Magika melihat Edward pergi meninggalkannya, dia terus mengejar lelaki itu, namun semakin didekati bayangan lelaki itu semakin jauh dan kabur.
"Edward!!" Teriak Magika seraya terbangun dari tidurnya.
Kali ini mimpinya sangat berbeda dari biasanya, setelah satu minggu lebih tak memimpikan Edward, giliran hadir ke dalam bunga tidurnya, malah buruk seperti ini.
"Giliran mimpiin dia, malah begini, apa suatu pertanda Edward gak akan pernah balik lagi ke mimpi aku?"
Alarm di ponsel nya baru berbunyi, Magika segera mematikannya dan beranjak dari tempat tidurnya untuk bergegas pergi ospek jurusan.
Dia memakai kemeja putih seperti saat Ospek Universitas. Sampainya depan Gedung Rektorat, keadaan kampus masih sepi, baru suara air mancur dan suara sapu lidi yang menyapu halaman yang terdengar.
Zea teman sekelas Magika yang sedang duduk di trotoar, memanggil Magika dari jauh, dia melambaikan tangannya, Magika langsung menghampirinya. Zea terlihat bingung menatap temannya yang kini ada di hadapannya.
"Gee, kan harusnya pake baju warna hitam bukan putih, suka ada-ada aja kamu mah." Tutur Zea.
"Oh ya? Masa sih? Aku salah kostum dong?" Tanya Magika santai.
"Ya ampun, santai banget responsnya, kalo aku jadi kamu, aku udah panik dan langsung ganti baju." Tukas Zea ambil tertawa.
"Yaudah sih gak apa-apa, palingan nanti aku jadi maskot, karena salah warna baju." Kata Magika dengan PD nya. "Nunggu siapa? Yuk ke Fakultas." Sambungnya.
"Duluan aja, aku lagi nunggu temen sekelompok, sampe ketemu di sana ya." Ujar Zea sambil masih menertawakan Magika yang salah kostum, Magika si anak yang tak ingin ambil pusing, percaya diri saja jalan menuju Fakultas.
Magika menghampiri teman-teman sekelompoknya yang sudah berkumpul di depan Gedung Fakultas. Dia memperhatikan teman-teman yang sudah datang, tak ada yang memakai baju warna putih, rasa percaya dirinya semakin turun, lantaran hanya dia seorang yang warna bajunya berbeda. Teman-teman sekelompoknya, menertawai Magika yang salah memakai warna baju.
"Ya ampun Magika, kenapa pake baju warna putih?" Tanya Maulana panik.
"Hahaha salah kostum kamu, harusnya item bukan putih." Tutur Endy.
"Terus aku harus gimana? Masa iya aku balik lagi ke rumah? Mana kalo balik lagi bakalan macet banget nanti di jalan." Gerutu Magika yang terlihat mulai panik.
"Makanya kalo disuruh kumpul kelompok tuh ikut, bukannya izin muluk jadi salah kan?" Timpal Maulana.
Magika tersenyum masam, bukannya tak ingin ikut kumpul kelompok, tapi dia sibuk mengerjakan tugas kuliah, dan itu lebih penting.
Magika melirik Azzrafiq karena mendengar tawa kecilnya. "Puas banget kayaknya ketawain aku."
"Lucu aja lihatnya, kamu jadi kelihatan beda dari yang lainnya, tapi orang-orang pasti bakalan langsung tahu dan kenal, kalo yang pake kemeja putih itu kamu." Seru Azzrafiq.
"Duh jadi berasa banget salah kostumnya, apalagi diketawain Azzrafiq, nilai jual aku sebagai cewek jadi turun drastis." Gerutu Magika tak serius.
"Kayak barang aja pake ada nilai jualnya." Protes Daphnie.
"Ya karena aku cewek yang masih jomblo, penilaian dari lawan jenis penting banget." Ujar Magika tak serius.
"Gak perlu promo single, gak single juga Azzrafiq pasti mau." Celetuk Daphnie.
"Lah gue juga mau." Seru Maulana.
"Apaan sih ikutan muluk, kamu tuh gak diajakin." Sahut Daphnie.
"Di mata aku nilai jual kamu tetep tinggi kok." Bisik Azzrafiq menggoda Magika.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover
Teen FictionMagika dan Azzrafiq bertemu tak sengaja di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya. Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka m...