Matahari sore menyinari kamar Azzrafiq, cahayanya menembus jendela, udara Bandung hari ini terasa sangat panas tidak seperti biasanya, padahal sekarang sudah musim penghujan namun panasnya tak tertahankan.
Azzrafiq menutup gorden kamarnya dan berniat menyalakan AC, dia mencari remot AC di laci meja belajarnya, di dalamnya dia melihat charm bracelet milik Bella yang beberapa bulan lalu dia ambil.
Benda itu selalu Azzrafiq bawa kemana pun dirinya pergi, dia mengambil charm bracelet itu, dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menilik bandul-bandul dari gelang itu yang bertemakan world traveller, ada yang berbentuk menara eiffel, kompas, pesawat dan lainnya.
"Masa benda ini bakalan gue simpen selamanya?" Kata Azzrafiq berbicara sendiri.
Dia membaca tulisan kecil yang ada di bandul-bandul gelang itu, ketika melihat bandul berbentuk paspor tertulis sebuah nama berukuran sangat kecil di belakangnya. Dia mengernyitkan matanya membaca tulisan kecil itu.
"Magika?" Gumam Azzrafiq bertanya-tanya.
Dia langsung terbangun dari tidurnya, seakan tak percaya apa yang dilihatnya, Azzrafiq membacanya lagi dan benar nama Magika tertera di situ, lalu dia melihat bagian bandul yang berbentuk koper ada sebuah inisial tiga huruf M.K.A. Tentu saja dia sudah dapat menebak itu inisial nama siapa.
Azzrafiq tersenyum senang, selama ini ternyata Bella ada di dekatnya yang tak lain dan tak bukan adalah Magika, pantas saja dia merasa familiar ketika berjumpa lagi dengan Magika di Kampus, namun mengapa Magika tak mengenalnya? Apa wanita itu juga sama tidak mengingat siapa dirinya?
Apakah pertemuannya dengan Magika adalah sebuah kebetulan atau memang takdir yang menentukan?
"Kamu yang selama ini aku cari Gee, aku bakalan kejar kamu walaupun itu harus sampai ke ujung dunia." Ucap Azzrafiq dengan yakin.
***
Magika pulang ke rumahnya yang berada di barat kota Bandung untuk menenangkan pikiran dan hatinya yang sejak kemarin energinya terkuras karena patah hati.
Cara orang menghadapi patah hati pasti berbeda-beda, Magika ini seseorang yang paling takut dengan patah hati, itu membuatnya trauma karena menurutnya sakitnya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Di rumah, Mami meminta tolong padanya untuk menemani Oma arisan di salah satu hotel yang ada di Dago dan menginap di sana selama tiga hari, Mami tak bisa mengantar Oma karena harus mengantar Papi ke luar kota.
"Gak mau ah, masa aku nemenin nenek-nenek, enggak banget deh." Magika menolak permintaan Mami.
"Lagian ya daripada kamu sendirian di rumah, mendingan kamu temenin Oma, lagi pula arisannya di hotel mewah, kamu bisa senang-senang di sana, kan lumayan." Ujar Mami yang tetap memaksa.
"Mewah sih mewah tapi percuma aja kalo aku sendirian."
"Kata siapa sendirian kan ada Oma."
"Maksudnya anak muda nya Mi.." Jelas Magika.
"Pokoknya Mami minta tolong dengan maksa, sekali ini aja ya sayang." Pinta Mami kukuh.
Magika masuk ke kamarnya sambil cemberut. "Emangnya tante-tante yang lain pada ke mana? Mereka semua gak ada yang bisa nemenin oma."
"Pokoknya kamu harus mau nemenin Oma, ini perintah dari Ibu Negara!!" Teriak Mami dari luar.
Magika yang sedang merebahkan tubuhnya, mendengar Mami teriak langsung menutupi kedua telinganya dengan bantal, hingga dia tertidur.
Esok harinya Magika bangun, dia menatap langit-langit kamarnya, baru dia sadari plafond nya berubah menjadi lebih estetik dengan berhias lampu LED disekelilingnya, glow in the dark yang dia tempel sudah tidak ada lagi, namun tak mengapa karena plafond nya yang sekarang terlihat lebih menarik, mungkin juga dengan seiring usianya yang bertambah Magika lebih menyukai tampilan plafond kamarnya yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover
Teen FictionMagika dan Azzrafiq bertemu tak sengaja di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya. Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka m...