukan barusan adalah wajah untuk mereka yang berstatus suami istri?

"Qiana tenang, aku bisa jelaskan" Jungkook melakah maju namun gadis itu melangkah mundur

"Kau tega Jungkook!" Tangis Qiana "karena kau di gilai di dunia ini oleh banyak wanita bukan berarti kau bisa melakukan hal itu padaku" ucapnya pelan

Jungkook menggeleng tidak terima dengan ucapan Qiana "kau istriku Qiana aku berhak menyentuhmu" Jungkook ikut emosi

"Bukankah kau yang menjadikan pernikahan ini hanya kontrak? Dan sekarang kau bilang kau berhak menyentuhku?" Qiana menyeka air matanya "setelah puas menyentuhku kau akan menceraikan ku begitu? Lalu bagaimana denganku nanti?" Tanyanya putus asa

Jungkook terdiam

"Yang harus kau tau, Kami wanita muslim berbeda dengan kalian. Kami sangat menjunjung tinggi kemuliaan kami sebagai seorang wanita"

"Aku tau Qiana" ucap Jungkook pelan. Ingin rasanya Jungkook merengkuh Qiana dalam pelukannya namun ia tidak bisa lagi dan lagi gadis itu membangun tembok yang tinggi

"Anggap saja kejadian ini tidak pernah terjadi!" Ucap Qiana kemudian berlalu masuk kedalam kamar meninggalkan masakannya yang sudah matang.

Di dalam kamar Qiana menangis. Ia bingung dengan perasaannya sendiri, dan merasa kecewa pada dirinya yang ikut terhanyut. Ia tau yang mereka lakukan bukanlah dosa dikarenakan status halal keduanya namun ia takut menyesal ketika perceraian itu datang.








TBC...

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Maaf ya baru update, FYI ini belum aku edit jadi harap maklum kalau berantakan dan banyak typo 🙏🏻





N.A💜

Unexpected Thing  [Jjk FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang