Pagi telah tiba, langit telah merubah warnanya menjadi lebih terang, cahaya matahari belum terlihat, nyanyian burung mulai berkumandang, terdengar sangat merdu menghiasi pagi ini, juga detak jantung Azzrafiq yang dapat Magika rasakan. Udara pagi yang menyeruak membuat Magika bergidik dan terbangun dari tidurnya.
Ketika menyadari dirinya terbangun dalam pelukan Azzrafiq, Magika membelalakan matanya, namun dia tak berani bergerak karena khawatir membangunkan lelaki itu.
"Good morning Magika." Sapa Azzrafiq yang menyadari Magika sudah terbangun.
Magika mendongakkan kepalanya dan melihat Azzrafiq yang tengah tersenyum menyambutnya dengan hangat, Magika membalasnya dengan senyuman manis di bibirnya yang merah alami, meskipun dirinya merasa canggung berada sedekat ini dengan Azzrafiq, namun dia berusaha terlihat tenang dan bersikap biasa saja.
"Good morning Azz." Sahut Magika sambil menggeliatkan tubuhnya, dia menggeser tubuhnya agar menyamakan posisinya dengan Azzrafiq.
"Baru aja ketemu di mimpi, sekarang udah ada di depan mata banget orangnya." Ucap Azzrafiq.
Magika menoleh pada Azzrafiq."Jangan bilang kamu mimpi basah."
"Hahaha kalo iya gimana?"
Magika terkekeh dan berusaha mengalihkan pembicaraan yang sedikit tabu. "Udah gede masih aja ngompol."
"Ya masa aku masih ngompol." Sahut Azzrafiq sambil terbangun dan memperhatikan bangunan Aula, tampaknya orang-orang masih pada tidur hanya ada beberapa orang saja yang dapat dihitung jari yang sudah terbangun.
"Jam berapa sekarang Azz?"
Azzrafiq mengangkat tangannya. "Jam enam lebih, kayaknya aku harus ke toilet."
"Sama aku juga, sakit punggung juga ya ternyata tidur di atas rumput." Keluh Magika.
"Mau aku pijitin?"
"Nanti aja deh di bawah, nanti ada yang nyangka aneh-aneh lagi."
"Oh ya, kaki kamu gimana Gee?"
"Lumayan sih gak terlalu sakit kayak kemaren. Yuk kita ke toilet." Ajak Magika.
Azzrafiq membantu Magika beranjak dari posisinya mereka turun perlahan dari bukit, seperti tak ingin lepas Azzrafiq menggandeng tangan Magika, mereka berjalan melewati rumput yang basah karena embun, nyanyian burung mengiringi langkah mereka berdua yang berjalan menuju kamar mandi, dan belum tampak satu pun mahasiswa lainnya yang berlalu lalang di sekitar kamar mandi, hanya ada mereka berdua saja di sini.
"Horror juga ya kalo cuma berdua." Kata Magika seraya melihat sekitar kamar mandi yang kosong, hanya ada bunyi suara aliran air yang keluar dari kocoran.
"Mau aku temenin sampe ke dalem?" Goda Azzrafiq.
Magika mendekat pada Azzrafiq membalas menggodanya dengan membelai dada Azzrafiq yang bidang menggunakan telunjuknya."Kalo aku bilang ayo gimana?"
Azzrafiq memiringkan kepalanya mendekati telinga Magika dan berbisik."Gak masalah buat aku."
Magika memundurkan tubuhnya ketika mengingat hal yang menyeramkan ketika jerit malam. "Gak usah macem-macem kayaknya deh, ntar ada apa-apa lagi, kejadian pas jerit malem aja udah bikin merinding."
Seketika Magika dan Azzrafiq jadi teringat malam itu, malam dimana hanya ada mereka berdua, berdiri di bawah bintang-bintang dan hampir berciuman karena terbawa indahnya suasana. Kedua pipi mereka sama-sama merona ketika saling bertatapan.
"Ya udah yuk cepetan kita bersih-bersih." Seru Magika seraya masuk bilik kamar mandi dengan kikuk.
Azzrafiq masuk ke bilik kamar mandi yang ada di sampingnya, di dalam Magika masih saja membayangkan hal yang tak terjadi itu, namun hal lainnya yang membuatnya semakin tak karuan, ketika bangun tidur tadi berada dalam pelukan Azzrafiq.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover
Teen FictionMagika dan Azzrafiq bertemu tak sengaja di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya. Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka m...