Di Dalam Sebuah Cinta Terdapat Bahasa

460 16 0
                                    

Magika baru saja selesai membaca buku di perpustakaan untuk menambah pengetahuannya di bidang hukum, dia membungkuk dan menidurkan tubuhnya di atas meja, sambil bermalas-malasan melihat ponselnya, dia tak sadar ada seseorang yang memperhatikannya selama dia berada di perpustakaan.

Yudhistira memotretnya dengan kamera yang dia bawa, diam-diam dia mengagumi sosok Magika, entah mengapa baginya menarik saja melihat wanita menghabiskan waktunya di perpustakaan. Pertama kali melihat wanita itu, di sini ketika awal masuk kuliah, dia langsung menyukainya, selain memang wajah Magika yang manis, wanita yang suka membaca juga merupakan tipe wanita idamannya, dan baru pertama kalinya juga dia menyukai wanita berkulit tan.

Magika juga menjadi sumber inspirasinya dalam menulis puisi, namun sampai saat ini Yudhistira belum berani memperkenalkan dirinya, tak seperti kebanyakan wanita lainnya yang pernah dia dekati, dia ingin dengan cara yang berbeda, karena wanita ini sangat istimewa baginya.

Yudhistira menunggu momen yang tepat untuk berkenalan dengan wanita idamannya itu, yang pasti bukan saat ini. Meskipun belum mengetahui nama wanita itu, tak masalah untuknya.

Yudhistira membiarkan rasa penasaran dalam dirinya tetap bertaut, agar perasaan suka pada Magika tetap terjaga, menurutnya jika sudah tidak penasaran lagi akan berkurang kadar ketertarikannya terhadap wanita itu. Dia menuliskan sebuah puisi untuk wanita yang dikaguminya.

Tak Perlu banyak upaya
Ketika menuliskan tentangnya
Hanya cukup merasakan
Untaian kata bagaikan berguguran

Tangan ini dengan spontan
Menjumput ayat yang berjatuhan
Jemari laksana rotan
Membaurkan kumpulan menjadi firman

Kaulah puan yang dalam duniaku
Kusebut kau Puteri
Wahai Sang Puteri
Selamat datang di singgasanaku

"Jam berapa ya sekarang?" Gumam Magika melihat jam di ponselnya.

Waktu menunjukkan pukul 13.15, Magika segera merapikan buku-buku yang ada di atas meja, dia menyimpannya kembali ke posisi semula, bagusnya kampus ini memiliki perpustakaan yang menarik, semua buku berjajar dengan rapi,.

Aroma khas dari buku-buku lama membuat Magika ingin tetap berada di sini, namun karena ini hari sabtu dan perpustkaan hanya buka setengah hari, dia segera pulang meninggalkan tempat ini.

Di dalam kamar, Magika merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, lalu kepalanya menoleh ke arah lemari, dia beranjak dan melangkahkan kakinya menuju lemari, dan membukanya, aroma wangi dari pelembut pakaian menyeruak di hidungnya, dia memperhatikan pakaian-pakaian yang tergantung sangat rapi dan ter-organisir sesuai warnanya, dia melirik kemeja hitam yang tampak asing baginya, dia mengeluarkan kemeja itu dari barisannya.

"Ini kan punya Azzrafiq, ya ampun aku sampe lupa kembaliin." Gerutu Magika.

Magika teringat sudah satu minggu ini, dia tak berjumpa dengan Azzrafiq, mungkin sama-sama sibuk kuliah sampai tak sempat untuk bertemu, bertukar pesan pun sudah jarang. Magika mengambil kemeja itu dan melipatnya dengan rapi, dia menyemprotkan parfum aroma bayi di kemeja hitam milik Azzrafiq.

"Semoga aja hari senin aku ketemu Azzrafiq." Ucap Magika penuh harap.

Sebagai tanda terima kasihnya Magika menyelipkan sepucuk surat dan coklat kecil di saku kemejanya dan dia juga memberikan parfum aroma bayi yang biasa dipakainya, dia memasukkan parfumnya ke dalam botol yang ukurannya sangat kecil sesuai permintaan Azzrafiq.

Magika melihat botol parfumnya yang tersisa sedikit lagi. "Bvlgari petits aku jadi dikit lagi, ya udah deh untuk Azzrafiq ini."

Lalu dia memasukkan kemeja Azzrafiq ke dalam papper bag untuk dia kembalikan pada pemiliknya senin nanti, tak lama Magika mendengar suara pesan masuk dari ponselnya, dia mengeceknya itu pesan dari Randy, tapi tak sempat dibalas, dia lebih tertarik membaca buku kuliahnya lagi karena dua hari lagi UTS.

My Secret LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang