Azzrafiq menunggu Magika di tangga, seperti yang sudah dia bilang sebelumnya, namun sampai semua orang sudah pada turun, Magika masih belum muncul, dia mencarinya ke ruang tidur wanita, dan sudah tidak ada siapa-siapa di sana, Azzrafiq kembali menuju tangga, ketika mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Magika, daya baterainya sudah habis.
"Fiq, gue cariin juga dari tadi, masih di sini ternyata, ayo keluar Aula udah mau dikunci sama yang jaga." Ujar Maulana.
"Gue nungguin Magika, lo lihat dia gak di luar?"
"Gak ada, gue kira sama lo, kalian kan udah kayak anak kembar persis si Sastrawardana, kemana-mana barengan muluk."
"Kali ini gue bener-bener kehilangan jejaknya." Ucap Azzrafiq lirih.
Maulana berdecak."Ya siapa tahu sama temen-temen sekelasnya, ayo turun." Ajak Maulana.
Azzrafiq ikut turun bersama Maulana, sampainya di lapangan rumput, dia mencari Magika tapi masih tak menemukannya, hingga panitia menyuruhnya segera naik truk untuk pulang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, mungkin Magika sudah naik truk yang lain, pikir Azzrafiq.
Banyak kemungkinan yang Azzrafiq pikirkan di dalam kepalanya, sepanjang jalan menuju pulang pikirannya melayang, hatinya terus gelisah memikirkan Magika. Rasanya seperti hidup di jaman dahulu kala, ketika ponsel sudah mati, dimana sangat sulit untuk berkomunikasi kapan pun untuk menanyakan keberadaan seseorang.
Perjalanan pulang yang tak menyenangkan ini, akhirnya bisa dilaluinya dengan tanpa sadar, truk tiba di Kampus, ketika turun dari truk, Azzrafiq masih belum menemukan Magika dimana, dia berpikir positif mungkin truknya sudah sampai terlebih dahulu, sebelum kendaraan yang dia naiki sampai.
Karena tak bertemu juga, mau tak mau Azzrafiq pulang ke kost-nya tanpa kabar dari Magika, Maulana yang berjalan di sampingnya, memperhatikan raut wajahnya yang tampak kusut.
"Gue perhatiin dari tadi di truk, lo diem aja Fiq, lo gak kemasukan kan?" Tanya Maulana memastikan.
"Iya gue kemasukan." Jawab Azzrafiq datar.
"Kenapa lo bisa nyadar kalo lo kemasukan?"
Azzrafiq menghentikan langkahnya. "Karena Magika.."
"Ya ampun masih aja nyari tuh anak? Lo berdua udah soulmate-an apa gimana sih? Pisah bentaran lo udah uring-uringan begini." Potong Maulana yang tak habis pikir dengan sikap Azzrafiq.
"Lo sebagai ketua kelompok gak tanggung jawab amat, anggotanya gak ada satu juga." Protes Azzrafiq.
"Lagian ya tugas gue sebagai ketua kelompok itu udah selesai pas ospek berakhir."
"Seengganya lo tanggung jawab sampe kita nyampe di Kampus."
"Mungkin dia sekarang udah nyampe rumahnya kali."
"Kalo ketinggalan gimana?"
"Gak mungkin!! Lagian juga dia bukan anak kecil lagi Fiq, ntar sampe kosan lo hubugi dia langsung. Ayo kita balik panas banget nih hari." Ucap Maulana melanjutkan langkahnya seraya meninggalkan Azzrafiq.
Dengan malas Azzrafiq mengikuti Maulana dari belakang, matahari yang terik menyentuh kulitnya, panasnya sangat menyengat membuat dirinya semakin gelisah, dia melajukan langkahnya dengan cepat dan menyusul Maulana yang kini tertinggal di belakangnya, hingga akhirnya sampai di tempat kost. Rasanya seperti melayang saat kakinya menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya.
"Ospeknya berhasil bikin hidup orang berantakan kayaknya, kusut amat muka lo." Seru Yudhistira yang memperhatikan sahabatnya dari kamarnya, yang berada di seberang kamar Azzrafiq.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover
Novela JuvenilMagika dan Azzrafiq bertemu tak sengaja di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya. Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka m...