Magika masuk ke dalam kamar seraya membanting tasnya ke atas tempat tidur, Magika terduduk di samping tempat tidurnya, dia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Randy yang baru saja mulai dia cintai setega itu menghancurkan hatinya.
Magika merasa sangat bodoh, mengingat dirinya sedari pagi terus menerus mengabari Randy yang tak membalasnya sama sekali, bisa-bisanya dia mempermalukan dirinya sendiri seperti itu.
Kenapa harus sesakit ini rasanya? Sudah cukup sekarang, Magika sadar terlalu cepat jatuhkan hati, dan sialnya malah jatuh di hati yang salah. Baru kemarin mereka masih bersama-sama, tanpa pernah dia sangka akhirnya akan seperti ini. Magika terluka.
"Kenapa aku memilih Kak Randy? Kenapa aku memilih hati yang salah?" Sesal Magika dalam tangisannya.
Malam minggu yang kelabu.
***
Hari senin kembali menyapa, pagi-pagi Magika bangun saatnya bersiap untuk kuliah, rasanya kepala Magika pusing gara-gara tidurnya berantakan dua hari kemarin, dan yang pasti sakit hatinya masih sangat terasa. Hari ini dia harus bisa terima kenyataan, tak ada lagi perlakuan manis dari Randy untuknya.
Setelah kejadian sabtu kemarin, Magika tak sudi lagi untuk berhubungan dengan Randy, walaupun Randy terus menerus meneleponnya dan mengiriminya pesan yang seolah-olah khawatir pada dirinya. Terlampau sakit hati Magika sudah tak percaya lagi dengan semua kata-katanya.
Hati Magika terasa sangat hampa, di mata kuliah pertama hari ini pikirannya kosong dan dia tak fokus untuk menyimak apa yang dikatakan oleh Dosen. Magika memang berada di kelasnya tapi pikirannya tidak.
Vanilla menyadari Magika yang terlihat sangat murung, dia hanya bisa menyemangatinya saja, meskipun perkataannya tak begitu didengar oleh Magika.
"Sialan, kalo ketemu orangnya aku habisin dia karena udah nyakitin Magika." Umpat Vanilla yang terlihat sangat kesal.
"Sabar sabar Nill, Magika aja santai kok." Ucap Zea.
"Gak bisa Ze, aku tuh udah janji bakalan abisin dia kalo nyakitin Magika."
"Lagi pula kan masih ada Azzrafiq Gee." Celetuk Zea dengan enteng.
"Dia emang brengsek Gee, bukan cuma kamu doang yang dia deketin buat dijadiin pelarian dia selama putus dari pacarnya." Sela Hilda menimpali obrolan Vanilla dan Zea, ternyata dari tadi ada yang menguping.
Magika menoleh pada Hilda. Pelarian? Apa benar aku hanya sekedar jadi tempat pelariannya saja? Batin Magika.
Ketika mendengar ucapan Hilda, Magika tak kuasa ingin menangis detik ini juga, ternyata dirinya hanya dimanfaatkan oleh Randy dan dijadikan pelarian dari rasa sepinya saja, dan yang tak habis pikir bukan hanya dirinya saja yang Randy dekati.
"Emangnya siapa aja yang dia deketin?" Tanya Vanilla gemas.
"Dia sempet deketin aku juga, tapi kita cuma sekedar chat aja gak sampe jalan bareng kayak Magika." Jawab Hilda datar.
Kepala Magika semakin pening setelah mendengar penjelasan Hilda, kenapa Hilda tak memberitahunya dari kemarin-kemarin kalo Randy itu seorang player?
Seketika terlintas dengan cepat dari pikirannya, Magika baru ingat ada tugas yang harus dikumpulkan besok, sialnya dia belum mengerjakannya.
Magika beranjak dari kursinya."Ok terima kasih infonya, aku ke perpus dulu ya, ada tugas kan yang harus dikumpulim besok?"
"Mau aku temenin?" Tanya Vanilla yang khawatir dengan keadaan Magika.
"Gak usah, gak apa-apa, bye guys." Magika pamit pada teman-temannya lalu pergi keluar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover
Fiksi RemajaMagika dan Azzrafiq bertemu tak sengaja di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya. Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka m...