Magika dan Azzrafiq sampai di pos high rope, adrenalin mereka kembali menyala saat melintasi seutas tali diatas ketinggian dua belas meter dari permukaan tanah, tak kalah mendebarkannya seperti ketika meluncur saat mencoba wahana flying fox.
Magika perlahan menyeberangi seutas tali, sensasi bergoyang-goyang di atas membuatnya tegang ketika melihat ke bawah.
"Aaaa aku takut Azz." Rengek Magika seraya menghentikan langkahnya.
"Semangat Gee dikit lagi, jangan lihat ke bawah, ayo!!" Teriak Azzrafiq menyemangati Magika.
"Aduh mana satu jembatan lagi yang harus dilewati." Magika merengek seperti anak kecil
Magika terdiam sejenak untuk mengumpulkan keberaniannya, dirasa sudah bisa menguasai rasa takutnya, dia melanjtukan langkahnya, dan sampai di satu pohon, kali ini tinggal Azzrafiq yang menyeberangi seutas tali. Magika menunggunya, tak perlu waktu lama Azzrafiq berhasil menyusulnya, dan berdiri di samping Magika.
"Ayo! one step closer Gee." Seru Azzrafiq.
"Yang ini kayaknya lebih menakutkan deh Azz, aku harus lompat melangkahi setiap kayunya." Ucap Magika.
"Kalo barengan lewatnya boleh gak ya?"
"No!! aku gak mau ambil risiko, aku takut talinya gak kuat nahan beban dua orang." Tutur Magika.
Azzrafiq menuruti perkataan Magika, dia dengan sabar menunggu wanita itu melompati kayu satu-persatu walaupun terasa sangat lama, goyangan di atas kayu semakin terasa, jantung Magika semakin cepat berdetak, keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya.
Selang beberapa saat Magika sampai juga, lalu Azzrafiq menyusulnya, tak butuh waktu lama bagi lelaki tampan itu, Azzrafiq begitu tenang dan lihai melompati kayu satu-persatu.
"Cepet banget sih Azz." Cibir Magika yang sedang dilepaskan seluruh pengaman yang ada di tubuhnya oleh staff hotel.
"Kuncinya sih harus tenang." Ujar Azzrafiq.
"Boro-boro bisa tenang orang goyang-goyang di atas ketinggian, oh ya jam berapa sekarang? Perasaan laper banget aku."
Azzrafiq melihat jam tangannya, dan waktu sudah menunjukan pukul 12.13 WIB. Waktunya makan siang, Azzrafiq merangkul Magika menuju restoran, mereka berjalan perlahan kembali menuju hotel.
"Oh ya aku baru sadar kenapa kamu dipanggil Nay sama Oma Neswari? Kan jauh banget dari nama kamu." Tanya Azzrafiq yang aneh dengan nama panggilan Magika.
"Gak ngerti deh aku juga, katanya itu panggilan kesayangan, gak tau deh si oma seneng banget manggil cucu-cucunya yang aneh-aneh."
"Emang unik ya Oma Neswari itu."
"Aneh sih lebih tepatnya, gendong dong Azz, nenek-nenek satu ini sudah tak sanggup lagi berjalan." Pinta Magika.
Azzrafiq terkekeh lalu dia segera jongkok di hadapan Magika untuk menggendongnya.
"Ayo naik! Katanya mau di gendong."
"Beneran nih gak apa-apa?" Tanya Magika memastikan.
"Iya, ayo cepetan sebelum aku berubah pikiran."
Dengan perlahan dan hati-hati Magika naik ke punggung Azzrafiq, lelaki tampan itu perlahan berdiri dan menggendong Magika dengan ringannya.
"Nenek satu ini kayaknya kurang banyak makan deh, ringan banget." Seru Azzrafiq.
"Yaaa sengaja biar bisa di gendong-gendong orang."
"Turunin juga nih lama-lama." Ancam Azzrafiq tak serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover
Teen FictionMagika dan Azzrafiq bertemu tak sengaja di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya. Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka m...