Menepilah Sejenak

270 20 9
                                    

Malam semakin larut, tampak cahaya bulan yang tertutupi awan di sekitarnya, angin berhembus sangat kencang, keadaan komplek di daerah kost sudah sangat sepi, tak ada satu pun manusia yang terlihat, Azzrafiq dan Yudhistira kembali berbincang bersama di rooftop sambil menghirup rokok, dan menikmati sakitnya luka-luka di wajah akibat baku hantam yang mereka lakukan.

"Kalo lo benar-benar cinta sama Magika dan merasa dia hidup lo, kejar lagi dia Fiq, asal sebelum lo ngajak dia kembali, lo jujur sama dia apa yang udah lo perbuat, seengganya rasa penyesalan lo bisa hilang, masalah dia mau terima lo lagi atau enggak, gimana nanti." Ujar Yudhistira seraya menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

"Gue gak berharap dia mau balik sama gue, dengan dia mau maafin gue aja itu udah lebih dari cukup, gue juga berencana mutusin Bianca dalam waktu dekat ini." Tukas Azzrafiq.

"Kenapa gak dari dulu sih?" Tanya Yudhistira heran seraya menepuk-nepuk abu rokok.

Azzrafiq menghisap rokoknya dan mengeluarkan asapnya dari hidung dengan perlahan. "Gue udah coba berkali-kali, lo pikir gue diem aja selama ini? Dia selalu ngancem ini itu, gue males sumpah. Gue bingung cara apalagi supaya dia bisa nerima keputusan gue? Jujur aja gue udah mati rasa sama dia, sejak gue ketemu sama Bella."

"Bella? Magika maksud lo?"

"Ya mereka masih satu orang yang sama, karena waktu pertama kali ketemu dia ngakunya namanya Bella."

"Oh.. Terus kalo udah males kenapa lo ngew* sama Bianca kemaren-kemaren? Jangan aji mumpung Fiq, mentang-mentang si Bianca cewek gampangan, bisa lo peralat." Timpal Yudhistira sambil tertawa.

"Ya karena itu gue nyesel gak bisa nahan nafsu, and for your information, when you feel stressed out due to an argument, your sympathetic nervous system is aroused, dan gue sama sekali gak bermaksud manfaatin Bianca ataupun Magika."

"Gimana bisa lagi kesel-keselnya sama cewek terus tiba-tiba jadi sang*?"

"Tiba-tiba dia buka baju, ya pokoknya gitu lah, sesama cowok normal lo pasti paham, walaupun alasan gue ini emang anjing banget, tapi emang gitu adanya."

"Emang anjing banget sih, ya gue paham sebagai cowok normal, ada mangsa ngasih umpan dengan suka rela ya masa nolak, entah ada setan apaan juga yang lewat."

"Terlebih juga gue gak tahu ternyata ada Magika, emang goblok banget gue, dan nyesel banget, Suer!!" Ucap Azzrafiq seraya mengambil lagi satu batang rokok untuk meredakan stresnya.

"Penyesalan selalu datang terakhir, kalo di awal lo tahu sendiri namanya apaan, lo tinggalin aja sih si Bianca kalo emang udah gak ada rasa lagi, jangan ada kontak apapun, beres kan?" Kata Yudhistira enteng.

Adik menghampiri keduanya yang sedang asyik merokok, dia mendengar ucapan Yudhistira yang begitu menyepelekan perasaan seseorang.

"Gak semudah itu Dhis, Bianca bukan barang, yang kalo lo udah gak suka dan bosan terus dibuang gitu aja, dia manusia, coba kalo keadaannya dibalik lo mau diperlakukan seperti itu?" Kata Adik yang coba berbaur dengan obrolan mereka.

Adik dapat cepat memahami obrolan mereka, mau bagaimana pun buruknya Bianca, dia tetap manusia, bukan benda mati. Meskipun Bianca sangat toxic, Adik dapat mengerti karena pasti ada sebab-akibat yang membuatnya menjadi seperti itu. Begitu juga Azzrafiq, yang memiliki alasan lainnya juga mengapa begitu sulit memutuskan Bianca.

"Terus mau lo pacarin lagi dua-duanya?" Tanya Yudhistira pada Azzrafiq.

"Gue usahain buat putusin dulu Bianca, terus kalo Magika ngasih kesempatan kedua buat gue, Magika bakalan jadi satu-satunya pacar gue, terlebih cuma dia cewek yang gue cintai, dan cuma ada dia seorang yang ada di hati gue." Jelas Azzrafiq.

My Secret LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang