71. Malam Terakhir

509 57 20
                                    

Jungkook tiba di apartemen pukul tujuh malam setelah mengantar para hyung masuk militer. Dan sekarang pasangan suami istri itu baru saja selesai makan malam bersama, Qiana memasak banyak hidangan mulai dari makanan korea dan beberapa makanan indonesia kesuakaan sang suami.

Selesai dengan makanannya keduanya melanjutkan mengobrol sambil membersihkan meja makan
"Aku kira, Bangtan Oppa akan datang untuk makan malam bersama" oleh karena itu Qiana masak banyak

"Aku sudah mengajaknya tapi mereka memilih untuk bertemu keluarga masing masing sebelum kembali ke militer lagi pula semalam kami sudah berkumpul bersama yeobo"

Qiana menyimpan tumpukan piring disamping wastafel tempat Jungkook tengah mencuci piring "biar aku saja" tanyanya takut Jungkook kecapean

Jungkook menggeleng seraya tersenyum "tidak perlu, besok besok aku tidak bisa membantumu lagi"

Mendengar itu jujur saja Qiana hampir menangis namun wanita itu terlalu pintar menyembunyikan perasaannya.

"Jangan berkata seperti itu kau harus sering pulang untuk bertemu denganku!" Ucap Qiana manja

"Kau menangis?" Tanya Jungkook melihat mata sang istri mulai berkaca kaca

Qiana menggeleng salah tingkah sambil membalikan badan berjalan menuju kamar "tidak, akukan strong" ucapnya seraya berlalu

Ingin mengejar namun Jungkook harus menyelesaikan tumpukan cucian piringnya lebih dulu.

Dua menit kemudian Qiana kembali ke ruang tengah untuk menonton televisi. Gadis itu baru saja selesai membasuh wajahnya yang menangis. Menghilankan jejak air mata yang sempat keluar.

Jungkook datang memercikan air sisa cuci tangannya kearah Qiana sambil terkekeh

"Ihhhh Jungkook basah!!"

Jungkook ikut duduk di sofa kemudian mengambil wajah sang istri untuk dilap dengan tisue yang dia ambil di meja

"Tuhkan, curi kesempatan" sahut Qiana dalam bahasa indonesia seraya tersenyum

Jungkook duduk menyender pada sofa satu tangannya ia letakan di punggung sofa sebagai senderan Qiana. Kemudian menyuruh sang istri untuk mendekat bersandar di dadanya

"Kau tidak pulang untuk bertemu eoma dan aboji?" Pertanyaan ini sejak kemarin ingin wanita itu tanyakan

"Mereka akan datang besok pagi" jawab Jungkook yang tengah sibuk menghirup wangi strawberry rambut Qiana

"Seharusnya kau pulang dulu sebelum masuk militer" saran Qiana

"Untuk apa?"

"Untuk melepas rasa rindu yang akan ditampung lagi"

Jungkook terkekeh

Qiana heran dengan polosnya wanita itu bertanya "kenapa tertawa? Orang orang biasanya seperti itu bukan?"

"Kau harus lebih perhatian pada orang tua," kata Qiana tegas. Bakti seorang anak laki laki pada orang tua itu tidak akan pernah selesai dan lepas. Jungkook harus paham itu.

"Yeobo, aku paham. aku kan bukan anak kecil lagi aku sudah menjadi suami dan mempunyai seorang istri sekarang prioritasku kau. Lagi pula eoma dan appa mengerti"

Qiana menghadap Jungkook "tapi kan kau nanti akan merindukan mereka juga"

"Tentu saja. Bahkan aku selalu merindukan mereka dan aku sudah biasa. Yang berat bagiku sekarang adalah merindukanmu" sesudah berkata demikian Jungkook mengecup cepat pipi kiri Qiana

Qiana memutar bola matanya "Kok jadi gombal?" Ucap Qiana lagi dalam bahasa indonesia

"Aku tidak gombal. Aku berkata jujur sayang" balas Jungkook meyakinkan

Qiana tidak bisa menaha untuk tersenyum

"Gantilah pakaianmu aku ingin mengajakmu ke suatu tempat"

Qiana yang mulanya sedang bersender di dada sang suami dengan posisi nyaman spontan menegakkan badan "kemana?" Rajutnya "Magerrrrrr"

"Mager?" Tanya Jungkook heran

"Malas gerak" jelas Qiana

"Mwo?"

"Malas gerak" ucap Qiana dalam bahasa Korea

Jungkook terkekeh sembari menghamburkan rambut Qiana yang tergerai

"Cepat, tidak akan lama yeobo"

"Arraso" Qiana bangkit kemudian berjalan masuk ke kamar dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang tebal karena cuaca sedang dingin.
Sepuluh menit kemudian Qiana kembali ke ruang tengah jungkook juga sudah mengganti pakaian.

Dua puluh menit dalam perjalanan akhirnya mereka tiba disuatu tempat. Qiana bingung karena jungkook membawanya ke tempat yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan kesebuah komplek mewah namun mereka berhenti disebuah tempat yang sedang dalam proses pembangunan ditambah lagi disini tidak begitu terang hanya ada beberapa lampu dan gerbang serta tembok yang dibangun tinggi jadi jalanan diluar tidak bisa terlihat sama sekali. Mirip rumah orang kaya yang Qiana lihat di drama korea.

"Tempat apa ini ?" Tanya Qiana didalam mobil sejak tadi matanya menatap menyelidik suasana di luar

"Ayo, kita turun dulu" ajak Jungkook

Qiana menggeleng "sepi"

Jungkook terkekeh, istrinya ini ada ada saja "oleh karena it ayo turun" Jungkook keluar mobil lebih dulu kemudian ke pintu samping membukakan pintu Qiana.

Sambil menggenggam tangan sang istri Jungkook mengajak Qiana masuk ke dalam bangunan rumah yang hampir lima puluh persen hampir jadi bahkan suaminya itu dengan lihai menyalakan beberapa lampu yang sudah terpasang.

"Jungkook, rumah siapa ini?"

"Rumah kita"

"Ngawur" ucap Qiana acuh dalam bahasa indonesia

"Setelah aku pulang wamil kita akan pindah kesini" ucap Jungkook lagi

"Tidak mau, rumah ini terlalu besar" Qiana masih tidak percaya kalau Jungkook berkata jujur. Mereka semakin berjalan masuk Qiana semakin terkesima dengan tata ruang yang luas

"Justru bagus, anak kita nanti bisa berlarian dengan leluasa" jawab Jungkook lagi

Qiana menghentikan langkahnya menarik tangan Jungkook untuk ikut berhenti "jadi benar ini rumah mu?"

"Rumah kita" koreksi Jungkook

"Ha?"
Qiana memang pernah melihat berita berita yang bersekiweran di sosial media mengenai Jungkook yang sedang membangun rumah di salah satu komplek elit di korea, namun ia kira berita itu tidak benar karena memang sebagai suaminya Jungkook tidak pernah membicarakan rencana atau sedang membangun rumah dimanapun. Jadi ia tidak ambil pusing dengan berita tersebut.

Jungkook mengangguk meyakinkan "ne, yeobo"

Qiana menunduk untuk berfikir sejenak, mencerna bagaimana bisa suaminya ini membangun rumah sebesar ini? Lima detik kemudian ia tersadar bahwa Jungkook suaminya adalah bintar terkenal tentu saja lwbih dari mampu untuk membangun rumah sebesar ini.

"We yeobo?" Jungkook memegang kedua bahu Qiana merasa khawatir

Qiana kembali menatap Jungkook kemudian memeluk sang suami "kau sudah bekerja keras Jungkook"

Jungkook terkekeh "sekarang kau percaya?"

Qiana mengangguk dalam pelukan Jungkook. Karena sudah malam Jungkook tidak bisa menunjukan semua ruangan yang sedang dibangun. Hanya mengajak Qiana berkeliling di lantai dasar dan menjelaskan rencana tema, perabotan yang akan mereka masukan nanti. Jungkook lega akhirnya hadiah yang ia simpan selama ini sudah ia tunjukan ke Qiana.



TBC...



Haloooo teman2 bagaimana kabarnya? Maaf baru update. Terimakasih untuk semua teman2 yg sudah ngevote, membaca dan paling luvvvv yg komentar nanyain kapan dilanjutin💜💜💜
Alhamdulillah ada kesempatan buat lanjut, masih anget ni baru di tulis. Semoga dapar mengobati rindu kalian. Sekali lagi selamat menbaca. Salam sayanggg💜💜💜💜

N.A💜

Unexpected Thing  [Jjk FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang