Kegiatan peserta di pagi buta ini adalah renungan pagi, sesuai kepercayaan yang dianut masing-masing, setelah selesai, tepat pukul 06.00 peserta ospek diberi waktu tiga menit lagi oleh KOMDIS untuk berganti pakaian dengan baju olahraga beserta perlengkapannya.
Matahari sudah terbit, cahayanya menyinari peserta ospek yang sedang baris, bersiap untuk olahraga, dan lagi-lagi, ada peserta ospek yang tidak sesuai dengan kriteria orang yang akan berolahraga, banyak di antara mereka yang tidak memakai sepatu olah raga. Salah satunya Maulana si ketua kelompok satu.
"Lo ngaco amat, masa olahraga pake sepatu pantofel." Cibir Azzrafiq.
"Iya, lupa." Bisik Maulana, lalu berjalan ke depan.
"Cari perjaka aja si Maul." Celetuk Daphnie.
Endy menoleh pada Daphnie tak habis pikir dengan ucapan temannya itu. "Hah? Cari perkara kali."
"Posisi kita salah, jadi kita gak bisa belain." Gerutu Magika.
"Jangan bilang kita juga kena hukuman, gara-gara ketuanya salah." Timpal Acha.
Karena ketua mereka melakukan kesalahan, akhirnya Magika dan kawan-kawan pasrah melihat Maulana dihukum dan dimaki oleh beberapa KOMDIS.
Hari semakin siang dan hujan turun dengan lebatnya, terlihat raut wajah peserta ospek yang menahan kantuk, karena sesi saat ini adalah, kuliah yang berisi materi motivasi berorganisasi, suara pemateri bertabrakan dengan suara hujan yang jatuh di atap, semakin membuat para peserta tidak fokus.
Sudah kurang tidur, dan turun hujan, ditambah untuk tetap konsentrasi mendengarkan materi yang disampaikan, karena KOMDIS mengancam akan bertanya kembali apa yang di sampaikan pemateri, bila tak bisa menjawab para peserta akan diberi hukuman.
"Sebenernya ya aku gak tahu apa yang pemateri bicarain." Kata Magika pada Azzrafiq yang duduk di sampingnya seraya menatap ke depan agar tak dicurigai KOMDIS sedang mengobrol.
"Lah sama, kayaknya setelah ospek selesai kita bakalan jago acting, pura-pura ngedengerin padahal gak tau apa yang disampaikan."
"Lebih tepatnya sih kita kayak penipu hihihi."
"Dari awal sih aku udah tahu kalo kamu penipu." Ucap Azzrafiq sambil melirik Magika.
Magika menoleh ke Azzrafiq. "Seriusan nih kamu bilang aku penipu?"
"Iya kamu nipu semuanya yang ada di sini, ngakunya Mahasiswi tapi nyatanya kamu bidadari." Celetuk Azzrafiq mencoba memecahkan kejenuhan ini.
Magika tertawa sambil memukul paha Azzrafiq, namun dia langsung membekap mulutnya sendiri agar tak terdengar orang-orang.
"Parah nih gombalnya gak ketebak." Seru Magika seraya menghadap lagi ke depan.
"Oh ya, yang aku lihat dari pemateri di depan, dalam benak mereka pasti ada ide, solusi dan alasan. Dalam benak para peserta ospek, pasti ingin orientasi ini segera berakhir, pulang, dan tidur. Di dalam benakku, hanya ada kamu." Lanjut Magika membalas gombalan Azzrafiq.
Azzrafiq sedikit terkejut mendengar gombalan Magika, dia tak percaya wanita itu ternyata jago gombal juga. "Brilliant!! Kok bisa sampe kepikiran ngegombal sepanjang itu? Gak ketebak sama sekali."
"Mau perang gombal lagi?" Tantang Magika.
"Cukup deh, kamu tuh gak pantes digombalin, pantesnya diseriusin." Balas Azzrafiq.
"Kalo yang itu sih udah mainstream gombalannya." Kata Magika sambil menguap, mencoba tetap bertahan agar tidak tertidur.
Kini pikiran Magika mulai melayang-layang, pemandangan di depannya mulai terasa kabur, agar tidak larut dalam kantuknya, seketika dia teringat dengan Edward, dalam benaknya bertanya, saat ini dimanakah Edward berada?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover
Teen FictionMagika dan Azzrafiq bertemu tak sengaja di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya. Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka m...