Azzrafiq terbangun dari tidurnya, dia langsung melihat ponselnya yang disimpan di dadanya selama tidur, berharap ada balasan pesan dari Magika, namun wanita itu masih belum saja mengabarinya, perasaan Azzrafiq kembali gundah, kemanakah Magika?
Azzrafiq coba mengirim pesan lagi pada wanita itu, lalu perlahan beranjak dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya untuk membuka pintu kamar Yudhistira, dia mendapati Bianca masih ada di sini yang membuatnya malas untuk keluar dari kamar sahabatnya itu, kemudian dia menutup kembali pintunya, tapi Bianca telah melihatnya membuka pintu, lalu menyusulnya untuk meminta maaf.
Bianca mengetuk pelan pintu kamar Yudhistira. "By, buka pintunya ada yang mau aku omongin sama kamu."
Jengah mendengar ketukan pintu, Azzrafiq membukanya, dia keluar dari kamar Yudhistira dan berjalan menuju kamarnya melewati kekasihnya yang tengah menunggunya, Bianca mencoba sabar dengan sikap Azzrafiq yang dingin, dia mengikuti lelaki itu dari belakang.
Azzrafiq duduk di kursi meja belajarnya, pikirannya kembali pada Magika, selama ospek dirinya terbiasa melihat Magika dari bangun tidur hingga tertidur lagi. Kini semuanya terasa berbeda dan Azzrafiq sangat merindukannya, meskipun ada Bianca di hadapannya.
Bianca meraih tangan Azzrafiq yang pikirannya entah berada dimana. "Aku mau minta maaf sama kamu by, gak seharusnya aku bertindak kayak tadi, maafin aku ya by."
"Setelah aku pikir-pikir lebih baik kita akhiri aja hubungan ini." Ucap Azzrafiq yang tak berpikiran jernih, dia tak peduli apa yang akan terjadi setelah dia mengatakan hal itu.
Bianca sudah menduga, Azzrafiq pasti akan mengatakan hal ini, tapi dia coba memakluminya karena ini memang kesalahannya.
"Enggak." Bianca coba menolak. "Aku tahu kamu masih kesal sama aku, gara-gara tadi aku kayak kesetanan marah-marah sama kamu."
Azzrafiq manatap Bianca, tak ada reaksi yang macam-macam dari Bianca, apa kekasihnya ini sudah tak se-impulsif dulu?
"Aku udah jatuh cinta sama cewek lain Bi, dan emang udah seharusnya hubungan kita tuh berakhir." Jelas Azzrafiq coba memancingnya lagi dia ingin tahu reaksi seperti apalagi yang akan ditunjukkan Bianca.
Bianca menghela nafas, rasanya begitu sakit mendengar pengakuan Azzrafiq, namun dia yakin lelaki itu hanya mencari alasan agar bisa mengakhiri hubungan mereka, dia tahu Azzrafiq bukan tipe lelaki yang mudah jatuh cinta, semenarik apapun wanita yang mengejarnya, Azzrafiq tak akan pernah tergoda, karena wanita yang mengejar lelaki duluan, bukanlah tipenya.
"Apa cewek itu yang namanya Alin? Yang foto bareng sama kamu di hp?" Tanya Bianca lirih.
Azzrafiq menggelengkan kepalanya."Bukan keduanya, mereka orang yang berbeda, Alin itu cewek maniak dan aku sama sekali gak suka, kalo foto yang di hp itu Acha, teman sekelas aku dan kita juga gak terlalu deket, cuma kebetulan temen satu kelompok ospek."
Bianca sudah dapat menebak bahwa yang dikatakan Azzrafiq itu hanyalah alasan yang dibuat-buat, namun sayang sekali dugaannya kali ini salah, kekasihnya memang telah memiliki tambatan hati yang baru.
"Aku tahu ini semua salah aku, wajar kalo kamu merasa kesepian, karena aku terlalu sibuk sama kuliah dan kegiatan aku di kampus, aku bisa ngerti kalo kamu kepincut cewek lain, mungkin itu cuma peralihan dari rasa sepi yang kamu rasain Fiq. Maafin aku udah mengabaikan kamu sampai sejauh ini." Sesal Bianca.
Ternyata tak seperti dugaan Azzrafiq, Bianca tampak tenang, mungkin karena wanita itu merasa bersalah jadi dia bisa menerima dan tidak meledak-ledak emosinya, Azzrafiq yang masih linglung tiba-tiba merasa ragu dengan hatinya, seakan tersadarkan, benarkah perasaan Azzrafiq pada Magika saat ini hanya semacam peralihan dari rasa sepinya karena Bianca mengabaikannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover
Teen FictionMagika dan Azzrafiq bertemu tak sengaja di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya. Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka m...